Find Us On Social Media :

WHO Merencanakan Skema Asuransi Vaksin Covid-19 Untuk Negara Miskin

Dengan asuransi yang direncanakan WHO, pemerintah dari 92 negara miskin dapat membayar tagihan bila ada klaim akibat efek samping vaksin Covid-19.

GridHEALTH.id - Skema vaksin yang dipimpin bersama oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sedang menyiapkan dana kompensasi untuk orang-orang di negara miskin yang mungkin menderita efek samping dari vaksin Covid-19, yang bertujuan untuk menghilangkan ketakutan yang dapat menghambat program penyuntikan secara global.

Mekanisme tersebut dimaksudkan untuk menghindari terulangnya penundaan yang dialami satu dekade lalu selama pandemi flu babi H1N1, ketika penyuntikan diperlambat di puluhan negara berpenghasilan rendah karena tidak ada kewajiban dan asuransi yang jelas.

Skema ini disiapkan oleh promotor fasilitas vaksin COVAX, yang dipimpin bersama oleh WHO dan GAVI, aliansi vaksin global, menurut dokumen COVAX yang diterbitkan Kamis (05/11/2020), seperti dikutip dari The Daily Sabah.

COVAX bertujuan untuk mendistribusikan setidaknya 2 miliar suntikan efektif di seluruh dunia pada akhir tahun depan (2021).

Skema ini dapat membayar tagihan untuk 92 negara berpenghasilan rendah, sebagian besar di Afrika dan Asia Tenggara, yang berarti pemerintah mereka akan bisa menghadapi biaya dari klaim yang diajukan oleh pasien, jika terjadi kesalahan yang tidak terduga setelah vaksin Covid-19 yang didistribusikan COVAX diberikan.

Namun, lusinan negara berpenghasilan menengah, seperti Afrika Selatan, Lebanon, Gabon, Iran, dan sebagian besar negara Amerika Latin, tidak akan ditawari perlindungan ini.

Baca Juga: Warga Brasil Protes Turun Ke Jalan Tolak Vaksin Covid-19 Asal China, ' Kami Bukan Kelinci Percobaan'

Baca Juga: Nasi Goreng Favorit Semua Orang, Berikut Cara Masak Sehat Hemat Kalori

"Fasilitas COVAX sedang mengembangkan sistem untuk memberikan kompensasi kepada individu-individu di salah satu dari 92 negara karena efek suntikan yang tak terduga yang menyebabkan kerugian yang serius," demikian salah satu butir pernyataan COVAX. Tidak jelas kriteria apa yang digunakan untuk memilih 92 negara.

Sementara efek samping jarang terjadi dari vaksin yang telah menerima persetujuan peraturan, ada kekhawatiran publik yang meningkat tentang suntikan Covid-19 mengingat rekor kecepatan pengembangannya, dimana hal ini menimbulkan pro kontra risiko yang bakal muncul.

 

Belum ada vaksin Covid-19 yang disetujui secara internasional, tetapi WHO memperkirakan yang pertama bisa siap pada Desember 2020,  hampir setahun setelah virus pertama kali muncul di China. Biasanya dibutuhkan waktu bertahun-tahun untuk mengembangkan vaksin.

Di bawah skema kompensasi, negara-negara yang menggunakan vaksin COVAX akan memberi ganti rugi kepada pembuat obat setidaknya hingga Juli 2022.

COVAX mengatakan pembuat vaksin enggan menyediakan vaksin untuk didistribusikan di negara-negara yang tidak menawarkan perlindungan dan tanggungjawab kepada pasien.

Alih-alih asuransi, yang dalam keadaan normal menanggung biaya-biaya ini, kemungkinan kompensasi bagi korban efek samping akan dibayarkan melalui mekanisme baru yang dirancang oleh COVAX.

Skema no-fault akan membayar sejumlah uang berdasarkan tingkat keparahan kerugian bagi korban dari efek samping yang dapat dikaitkan dengan pemberian vaksin Covid-19, kata COVAX.

Mekanismenya akan didanai dengan pungutan atas vaksin yang didistribusikan ke negara-negara miskin dan dari sumber lain yang memungkinkan termasuk kontribusi dari pembuat vaksin. Namun, tidak jelas siapa yang akan diminta untuk membayar retribusi tersebut.

Baca Juga: Kram Kaki Sering Terjadi di Malam Hari, Waspadai Disfungsi Saraf

Baca Juga: Cara Kerja Pil Kontrasepsi Darurat, Efektif Bila Ovulasi Belum Terjadi

Skema ini dapat menghalangi calon korban untuk pergi ke pengadilan untuk mencari kompensasi, yang akan menghasilkan prosedur yang panjang dan kemungkinan biaya pertanggungjawaban yang jauh lebih tinggi. (*)

#bijakGGL #hadapicorona