GridHEALTH.id - Insulin merupakan hormon yang membantu mengatur jumlah gula dalam darah atau glukosa.
Untuk mengatur keseimbangan glukosa darah, insulin bekerjasama dengan glukagon alias hormon yang bekerja dengan cara yang berlawanan.
Tubuh menggunakan insulin dan glukagon untuk memastikan bahwa kadar gula darah tidak menjadi terlalu tinggi atau rendah sehingga sel menerima cukup glukosa untuk digunakan sebagai energi.
Ketika gula darah terlalu rendah, pankreas mengeluarkan glukagon yang menyebabkan hati melepaskan glukosa ke dalam aliran darah.
Namun, tubuh penyandang diabetes tidak bisa menghasilkan insulin atau insulin yang dimiliki tidak bisa bekerja efektif untuk membantu menjaga keseimbangan kadar gula darah.
Makanya terapi insulin sering menjadi salah satu metode pengobatan untuk mengatasi diabetes.
Sayangnya, terapi insulin bisa mengakibatkan berbagai efek samping seperti kenaikan berat badan muncul ruam, benjolan, atau pembengkakan di tempat suntikan kecemasan atau depresi batuk saat menggunakan insulin inhalasi.
Baca Juga: Terapi Insulin Mutlak Bagi Penderita Penyakit Autoimun Diabetes Tipe 1, Ini Alasannya
Baca Juga: Himpitan Ekonomi Melanda, Amerika Serikat Menjadi Pengekspor Plasma Darah Teratas di Dunia
Suntikan insulin juga bisa menyebabkan sel-sel tubuh menyerap lebih banyak glukosa dalam darahatau dikenal dengan istilah hipoglikemia. Hal ini bisa menyebabkan gula darah turun secara berlebihan.
Gula darah yang terlalu rendah bisa mengakibatkan hal-hal seperti pusing kesulitan berbicara, kelelahan, kebingungan, kulit pucat ,berkeringat, otot-otot berkedut, kejang, hingga hilang kesadaran.
Terapi insulin juga bisa menyebabkan berbagai komplikasi serius. Namun, hal ini jarang terjadi. Salah satu komplikasi serius akibat terapi insulin adalah nekrosis lemak.
Kondisi ini menyebabkan benjolan yang menyakitkan tumbuh di jaringan subkutan, tepat di bawah permukaan kulit.
Riset 2013 yang membuktikan terapi insulin dapat meningkatkan risiko serangan jantung, stroke, komplikasi mata hingga masalah ginjal.
Bahkan, berbagai riset juga membuktikan penggunaan terapi insulin pada pasien diabetes tipe dua bisa mengakibatkan berbagai risiko seperti risiko kenaikan dosis, risiko hipoglikemia berat, peningkatan risiko kematian, dan berpotensi meningkatkan risiko kanker tertentu, salah satunya kanker pankreas.
Untuk diketahui, tidak semua penyandang diabetes tipe 2 harus menggunakan terapi insulin.
Baca Juga: Covid-19 dan Kuku; Pentingnya Menjaga Agar Tetap Pendek dan Bersih
Baca Juga: 8 Bukti Saat Diabetes Merusak Kesehatan Tubuh Secara Diam-diam
Di sisi lain, mereka yang mengalami diabetes tipe 1 memerlukan terapi ini seumur hidup mereka.
Menggunakan terapi insulin memerlukan resep dokter karena dibutuhkan profesional untuk menentukan jenis insulin yang tepat serta adanya kemungkinan efek samping atau interaksi dengan obat lain.
Selain itu, penyandang diabetes tipe 2 atau gestasional juga tidak boleh sembarangan menggunakan terapi ini karena masih bisa menggunakan opsi perawatan lain untuk mengontrol kadar gula.
Cara lain untuk mengontrol kadar gula dalam darah antara lain penggunaan obat-obatan non insulin dan perubahan gaya hidup sehat.
Mudah Didapat, Ternyata Dua Bahan Ini Bisa Bikin Miss V Jadi Harum
Baca Juga: Flek Hitam di Wajah Membandel? Ini Solusi Mudah untuk Menghilangkannya
Menggunakan terapi insulin membutuhkan kehati-hatian dan perhatian khusus. Terlalu banyak kadar insulin dalam tubuh bisa mengakibatkan efek samping atau komplikasi serius, begitu pula saat tubuh kekurangan insulin. (*)
#berantasstunting #hadapicorona
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Digunakan untuk Pengobatan Diabetes, Ini Efek Samping Terapi Insulin", Klik untuk baca: https://health.kompas.com/read/2020/07/17/103200468/digunakan-untuk-pengobatan-diabetes-ini-efek-samping-terapi-insulin?page=all.