Penemuan ini pun sempat mendatangkan berbagai kontroversi, sebab kontrasepsi masih dianggap ilegal pada negara-negara tertentu. Salah satunya seperti penggunaan kondom yang baru dianggap legal pada 1985 di Irlandia.
Meski begitu, pil KB pada nyatanya mulai dibuat pada tahun 1950-an oleh Gregory Pincus dan John Rock dengan bantuan dari Federasi Keluarga Berencana Amerika. Pil ini kemudian tersedia untuk publik sekitar tahun 1960-an.
Melalui berbagai sejarah panjang, inovasi dan perkembangan alat kontrasepsi terus berkembang.
Bahkan beberapa negara terus menggalakkan penggunaan alat kontrasepsi demi menekan angka populasi di dalamnya.
Bagi perempuan sendiri, penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi utama merupakan sebuah pilihan yang efektif.
Mengingat metodenya pun reversibel, artinya jika pasangan menginginkan kehamilan, istri cukup menghentikan konsumsi pil KB agar dapat hamil kembali.
Terutama dengan adanya pil KB kombinasi yang memiliki kandungan drospirenone, tak hanya mampu mencegah kehamilan hingga 99%, penggunaannya juga dapat mengobati permasalahan kulit, salah satunya yaitu jerawat dan kulit berminyak.
Baca Juga: 5 Mitos Tentang Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) yang Perlu Diketahui
Baca Juga: Ini Alasannya Mengapa Sebaiknya Kita Mandi Setelah Kehujanan
Meski begitu, penggunaan pil KB harus melalui konsultasi terlebih dahulu. Melalui konsultasi, dokter maupun bidan akan menyarankan pil KB yang tepat untuk pasien yang ingin menggunakan.(*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL