"Meskipun mereka menemukan lokus-lokus genetik tertentu yang terkait dengan perilaku sesama jenis, ketika mereka menggabungkan efek dari lokus-lokus ini bersama-sama menjadi satu skor komprehensif, efeknya sangat kecil, di bawah 1%.
Sehingga skor genetik ini tidak dapat diandalkan untuk memprediksi perilaku seksual sesama jenis pada seseorang." ujar Mills.
Adapun perusahaan yang mendanai penelitian itu, 23andMeInc, saat ditanya mengapa mereka ingin melakukan penelitian seperti itu, tim mengatakan kepada wartawan pada konferensi jarak jauh bahwa studi sebelumnya tentang topik ini kebanyakan terlalu kecil untuk memberikan kesimpulan yang kuat. "Studi sebelumnya kecil dan kurang kuat," kata Ganna.
Untuk itu pihaknya memutuskan untuk membentuk konsorsium internasional yang besar dan mengumpulkan data untuk (hampir) 500 ribu orang yang kira-kira 100 kali lebih besar dari penelitian sebelumnya tentang topik tersebut.
Baca Juga: Jangan Ditunda, 7 Pemeriksaan Kesehatan Tetap Harus Dilakukan di Masa Pandemi Covid-19
Baca Juga: Waspadai Trikomoniasis, Penyakit Menular Seksual yang Bisa Bikin Mandul
Hasilnya tidak ditemukan pola yang jelas di antara varian genetik yang dapat digunakan untuk memprediksi atau mengidentifikasi perilaku seksual seseorang secara bermakna.
"Kami telah mengklarifikasi bahwa ada banyak keragaman di sana," Anggota di Broad Institute MIT dan Harvard yang bekerja dengan Ganna, Benjamin Neale. (*)
#berantasstunting #hadapicorona