Find Us On Social Media :

Ungkap Fakta Kerokan yang Dipercaya Ampuh Atasi Masuk Angin, Benarkah?

Ilustrasi kerokan

GridHEALTH.id - Ketika masuk angin melanda, tak sedikit masyarakat yang memilih untuk melakukan kerokan untuk meringankan gejalanya.

Diketahui istilah masuk angin sendiri kerap digunakan masyarakat Indonesia untuk menggambarkan rasa tidak enak badan tanpa penyebab yang jelas.

Baca Juga: Kunci Sukses Berantas Stunting, Dinantikan Iklan Edukasi SKM Bukanlah Susu dari Pemerintah

Untuk menyembuhkan gejala tersebut, banyak orang salah satunya memilih mengambil langkah pengobatan dengan kerokan.

Biasanya mereka akan meminta bantuan kepada orang lain untuk lebih dulu menggosokkan balsam, minyak rempah, atau losion sebelum kemudian menggosokan uang logam ke bagian punggung dan dada hingga meninggalkan bekas berwarna kemerahan.

Banyak orang meyakini, bekas goresan berwarna merah tersebut adalah tanda dari adanya angin di dalam ke tubuh.

Semakin merah atau terlihat lebih hitam tanda tersebut, maka dipercaya kian banyak pula angin yang masuk ke dalam tubuh.

Orang-orang menganggap kerokan dapat melebarkan pembuluh darah tepi (vasodilatasi) sehingga aliran darah ke jaringan menjadi lebih baik dan penderita akan merasa badannya agak lebih enak.

Baca Juga: Ketua Satgas Penanganan Covid-19 Sebut Tes Swab di Puskesmas Gratis, Ini Syaratnya!

Baca Juga: Virus Corona Belum Reda, China Dilanda Wabah Norovirus yang Belum Ditemukan Obatnya

Sementara, ada juga yang berpandangan, ketika orang yang dikerok sudah bersendawa, artinya angin telah berhasil dikeluarkan dari dalam tubuh dan sebentar lagi badan akan kembali bugar.

Entah sejak kapan istilah masuk angin beredar di masyarakat. Namun, sudah jelas bahwa diagnosis masuk angin tidak dikenal dalam dunia kedokteran modern.

Lantas, benarkah dengan kerokan bisa menyembuhkan 'masuk' angin ini?

Baca Juga: Selain Obat Corona, Pemerintah Jadikan Terapi Plasma Convalescent Sebagai Pengobatan Covid-19 untu Pasien Gejala sedang

Melansir Buku Ajar Ilmu Kesehatan (Memahami Gejala, Tanda dan Mitos) karya Dr. dr. Umar Zein, DTM & H., Sp.PD., KPTI., FINASIM dan dr. Emir El Newi, Sp.M., garis-haris merah yang muncul di tubuh setelah kerokan bukanlah pertanda angin keluar.

Bekas goresan berwarna merah itu melainkan dampak dari pecahnya pembuluh kapiler tepi yang berada di kulit.

Jadi, tidak mengherankan jika beberapa waktu setelah kerokan, gejala-gejala masuk angin bisa saja kembali menyerang seseorang.

Baca Juga: WHO Tiba-tiba Mengatakan Lock Down Bukan Solusi, Ini Alasannya

Orang sehat pun apabila dikerok, akan meninggalkan jejak merah yang sama.

Rasa tidak enak badan atau pegal otot yang hilang setelah kerokan bisa dibilang hanya kamuflase.

Pasalnya, kerokan akan menciptakan rasa sakit baru yang dapat menimbulkan rasa seolah-olah rasa sakit pertama berkurang atau "terlupakan".

Dalam buku Kontroversi 101 Mitos Kesehatan (2012) karya dr. Florentina R. Wahjuni, juga dijelaskan bahwa kerokan tidak membantu menyembuhkan masuk angin.

Baca Juga: 10 Komorbid yang Memperparah Infeksi Covid-19, Bisa Berujung Kematian

Bekas merah yang dihasilkan setelah kerokan bukanlah pertanda bahwa anginnya sudah keluar.

Hal itu melainkan adalah dampak dari pecahnya pembuluh kapiler tepi yang berada di kulit.

Meskipun beberapa laporan menunjukkan adanya efek samping kerokan dalam praktek klinis dan eksperimental, namun mekanismenya masih belum jelas.

Baca Juga: Vaksinasi Akan Dilakukan Awal November 2020, Inilah 160 Juta Penduduk Indonesia yang dapat Suntikan Vaksin Covid-19

Dilansir NCBI, Tian et al sempat melakukan penelitian tentang kerokan dan hubungannya dengan suhu lokal dan volume perfusi darah pada subjek sehat.

Hasilnya, setelah kerokan 23 subjek (100%) dilaporkan merasa lebih hangat disertai dengan sedikit rasa sakit di daerah gesekan.

Mereka semua merasa rileks dan nyaman setelah kerokan meski kulit menjadi sedikit merah, dan kemudian hyperaemia subkutan (kemerahan kulit).

Baca Juga: WHO : Tak Etis Bila Herd Immunity Dipakai Menghadapi Virus Corona

Singkat kata, terapi tradisional ini memberikan kenyamanan pada saat menderita gejala sakit perut, 'masuk angin' atau kedinginan.

Namun untuk penyembuhan penyakit tertentu, tampaknya masih diperlukan penelitian lebih lanjut. (*)

Baca Juga: 4 Prioritas Hadapi Lonjakan Kasus Covid-19 Menurut WHO, Bukan Vaksin!

 #berantasstunting

#hadapicorona