Find Us On Social Media :

Apakah Normal Sering Menangis Selama Haid Berlangsung? Ini Jawabannya

Perasaan ini sering kali menjadi bagian dari sindrom pramenstruasi (PMS). Gejala PMS, termasuk perasaan sedih dan menangis, dapat berlanjut mulai awal menstruasi hingga selama menstruasi.

GridHEALTH.id - Merasa tertekan, sedih, atau cemas sangat umum di antara wanita sebelum dan selama menstruasi. Begitu pula menangis, bahkan jika kita tidak tahu apa yang salah.

Menstruasi dan ovulasi membuat perubahan hormonal sepanjang bulan. Fluktuasi ini sangat berkaitan dengan mengapa emosi mungkin terasa kacau selama berminggu-minggu sebelum menstruasi. Perasaan ini sering kali menjadi bagian dari sindrom pramenstruasi (PMS).

Gejala PMS, termasuk perasaan sedih dan menangis, dapat berlanjut mulai awal menstruasi hingga selama menstruasi.

Hingga 75% wanita mengalami gejala PMS dalam berbagai tingkat. Ini termasuk gejala fisik dan emosional.

Jika kita merasa tertekan, cemas, mudah tersinggung, atau menangis selama beberapa hari pertama haid, jangan khawatir, kita tidak sendirian.

Banyak wanita mengalami ini, termasuk wanita yang tidak memiliki gejala PMS lainnya. Jika kesedihan adalah satu-satunya gejala, ini bisa membuat tangisan saat menstruasi terasa membingungkan. Ketahuilah bahwa kita tidak sendirian dan kemungkinan penyebabnya adalah hormon.

Baca Juga: 4 Macam Gangguan Haid yang Perlu Diwaspadai, Ada yang Indikasi Kanker

Baca Juga: Bersihkan Bulu Ketiak Tak Perlu ke Salon, 4 Bahan Rumahan Ini Bisa Dipakai

Alasan pasti kesedihan dan PMS sebelum dan selama menstruasi tidak diketahui secara pasti.

Namun,para ahli yakin bahwa penurunan estrogen dan progesteron, yang terjadi setelah ovulasi, merupakan pemicunya. Hormon-hormon ini mengurangi produksi serotonin, suatu neurotransmitter kimiawi.

 

Dikutip dari Health Line, berikut 4 penyebab sering kali wanita berubah jadi 'cengeng' saat menstruasi berlangsung;

1. Tingkat serotonin rendah

Serotonin terkadang disebut sebagai bahan kimia kebahagiaan. Ini membantu mengatur suasana hati, nafsu makan, dan kemampuan kita untuk mendapatkan tidur malam yang nyenyak. Ketika kadar serotonin rendah, perasaan sedih bisa terjadi, meski tidak ada yang salah.

2. Kualitas tidur buruk

Kualitas tidur juga dapat memengaruhi suasana hati. Karena penurunan kadar serotonin membuat kita lebih sulit untuk mendapatkan istirahat yang cukup, kita mungkin merasa kurang tidur, lelah secara mental, dan rewel.

Baca Juga: Studi : 1 dari 10 Wanita Tidak Menikmati Hubungan Intimnya

Baca Juga: Bisa Mengurangi Stres, Berikut 6 Manfaat Berpelukan bagi Kesehatan

Tidak istirahat dapat membuat kita lebih mudah menangis. Ini juga bisa menjadi lingkaran setan, karena merasa sedih atau stres juga bisa membuat kita lebih sulit tidur.

3. Perubahan nafsu makan

Perubahan nafsu makan, atau keinginan untuk makan makanan manis atau tinggi karbohidrat sering terjadi pada wanita dengan PMS. Tapi makanan ini bisa berdampak buruk pada mood.

Menurut sebuah penelitian tahun 1995, karbohidrat untuk sementara meningkatkan kadar serotonin.

Ini mungkin alasan mengapa mencoba menenangkan diri dengan makanan manis. Namun, dorongan yang kita dapatkan karena berlebihan dengan sekotak donat bersifat sementara dan bahkan dapat menyebabkan perasaan depresi yang lebih dalam.

Jika yang dambil adalah alkohol, bukan atau sebagai tambahan untuk permen, ketahuilah bahwa alkohol juga dapat memperburuk kesedihan, yang menyebabkan kita menangis.

Tidak berolahraga

Gejala PMS lainnya, seperti nyeri dan kembung, mungkin membuat kita ingin meringkuk dalam bola daripada berolahraga. Tidak banyak bergerak juga bisa menurunkan mood, membuat kita merasa lebih buruk.

Baca Juga: Minuman Untuk Kesehatan Jantung, Dari Air Putih Hingga Teh Daun Kelor

Baca Juga: Berantas Stunting; Saat Remaja Diet Sembarangan, Berpotensi Kelak Lahirkan Anak Stunting

Menangis selama menstruasi sering hilang dalam beberapa hari. Jika tidak, atau jika perasaan sedih terlalu berlebihan, bicarakan dengan dokter. Mereka mungkin meresepkan obat yang dapat membantu.

Obat yang dapat digunakan seperti pil KB, karena kontrasepsi ini  menghentikan ovulasi dan fluktuasi hormonal, yang mungkin menjadi inti dari masalah.

Dokte mungkin juga meresepkan antidepresan, seperti selective serotonin reuptake inhibitor (SSRI). (*)

#bijakGGL #berantasstunting #hadapicorona