“Kita hidup di masa yang sangat berbeda dari standar hidup dan rutinitas yang biasa. Perubahan dalam rutinitas yang menyertai pandemi dapat menyebabkan kita stres, karena rutinitas yang mapan membuat kita merasa aman.
Yang perlu diingat saat ini adalah fakta bahwa stres yang diciptakan oleh perubahan adalah normal dan diharapkan dan kita (secara inheren) memiliki kekuatan untuk mengatasinya," katanya.
Otak kita ternyata cukup berhasil beradaptasi dengan perubahan. “Otak kita membangun 'jalur saraf' sepanjang hari dan tetap aktif dalam aspek ini. Setiap emosi, pikiran, dan perilaku kita terjadi melalui jalur saraf ini, ”kata Ceylan.
Ceylan yakin, membangun jaringan / jalur saraf baru untuk emosi, pikiran, dan perilaku baru, memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan peristiwa yang ada atau tetap rentan terhadap peristiwa.
Setelah 'latihan' yang cukup (melalui waktu dan pengulangan), otak akan terbiasa dengan jalur saraf baru ini, yang memungkinkan kita untuk beradaptasi dengan kondisi baru yang dibawa oleh pandemi dalam beberapa bulan terakhir ini.
Oleh karena itu, dalam proses baru ini, otak menerima perubahan ini sebagai rutinitas baru atau kebiasaan baru dan mulai merasa aman dengan pembangunan jalur saraf baru dan praktik yang memadai.
Baca Juga: Vitamin E dan Asam Lemak Meredakan Gejala Sindrom Pramenstruasi (PMS)
Baca Juga: Banyak Saran Untuk Menghindari Gula, Sebenarnya Apa yang Dilakukan Gula di Dalam Tubuh?
Stres itu sendiri merupakan beban besar baik bagi pikiran maupun tubuh, dan stres akibat perubahan adalah salah satu yang sangat sulit untuk diatasi bagi sebagian orang.