Find Us On Social Media :

Efektifkah Rapid Test Antigen Sebagai Syarat Travelling di Indonesia? Luhut; Memiliki Sensitivitas Lebih Baik

Efektifkah rapid tes antigen menjadi syarat wajib untuk travelling di Indonesia?

GridHEALTH.id - Pemerintah Indonesia kembali membuat kebijakan nasional dalam hadapi corona.

Kebijakan tersebut adalah sebuah syarat baru yang harus dipenuhi oleh masyarakat, yang akan melakukan travelling di dalam negeri.

Baca Juga: Cara Paling Akurat Mengukur Konsumsi Lemak Berlebih Ternyata Menggunakan Tali, Bukan Timbangan

Syarat tersebut adalah, setiap masyarakat yang hendak berpergian ke luar kota harus melengkapi diri dengan selembar surat sehat bebas infeksi Covid-19 dari hasil rapid test antigen.

"Rapid test antigen ini memiliki sensitivitas yang lebih baik bila dibandingkan rapid test antibodi," kata Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan melansir Kompas.com, Selasa (15/12/2020).

Penting diketahui, ada perbedaan antara rapid test antigen dengan rapid test antibodi yang selama ini digunakan dalam melakukan perjalanan. 

Rapid test antigen, menurut Ahli Patologi Klinis yang sekaligus Wakil direktur RS UNS Tonang Dwi Ardyanto, seperti dilansir dari Kompas.com (21 November 2020), merupakan tes menggunakan sampel swab mirip dengan PCR.

Karenanya rapid test antigen dinilai lebih akurat dibandingkan rapid test antibodi.

Baca Juga: Tak Perlu ke Rumah Sakit, Ini 6 Cara Sembuh dari Covid-19 Hanya dengan Isolasi Mandiri di Rumah

Sebab dapat mengidentifikasi virus dalam sekresi hidung dan tenggorokan.

Adapun identifikasi test antigen, setelah diambil swab-nya, pemeriksaan yang dilakukan seperti pada tes antibodi.

Lalu tes antigen mencari protein dari virus corona.

Baca Juga: Vaksin Covid-19 Diputuskan Bakal Gratis Menuai Pujian, Bagaimana dengan Distribusi dan Persoalan Suhu Dingin yang Jadi Syarat?

Jadi test antigen ini jauh lebih cepat mengeluarkan hasil swab daripada PCR.

Tapi, tes antigen biayanya lebih tinggi dari tes antibodi.

Walau demikian, harganya di bawah PCR yang lebih akurat dan menjadi standar internasional untuk mendeteksi infeksi virus corona pada seseorang.

Oleh karenanya, Tonang Dwi Ardyanto menegaskan, “Tes ini tidak bisa sepenuhnya menggantikan PCR. Tapi bisa digunakan dalam keadaan memang mendesak dan tidak sempat menunggu hasil PCR. Atau kapasitas PCR lebih diutamakan untuk kasus-kasus lain yang bergejala."

Baca Juga: Tunggu Izin Edar BPOM, Pemerintah Tak Akan Buru-buru Lakukan Vaksinasi Covid-19

Penting juga diketahui, Badan Pengawas Obat dan Makanan (FDA) AS memberi peringatan bahwa rapid tes antigen ini juga memiliki kemungkinan hasil positif palsu atau false negatif, sama halnya yang dimiliki rapid tes antibodi.

Risiko ini semakin besar apabila tes tersebut tidak digunakan dan dilakukan dengan benar.

FDA mengatakan, pihaknya telah menerima laporan hasil positif palsu dari panti jompo dan layanan perawatan kesehatan lainya.

Baca Juga: Cara Terbaik Agar BAB Lancar dan Normal, Terhindar Dari Sembelit

Dilansir Fox News, Rabu (4/11/2020), FDA memperingatkan;

* Bembaca hasil tes, baik sebelum atau setelah dari waktu yang ditentukan dalam instruksi, dapat menunjukkan positif atau negatif palsu.

* Merujuk pada ketentuan otorisasi EUA antigen, menetapkan laboratorium resmi harus mengikuti petunjuk untuk penggunaan terkait administrasi pengujian dan pembacaan hasilnya.

* Rapid tes antigen yang tidak disimpan dengan benar sebelum digunakan, berisiko memberikan hasil yang salah.

Baca Juga: FDA Keluarkan Peringatan Prihal Rapid Test Antigen, Jakarta dan Bandung Malah Mengandalkannya

* Memproses beberapa spesimen sekaligus, dapat memengaruhi hasil tes, karena mungkin menyulitkan untuk memastikan waktu inkubasi yang tepat untuk setiap spesimen.

* Pembersihan ruangan yang tidak memadai, desinfeksi alat yang tidak memadai, atau penggunaan peralatan medis yang tidak tepat seperti tidak mengganti sarung tangan saat menangani pasien berbeda, dapat meningkatkan risiko kontaminasi silang antara spesimen dengan hasil positif palsu berikutnya

Karenanya FDA mewanti-wanti, "Berhati-hatilah untuk meminimalkan risiko kontaminasi silang saat menguji spesimen pasien, yang dapat menyebabkan hasil positif palsu dalam melakukan rapid test antigen."

Baca Juga: Jika Muncul 6 Gejala Covid-19 Berikut Saat Isolasi Mandiri Segera ke Rumah Sakit

Karenanya FDA juga menyarankan agar Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit ( CDC) merekomendasikan protokol pengujian tes antigen di panti jompo dan mempertimbangkan melakukan pengujian ulang untuk mengkonfirmasi hasil dalam waktu 48 jam setelah dinyatakan positif.(*)

#berantasstunting

#HadapiCorona

#BijakGGL