GridHEALTH.id - Virus corona alias Covid-19 pertama kali muncul di priode Desember 2019.
Masuk 2020, dengan cepatnya virus ini sudah menjadi pandemi global.
Baca Juga: Manfaat yang Didapat Saat Bercinta di Pagi Hari Sungguh Dahsyat, Buktikan!
Sebab di 2020 bisa dibilang tidak ada negara di dunia ini yang terbebas dari serbuan virus corona, yang pertama kali muncul di Wuhan, China.
China melaporkan kasus pertama pneumonia yang tidak diketahui penyebabnya di Wuhan, China tengah, ke WHO pada 31 Desember 2019 dan menutup pasar tempat virus korona diyakini telah muncul.
Menteri kesehatan China pada saat itu meminta WHO untuk mengidentifikasi sumber virus dan bagaimana virus itu melewati penghalang spesies, pada Mei lalu.
Baca Juga: Kasus Covid-19 Tembus 7 Ribu, Bagi yang Berkerumun Lebih dari 5 Orang Bakal Kena Denda
Kini sudah dipenghujung Desember 2020. Artinya sudah 12 bulan, bahkan lebih, Covid-19 memporak porandakan banyak sektor kehidupan di dunia.
Walau beberapa negara, termasuk China, sudah menemukan vaksinnya.
Tapi hingga sekarang sebab musabab penyebab Covid-19 belum terlacak.
Mungkin karena itu, ada berita yang menyebutkan kini WHO telah mengirimkan ilmuannya ke Wuhan.
Apakah untuk kembali melakukan penyelidikan atau pendalaman penelitian mengenai asal muasal virus Covid-19?
Baca Juga: Kekurangan Zat Besi Bahaya Laten Bangsa Indonesia, Menciptakan Generasi Emas Bisa Gagal Karenanya
Melansir Intisari-online.com (17 Desember 2020), yang mengutip berita dari mirror.co.uk (16 Desember 2020), Sebuah tim ilmuwan internasional diterbangkan menuju ke kota Wuhan di Cina.
Misimya untuk mengeksplorasi asal-usul pandemi Covid-19 mematikan yang melanda dunia.
Misi internasional tersebut akan dipimpin oleh Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Baca Juga: Kabar Gembira, Jakarta Tak Lagi Masuk Daftar Kota Paling Polusi Udara di Dunia!
Tim ilmuan tersebut diperkirakan akan berangkat ke China pada minggu pertama Januari 2021, untuk menyelidiki di mana virus yang memicu pandemi itu bermula.
Mengenai hal ini, Amerika sebagai negara donatur tetap dan besar WHO menyerukan penyelidikan yang dipimpin WHO yang "transparan".
Amerika pun mengkritik persyaratannya, yang memungkinkan ilmuwan China melakukan tahap pertama penelitian pendahuluan.
Baca Juga: Sering Susah Tidur Jadi Pertanda Konsumsi Gula Berlebih, Begini Baiknya
Tim yang terdiri dari 12-15 ahli internasional sudah bersiap pergi ke Wuhan untuk memeriksa bukti, termasuk sampel manusia dan hewan yang dikumpulkan oleh para peneliti China.
Ini baru membangun studi awal mereka.
Thea Fischer, seorang anggota ilmuan asal Denmark mengatakan, tim akan pergi "tepat setelah Tahun Baru" untuk misi enam minggu, termasuk dua minggu karantina pada saat kedatangan.
Baca Juga: Mukormikosis, Infeksi Jamur yang Dipicu Oleh Covid-19, Bisa Sebabkan Kebutaan
"Fase 1 seharusnya selesai sekarang, sesuai dengan kerangka acuan, dan kami harus mendapatkan beberapa hasil. Jika itu yang kami dapatkan saat kami datang ke China, itu akan fantastis. Maka kami sudah berada di fase 2," katanya kepada Reuters.
Keith Hamilton, seorang ahli di Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan (OIE) yang juga anggota rombongan ilmuan yang akan ikut ambil bagian mengatakan, "Saya mengantisipasi misi tersebut akan berlangsung dalam waktu dekat."
Baca Juga: Wajib Dipenuhi selama Periode Emas, Kenali 3 Aspek Penting 1000 Hari Pertama Kehidupan
Sedangkan juru bicara WHO Tarik Jasarevic mengatakan, tim internasional sedang mengerjakan pengaturan logistik untuk melakukan perjalanan ke China secepat mungkin.
Kami berharap tim bisa melakukan perjalanan pada Januari, katanya.
Seorang diplomat Barat mengatakan bahwa tim tersebut diperkirakan akan pergi pada awal Januari, menjelang pembukaan dewan eksekutif WHO pada 18 Januari, menambahkan: "Ada tekanan kuat pada China dan WHO."
Baca Juga: Jadi Syarat Wajib Keluar Masuk Jakarta, Ini Perbedaan Rapid Test Antibodi dan Rapid Test Antigen
Hamilton mengatakan virus serupa tetapi tidak identik diidentifikasi pada kelelawar tapal kuda, menunjukkan bahwa itu ditularkan terlebih dahulu ke hewan, atau inang perantara, sebelum menginfeksi manusia.
“Kalau kita melakukan surveilans hewan itu sulit, seperti mencari jarum di tumpukan jerami,” ujarnya.
Peter Ben Embarek, pakar utama penyakit hewan WHO mengatakan, bulan lalu misi tersebut ingin mewawancarai pekerja pasar tentang bagaimana mereka terinfeksi virus tersebut.
"Tidak ada indikasi bahwa itu adalah buatan manusia," tambahnya.(*)
Baca Juga: Wiku; Pasien Covid-19 di Indonesia Dengan Komorbid Penyakit Ginjal Paling Tinggi Risiko Kematiannya
#berantasstunting
#HadapiCorona
#BijakGGL