Find Us On Social Media :

Terungkap, Usia Perawatan Akibat Gagal Jantung di Indonesia Lebih Muda Dibanding Negara ASEAN Lainnya, Ini Penyebabnya

Tingkat mortalitas pada pasien dengan gagal jantung yang bergejala masih cukup tinggi, yakni mencapai 25% pada satu tahun dan 50% pada lima tahun pertama paska diagnosis.

Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan estimasi tingkat kematian akibat gagal jantung di rumah sakit di kawasan Asia Pasifik dan Amerika Serikat (secara berturut-turut 4,8% dan 3,0%).

 

Dr. BRM Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K), spesialis jantung pembuluh darah RS Jantung Harapan Kita menjelaskan, “Gagal jantung merupakan kondisi kronis dan progresif jangka panjang yang cenderung memburuk secara bertahap yang disebabkan oleh hipertensi.

Hipertensi menyebabkan pembuluh darah menyempit dan mengakibatkan beban kerja jantung bertambah berat.

Penyempitan dan penyumbatan pembuluh darah yang disebabkan oleh hipertensi tersebut akan menyebabkan dinding ruang pompa jantung menebal (left ventricular hypertrophy) dan dalam jangka panjang akan meningkatkan risiko gagal jantung. Untuk memompa darah melawan tekananyang lebih tinggi di pembuluh.

Jantung harus bekerja lebih keras sehingga terjadi penyempitan arteri sehingga darah lebih sulit mengalir dengan lancar ke seluruh tubuh.

Dengan demikian, hipertensi membuat kerja jantung menjadi berlebihan untuk memenuhi kebutuhan tubuh akan oksigen dan nutrisi, namun kondisi jantung menjadi lebih sulit bekerja sehingga pada akhirnya jatuh ke kondisi gagal jantung,” jelasnya dalam webinar "Kelola Hipertensi, Cegah Gagal Jantung dan Kematian" yang diselenggarakan oleh Bayer (12/11/2020).

Baca Juga: Punya Balita di Rumah, Apa Yang Harus Tersedia di Kotak Obat P3K?

 Baca Juga: Mengenal Pemanis Buatan, Pengganti Gula yang Tetap Perlu Dibatasi

Dalam presentasinya, ia juga mengatakan, “Seseorang dikatakan menderita hipertensi apabila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg dan tekanan darah diastolik ≥ 90 mmHg.