“Secara genetik, penyebab meningkatnya risiko kanker lambung adalah jika ibu, ayah, kakak atau adik memiliki kanker gaster, golongan darah A, Li-fraumeni syndrome, familial adenomatous polypsis (FAP) dan hereditary nonpolyposis colon cancer,” jelas Prof. Aru Sudoyo.
Prof. Aru Sudoyo menjelaskan bahwa faktor-faktor risiko terkena kanker hanya 5-10% yang diakibatkan oleh faktor genetika.
Sedangkan 90-95% lebih disebabkan oleh faktor lingkungan yang meliputi diet (30-35%), rokok (25-30%), infeksi (15-20%), obesitas (10-20%), alkohol (4-6%) dan lain-lain (10-15%).
“Dengan demikian, kanker dapat dicegah dengan pola hidup sehat dan melakukan deteksi dini kanker,” ujar Prof. Aru Sudoyo.
Sementara itu General Manager Taiho Pharma Singapore PTE. LTD. Jakarta Representative Office dr. Ervina Hasti Widyandini mengatakan, “Diagnosis dan terapi pada stadium dini tentunya diharapkan akan memiliki tingkat keparahan dan prognosis yang lebih baik ketimbang bila dideteksi dan diterapi ketika sudah masuk stadium lanjut"
Untuk itu menurutnya penting sekali untuk kita dapat mengenali gejala-gejala gangguan lambung apa saja yang harus kita waspadai dan ditindaklanjuti, apakah berupa penyakit lambung biasa yang umum dikenal sebagai sindroma dyspepsia ataukah mengarah ke keganasan atau kanker lambung.
Baca Juga: Obat Radang Sendi Tocilizumab Kurangi Risiko Kematian Covid-19, Studi
Baca Juga: Aturan Masih Digodog, 2000 Perusahaan Sudah Daftar Vaksinasi Mandiri
"Kami berharap melalui edukasi ini, pemahaman akan upaya pencegahan maupun deteksi dini kanker lambung akan meningkat, meski kejadian kanker lambung yang terdaftar saat ini di Indonesia belum terlalu tinggi namun bukan berarti tidak ada sama sekali.” (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL