Find Us On Social Media :

Epidemiolog Dicky Budiman: Kalau Tidak Lakukan Pengendalian Sekarang, Indonesia Baru Reda Covid-19 Pada 2024

Pemakaman korban Covid-19. Epidemiolog Dicky Budiman memprediksi, jika tidak ada pengendalian, wabah Covid-19 di Indonesia baru reda 2024.

GridHEALTHat.id - Presiden Joko Widodo telah memutuskan untuk melakukan PSBB ketat pada pulau Jawa dan Bali mulai tanggal 11 sampai 25 Januari 2020 (Kompas, 07/01/2021).

Rem darurat ini diambil karena ketersediaan tempat tidur di rumah sakit menipis akibat melonjaknya jumlah mereka yang terinfeksi virus corona penyebab Covid-19. Pada dokter disebut-sebut juga sudah kelelahan merawat pasien. Apalagi Indonesia juga disorot dunia dengan jumlah korban tewas tenaga medis mencapai 500 orang.

Indonesia juga disebut memasuki masa kritis sebab semua indikator yang merujuk pada pandemi Covid-19, termasuk angka kematian, meningkat.

Melihat hal ini epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman mengatakan pemerintah dan masyarakat Indonesia harus memilih bahwa aspek kesehatanlah yang perlu didahulukan.

Jika tidak, ia memprediksi pandemi di Indonesia baru akan mereda pada 2024 jika aspek kesehatan tidak menjadi prioritas.

Jika tidak menjadi prioritas (aspek kesehatan), maka penggunaan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, menghindari kerumunan, dan mengurangi mobilitas (5M) hanyalah jargon biasa.

Baca Juga: Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin Targetkan Maret 2022 Indonesia Capai Herd Immunity

Baca Juga: 5 Penyebab Vagina Basah Padahal Bukan Keputihan, Hormon Hingga Tumor

“Jika pengendalian pandemi masih dibarengi dengan kepentingan ekonomi harus terus berjalan, ya sulit. Intinya komitmen dan konsistensi. Sehingga hasilnya tidak setengah-setengah,” terangnya dikutip dari Suara Pembaruan, Jumat (09/01/2021).

Menurutnya Dicky, jumlah TLI yang menjadi strategi utama pengendalian Covid-19 selama lebih dari 10 bulan ini masih jauh dari memadai.

 

Dengan jumlah penduduk Indonesia, minimalnya, harus 1 tes per 1.000 orang per minggu.

Setelah skala minimal itu tercapai, maka dilihat terlebih dahulu, apakah sesuai dengan eskalasi pandemi dengan angka tes positivity rate. Jika masih di angka 5%, maka skalanya harus ditingkatkan lagi.

“Positivity rate adalah angka rujukan, apakah testing kita sudah sesuai dengan eskalasi pandemi itu minimal 5%.

Indonesia sejak awal pandemi itu selalu di atas 10% hingga 20%. Artinya, bukan hanya tidak cukup, tetapi sangat tidak cukup,” tuturnya.

Kemudian, aspek tracing optimalnya dilakukan hingga 80% dari kasus kontak yang teridentifikasi setiap harinya.

Baca Juga: Darah Haid Bisa Menyingkap Penyakit Wanita, Dari Kista Hingga Kanker

Baca Juga: Studi : Kurang Minum Berdampak Pada Menurunnya Gairah Bercinta

Jika target tersebut tidak tercapai maka akan terjadi penumpukan dan ruang penyebaran virus Covid-19 ini pun semakin luas.

Selanjutnya, untuk protokol kesehatan juga saat ini masih minim pelaksanaan. Kelalaian dan ketidakdisiplinan masih sering terjadi.

Jika sederet kesalahan ini terus diulangi,Dicky memastikan bahwa pandemi ini tidak akan dapat terselesaikan dalam waktu singkat.

Bahkan Dicky memberikan gambaran bahwa pandemi di Indonesia baru akan mereda di tahun 2024.

Baca Juga: 5 Tanda Covid-19 Masuk ke Paru-paru, Di antaranya Batuk Tanpa Henti

Baca Juga: Stres Dapat Membunuh Libido Hingga Menggangu Hubungan Suami-Istri

Terlebih, kini strain atau mutasi virus corona telah muncul di berbagai negara, dengan tingkat keganasan dan penyebaran yang lebih tinggi. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL