Find Us On Social Media :

Jika Anak Mengalami Hal Ini Di Masa Pandemi, Berarti Psikologisnya Sedang Terganggu

Sejumlah pelajar melakukan kegiatan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) di Balai Warga RT 05/RW 02 Kelurahan Galur, Johar Baru, Jakarta Pusat, Selasa (1/9/2020).

GridHEALTH.id - Tidak terasa, sudah hampir setahun anak-anak di Indonesia mengikuti pembelajaran jarak jauh (PJJ).

Hal ini dilakukan sejak pandemi virus corona (Covid-19) mulai mewabah di tanah air, yakni pada awal Maret 2020 lalu.

Meski berjalan lancar sampai saat ini, sebagai orangtua kita harus tahu bahwa pandemi ini ternyata cukup bisa mengganggu psikologis anak.

Termasuk soal PJJ ini yang ternyata sedikit banyak sangat berpengaruh pada si Kecil.

Seperti yang  diutarakan oleh psikolog Liza Djaprie saat webinar digital society dengan tema ‘Tantangan dan Solusi Menghadapi pembelajaran jarak jauh’ belum lama ini.

Baca Juga: WFH dan Sekolah Online Membuat Mata Terpaku Pada Layar Komputer, Ini 5 Senam Mata Untuk Meningkatkan Kemampuan Penglihatan Mata Secara Alami

Menurutnya dimasa pandemi orangtua harus lebih terbuka untuk mengetahui perasaan anak.

 

“Anak-anak juga merasakan hal berat di masa pandemi ini. Biasanya sekolah bertemu teman-temannya, bermain bebas tapi ini hanya di rumah saja. Belajar bersama orangtua yang juga kerap tidak sabar menemani belajar,” ujar Liza.

Karenanya jika anak mengalami hal ini sebaiknya orangtua harus waspada.

Sebab bisa jadi tanda anak sedang mengalami gangguan psikologis.

Gangguan psikologis yang bisa dialami anak saat pandemi diantaranya adalah cabin fever.

Ini merupakan gangguan psikologis yang diderita oleh seseorang setelah sekian lama tertahan atau berada di satu tempat (rumah atau ruangan) tanpa bisa berinteraksi dengan banyak individu lain dalam jangka waktu yang cukup panjang.

Beberapa gejala cabin fever diantaranya kebosanan yang kronik, mudah tersinggung, tidak sabar, resah berkepanjangan, mudah cemas.

Selain itu, tidak punya motivasi atas apapun, kesepian, merasa tidak berdaya, depresif, merasa tidak punya kemampuan untuk menyelesaikan tugas harian, perubahan pola makan dan tidur, serta sulit konsentrasi.

Baca Juga: Kondisi Si Doel Kini, Empedu Diangkat dan Masalah Jantung, Ini Pesannya

Untuk menghindari gangguan tersebut, Liza meminta agar orangtua membantu agar anak bisa lebih terbuka mengungkapkan perasaannya.

Sering berkomunikasi menanyakan bagaimana perasaan.

Sementara orangtua ditengah situasi pandemi harus menyesuaikan ekspektasi dan realita yang terjadi.

Jangan menuntut anak prestasi tinggi.

Baca Juga: Memulai Menstruasi Lebih Awal Mudah Alami Depresi Saat Dewasa

“Pandemi ini situasi yang susah tapi ada kelebihan juga. Saat di rumah saja, anak akan jadi lebih dekat dengan orangtua dan bantu anak lebih bisa terbuka mengutarakan perasaannya,” katanya.

Keterbukaan menjadi penting karena di saat pandemi anak-anak juga sebenarnya mengalami hal yang berat.

Liza menjelaskan, fase anak-anak adalah fase bermain, eksplorasi, melatih kemampuan sosial serta mengalami banyak hal secara langsung untuk tabungan masa depan.

Kemampuan analisa serta verbal anak yang mungkin terbatas, anak belum memiliki kemampuan regulasi stress yang baik, anak masih sangat bergantung pada lingkungan, anak adalah penyerap lingkungan yang baik.

Baca Juga: Beda Gejala Covid-19 Pada Anak dan Orang Dewasa, WHO: 'Orangtua Harus Waspada'

Dan ternyata saat pandemi, fase bermain terhambat, begitu juga kemampuan sosial karena harus di rumah saja.

Ketika anak bisa mengungkapkan perasaannya, akan bisa meminimalkan gangguan psikologis akibat pandemi.

Untuk menghindari beban anak, orangtua juga jangan menuntut hal yang berlebihan kepada anak di masa ini.

“Orangtua juga tidak bisa menuntut prestasi akademis setinggi mungkin ke anak. Tidak perlu ekspektasi dulu tapi yang penting sehat mental bersama, dan bahagia,” katanya.

Baca Juga: Orangtua Sering Panik Bila Anak Kejang Demam, Padahal Ini Solusinya

Menurutnya, masa pandemi bukan saatnya pencapaian tapi penyesuaian diri.

Perlu disyukuri masih bisa makan bareng, melakukan hal-hal bersama-sama di rumah.

Tapi bila anak melakukan hal yang luar biasa, juga Jangan dilupakan memberikan pujian.

Walaupun sudah sehari-hari dilakukan, tidak ada salahnya memberikan pujian ketika anak bisa bertahan dari awal sampai akhir mengikuti PJJ, tanpa mengeluh.

Biasanya ketika diberi pujian membuat anak semangat mengikuti PJJ.

Baca Juga: 3 Hal Penting yang Mesti Dipertimbangkan Orangtua Saat Mengizinkan Anaknya Sekolah Tatap Muka

Selain mengikuti pelajaran di sekolah, orangtua juga bisa memberikan tanggungjawab pekerjaan rumah yang bisa dilakukan.

Apalagi orangtua juga bisa mendampingi dan melihat langsung tanggunjawab tersebut. Seperti menanak nasi. Beri konsekuensi bila tanggungjawab itu tidak dilaksanakan.

“Beri pengertian bila lupa masak nasi, di rumah jadi tidak makan nasi.

Tanggungjawab yang bisa dilaksanakan jadi tabungan percaya diri dan anak punya kemampuan mengontrol sesuatu,” kata Liza lagi.

Namun ketika tanggungjawab itu ada lupanya jangan langsung dimarahi habis-habisan.

“ijinkan anak mengalami kegagalan. Kegagalan seorang anak adalah proses belajar. Gagal itu artinya sama-sama belajar. Tapi anak juga harus mau minta maaf,” pungkasnya.(*)

Baca Juga: Menyongsong Sekolah Tatap Muka 2021, 2 Guru SMP Meninggal Dunia karena Covid-19

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL

Artikel ini telah tayang di Warta Kota dengan judul Pandemi Covid-19 Juga Jadi Hal Berat Bagi Anak, Kenali Bila Telah Terjadi Gangguan Psikologis