GridHEALTH.id - Di saat varian virus corona semakin banyak, dan pasien terinfeksi tetap meroket meski program vaksin Covid-19 mulai berjalan, sulit bagi dokter untuk memprediksi pasien mana yang akan mengembangkan kasus parah, menghadapi risiko rawat inap, bahkan risiko kematian yang lebih tinggi.
Dalam sebuah studi baru, para peneliti membuat model yang menggunakan trio penanda biologis untuk memprediksi apakah seorang pasien kemungkinan besar akan meninggal karena Covid-19 sehingga dokter bisa lebih memprioritaskan.
Model tersebut mampu meramalkan kematian setiap pasien lebih dari 10 hari sebelumnya dengan akurasi setidaknya 90%.
Dokter sedang berjuang untuk mengidentifikasi pasien virus corona mana yang akan mengembangkan kasus parah yang memerlukan rawat inap dan membuat mereka berisiko meninggal.
Penelitian yang baru diterbitkan mungkin menawarkan cara untuk memprediksi secara akurat risiko pasien meninggal akibat Covid-19.
Penulis studi yang diterbitkan Kamis (25/01/2021) di jurnal Nature Machine Intelligence menciptakan model yang melihat tiga penanda biologis, yang dapat diukur dalam setetes darah, yang dapat menunjukkan apakah kasus pasien bisa menjadi sangat berbahaya lebih dari 10 hari ke depan, dengan akurasi setidaknya 90%.
Baca Juga: Dokter : 'Penderita Alergi Suntik Vaksin Covid-19 di Rumah Sakit'
Baca Juga: 4 Alasan Mengapa Terlalu Banyak Gula Buruk Bagi Kesehatan Kita
Secara keseluruhan, "ketiga petunjuk ini dapat memainkan peran penting dalam membedakan sebagian besar kasus yang memerlukan perhatian medis segera," tulis para penulis.
Mereka juga mengatakan, bahwa model mereka menyediakan uji linis yang sederhana dan intuitif untuk mengukur risiko dengan tepat dan cepat. kematian."
Di Wuhan, Cina, penelitian menunjukkan 14% -19% pasien yang terinfeksi menjadi sakit parah. Di antara kasus-kasus sakit kritis tersebut, angka kematian lebih tinggi dari 60%.
Untuk mengidentifikasi kesamaan antara kasus parah ini, para peneliti menganalisis sampel darah yang diambil berulang kali dari 485 pasien viruscorona di Rumah Sakit Tongji di Wuhan, China, antara 10 Januari dan 18 Februari.
Mereka menguji berbagai masalah ginjal, jantung, dan pembekuan darah, mencatat apakah pasien tersebut selamat atau meninggal, kemudian menggunakan algoritme pembelajaran mesin untuk mencari pola biologis.
Hasil penelitian menemukan bahwa indikator berikut dapat memprediksi apakah seorang pasien memiliki risiko kematian yang lebih tinggi dibandingkan orang yang terinfeksi lainnya:
1. Enzim laktat dehidrogenase (LDH) tingkat tinggi. Ini terkait dengan kerusakan paru-paru dan jenis kerusakan jaringan yang terjadi selama pneumonia
Baca Juga: Daftar Buah-buahan yang Dapat Menaikkan Berat Badan Secara Alami
Baca Juga: Ini Dia Deteksi Dini Gejala Kanker Usus Besar yang Patut Diwaspadai
2. Limfopeni. Istilah untuk tingkat rendah limfosit - sel darah putih yang melindungi tubuh dari serangan patogen.
3. Peningkatan protein C-reaktif sensitivitas tinggi. Atau disingkat hs-CRP. Ini menandakan peradangan di paru-paru.
Dengan menggunakan indikator tersebut, model komputer dapat memprediksi apa yang terjadi pada pasien rumah sakit 10 hari sebelum hasil klinis mereka.
"Tiga ciri utama, LDH, limfosit dan hs-CRP, dapat dengan mudah dikumpulkan di rumah sakit manapun," tulis para peneliti dalam studi tersebut.
"Di rumah sakit yang padat, dan dengan kekurangan sumber daya medis, model sederhana ini dapat membantu memprioritaskan pasien dengan cepat, terutama selama pandemi ketika sumber daya perawatan kesehatan yang terbatas harus dialokasikan."
Studi lain yang diterbitkan minggu ini mengambil pendekatan serupa, menunjukkan 10 penanda biologis yang dapat membantu dokter menilai tingkat risiko setiap pasien.
Baca Juga: 7 Cara Menghilangkan Retensi Air yang Bertumpuk di Tubuh Selama Haid
Baca Juga: Waspadai Diabetes + Obesitas = Diabesitas, Sumber Berbagai Penyakit
Penelitian itu, yang diterbitkan dalam Journal of American Medical Association pada hari Selasa (02/02/2021), menyarankan penggunaan penanda ini untuk menentukan kemungkinan pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit.
Apakah akan menjadi sakit kritis hingga dirawat di unit perawatan intensif atau memakai ventilator, atau meninggal.
Para peneliti secara retrospektif memeriksa catatan medis dari 1.590 pasien yang dirawat di 575 rumah sakit di seluruh China antara 21 November 2019 dan 31 Januari 2020.
Dua dari biomarker tersebut tumpang tindih dengan yang disarankan dalam studi Nature: tingkat LDH yang tinggi dan rasio neutrofil-ke-limfosit yang tinggi (yang terkait dengan tingkat limfosit yang lebih rendah).
Delapan prediktor risiko lainnya termasuk riwayat kanker, tingginya jumlah kondisi medis yang sudah ada sebelumnya, usia yang lebih tua, sesak napas, batuk darah, tidak sadar, rontgen dada yang tidak normal, dan kadar bilirubin yang tinggi (zat dalam darah yang, dalam jumlah yang meningkat, menunjukkan kerusakan hati).
Para peneliti menggunakan 10 indikator tersebut untuk mengembangkan "kalkulator" risiko virus corona online yang dapat membantu memprediksi pasien Covid-19 yang dirawat di rumah sakit yang akan menjadi sakit kritis.
Alat prediksi itu dapat memungkinkan dokter dan petugas kesehatan mengoptimalkan sumber daya rumah sakit, tulis penulis penelitian.
Baca Juga: Divonis PCOS? Hindari Makanan Ini Agar Tak Jadi Kanker Ovarium
Baca Juga: Inggris Tembus 100 Ribu Meninggal Akibat Covid-19, PM Boris Johnson : 'Saya Menyesal dan Minta Maaf'
"Jika perkiraan risiko pasien untuk penyakit kritis rendah, dokter dapat memilih untuk memantau, sedangkan perkiraan risiko tinggi mungkin mendukung pengobatan agresif atau masuk ke ICU," kata mereka. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL