Find Us On Social Media :

Sejarah Pil KB, Penemuan Revolusioner yang Mengubah Dunia

Penemuan pil KB sesungguhnya memiliki sejarah panjang yang jarang diketahui banyak orang

 

GridHEALTH.id - Kehadiran alat kontrasepsi di tengah kehidupan, sedikit banyak mengubah pola kehidupan masyarakat.

Dahulu, perempuan menggunakan sistem kalender untuk memprediksi siklus menstruasi dan masa subur. Namun, adanya alat kontrasepsi seperti pil KB

pil KB membuat perempuan terbebas dari metode ini.

Penemuan pil KB pun dianggap menjadi salah satu penemuan revolusioner yang mengubah dunia. Sebab, tak hanya efektif mencegah kehamilan, pil KB juga memiliki kandungan hormon yang baik untuk penggunanya, seperti mencegah jerawat dan membuat kulit lebih bersih.

Diperingati setiap tanggal 26 September sebagai Hari Kontrasepsi Dunia. Penemuan pil KB sesungguhnya memiliki sejarah panjang yang jarang diketahui banyak orang. Seperti apa?

Era Mesir Kuno

Penggunaan kontrasepsi telah lama dikenal pada zaman Mesir kuno dan Mesopotamia.

Laman Our Bodies Selves menyebut, Mesir mengembangkan spermisida pertama dengan menggabungkan kotoran buaya dan adonan yang difermentasi, tujuannya yaitu untuk mendapatkan PH rendah yang berfungsi untuk mematikan sperma sebelum mencapai sel telur.

Baca Juga: Masih Banyak Mitos Beredar Seputar Pil KB, Bagaimana Faktanya?

Baca Juga: Tepung Nangka Hijau Rendah Indeks Glikemik, Cocok Untuk Penyandang Diabetes Tipe 2

Pada era ini, para perempuan Mesir kuno juga menggunakan kombinasi kapas, kurma, madu, dan akasia untuk membuat efek spermisida.

Kedua ramuan ini memiliki prinsip kerja layaknya sekat yang dimasukan pada vagina atau serupa dengan kondom pada kontrasepsi modern. Selain keduanya, melakukan senggama terputus pun kerap dilakukan oleh masyarakat Mesir kuno.

 

Era Yunani dan Romawi Kuno

Pemakaian kontrasepsi pun juga dikenal pada masa Yunani dan Romawi kuno. Pada masa tersebut, masyarakat kerap menggunakan tanaman raksaksa yang tumbuh di Afrika Utara, Silphium sebagai pencegah kehamilan alami.

Dilansir dari laman Mental Floss, para perempuan juga memasukan wol yang dibasahi oleh jus tanaman ini sebagai pencegah kehamilan. Tak hanya itu, bijinya yang berbentuk hati juga kerap diminum sebulan sekali sebagai pil KB.

Silphium pada masa itu juga dianggap berharga dan penting bagi ekonomi masyarakat, sehingga obat ini terbilang sangat mahal dan bernilai seperti perak. Tanaman ini juga harus diolah di tempat yang cukup jauh dari lokasi pemetikannya.

Era Modern

Berbeda dengan era kuno yang banyak memanfaatkan tanaman dan herbal sebagai ramuan kontrasepsi, era modern justru mengembangkan zat aktif dan hormon tiruan sebagai bahan utama pil KB. Namun, perjalanan pil KB tak semudah yang dibayangkan.

Publikasi Planned Parenthood berjudul The Birth Control Pill a History menyebut pencetus kontrasepsi dan pengendalian kelahiran pertama kali digagas oleh Margaret Sanger. Pada 1916, Margaret membuka klinik pengendalian kelahiran pertama di Amerika Serikat.

Baca Juga: WHO : Kepercayaan Masyarakat Pada Vaksin Covid-19 Penting Untuk Mengakhiri Pandemi

Baca Juga: Waspadai, 6 Situasi yang Menandakan Sudah Terkena Kanker Lambung

Lewat aksinya, para peneliti dan dokter mulai tergerak mengembangkan berbagai inovasi pencegah kehamilan. Hal ini dibuktikan oleh Aletta Jacobs, seorang dokter perempuan di Amsterdam yang berani memberikan diagfragma tanpa persetujuan pada 1882.

Penemuan ini pun sempat mendatangkan berbagai kontroversi, sebab kontrasepsi masih dianggap ilegal pada negara-negara tertentu. Salah satunya seperti penggunaan kondom yang baru dianggap legal pada 1985 di Irlandia.

Meski begitu, pil KB pada nyatanya mulai dibuat pada tahun 1950-an oleh Gregory Pincus dan John Rock dengan bantuan dari Federasi Keluarga Berencana Amerika. Pil ini kemudian tersedia untuk publik sekitar tahun 1960-an.

Melalui berbagai sejarah panjang, inovasi dan perkembangan alat kontrasepsi terus berkembang.

Bahkan beberapa negara terus menggalakkan penggunaan alat kontrasepsi demi menekan angka populasi di dalamnya.

Bagi perempuan sendiri, penggunaan pil KB sebagai alat kontrasepsi utama merupakan sebuah pilihan yang efektif.

Mengingat metodenya pun reversibel, artinya jika pasangan menginginkan kehamilan, istri cukup menghentikan konsumsi pil KB agar dapat hamil kembali.

Terutama dengan adanya pil KB kombinasi yang memiliki kandungan drospirenone, tak hanya mampu mencegah kehamilan hingga 99%, penggunaannya juga dapat mengobati permasalahan kulit, salah satunya yaitu jerawat dan kulit berminyak.

Baca Juga: 5 Mitos Tentang Sindrom Ovarium Polikistik (PCOS) yang Perlu Diketahui

Baca Juga: Ini Alasannya Mengapa Sebaiknya Kita Mandi Setelah Kehujanan

Meski begitu, penggunaan pil KB harus melalui konsultasi terlebih dahulu. Melalui konsultasi, dokter maupun bidan akan menyarankan pil KB yang tepat untuk pasien yang ingin menggunakan.(*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL