GridHEALTH.id - Diabetes adalah akibat dari ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi atau menggunakan insulin.
Sedangkan insulin adalah hormon yang memungkinkan tubuh mengubah glukosa, atau gula, menjadi energi.
Jika tubuh mengalami kesulitan memetabolisme glukosa, hal itu dapat menyebabkan kadar gula darah tinggi. Ini dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka.
Pada penyandang diabetes, luka cenderung sembuh lebih lambat dan berkembang lebih cepat, jadi penting untuk mengetahui apa yang harus diwaspadai.
Meskipun luka, goresan, goresan, dan lecet dapat terjadi di mana saja di tubuh, kaki adalah salah satu tempat cedera yang paling umum. Luka kecil di kaki bisa dengan cepat berkembang menjadi borok (ulkus)
Ulkus kaki bisa menjadi serius jika tidak ditangani. Antara 14 dan 24% orang yang menderita diabetes akan berakhir dengan amputasi tungkai bawah.
Baca Juga: 7 Gejala Tidak Umum Penyakit Diabetes Yang Masih Jarang Diketahui
Baca Juga: Epidemiolog Tak Setuju PPKM Mikro Dilakukan, 'Bisa Jadi Bom Waktu'
Untuk alasan ini, sangat penting untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah mandiri secara teratur dan memantau setiap luka dengan cermat. Mengobati luka sejak dini adalah satu-satunya cara untuk mengurangi risiko komplikasi.
Bagi penyandang diabetes, sejumlah faktor dapat memengaruhi kemampuan tubuh untuk menyembuhkan luka.
Dikutip dari American Diabetes Association, inilah sejumlah faktor penyebab utama luka sukar/lambat disembuhkan pada penyandang diabetes;
1. Kadar gula darah tinggi
Kadar gula darah adalah faktor utama seberapa cepat luka akan sembuh. Ketika kadar gula darah ebih tinggi dari biasanya ini mencegah nutrisi dan oksigen memberi energi pada sel.
Akibatnya, hal ini mencegah sistem kekebalan berfungsi secara efisien dan meningkatkan peradangan pada sel-sel tubuh. Efek ini memperlambat penyembuhan luka.
2. Neuropati
Neuropati perifer juga dapat terjadi karena kadar gula darah yang secara konsisten lebih tinggi dari biasanya.
Seiring waktu, kerusakan terjadi pada saraf dan pembuluh darah. Hal ini dapat menyebabkan area yang terkena kehilangan sensasi.
Neuropati sangat umum terjadi pada tangan dan kaki. Ketika itu terjadi, kita mungkin tidak dapat merasakan luka saat itu terjadi.
Baca Juga: Tunda Kehamilan Dua Bulan Setelah Suntik Vaksin Covid-19, Saran Pakar
Baca Juga: World Cancer Day 2021, Di Indonesia Kanker Usus Besar Banyak Diderita Usia Muda
Inilah salah satu alasan utama mengapa luka kaki cenderung lebih sering terjadi pada penderita diabetes.
3. Sirkulasi darah yang buruk
Penyandang iabetes dua kali lebih mungkin mengembangkan penyakit pembuluh darah perifer, suatu kondisi akibat sirkulasi darah yang buruk.
Penyakit pembuluh darah perifer menyebabkan pembuluh darah menyempit, yang mengurangi aliran darah ke anggota tubuh.
Kondisi tersebut juga memengaruhi kemampuan sel darah merah untuk melewati pembuluh dengan mudah.
Ditambah, kadar glukosa darah yang lebih tinggi dari normal meningkatkan ketebalan darah, bahkan lebih memengaruhi aliran darah tubuh.
4. Sistem kekebalan menurun
Banyak penyandang diabetes juga mengalami masalah dengan aktivasi sistem kekebalan. Jumlah sel pejuang kekebalan yang dikirim untuk menyembuhkan luka, dan kemampuannya untuk bertindak, sering kali berkurang.
Baca Juga: 3 Petunjuk Dalam Darah Pasien Virus Corona Bisa Memprediksi Risiko Kematian Hingga 10 Hari Kedepan
Baca Juga: Haid yang Membanjir Mungkin Akan Segera Berlalu Berkat Pengobatan Ini
Jika sistem kekebalan tidak dapat berfungsi dengan baik, penyembuhan luka lebih lambat dan risiko infeksi lebih tinggi.
5. Infeksi.
Jika sistem kekebalan tidak berfungsi dengan baik, tubuh juga mengalami kesulitan melawan bakteri penyebab infeksi.
Kadar gula darah yang lebih tinggi dari normal juga meningkatkan kemungkinan infeksi. Ini karena bakteri berkembang biak dengan mudah akibat gula ekstra yang tersedia di aliran darah.
Baca Juga: Pola Makan dan Olahraga Perlu Disesuaikan dengan Tahapan Siklus Menstruasi Agar Nyaman Menjalaninya
Baca Juga: Asupan Gluten Di Usia Balita Berisiko Munculkan Diabetes Tipe 1
Kadar gula darah yang tinggi juga dapat mencegah sel-sel kekebalan untuk melawan bakteri yang menyerang. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL