GridHEALTH.id - Studi ini dilakukan di Jerman, namun psikiater, psikolog dan dokter anak di seluruh dunia telah telah menyuarakan kekhawatiran yang semakin besar bahwa penutupan sekolah, pembatasan sosial, dan tindakan pencegahan lainnya memperbesar ketakutan, gangguan, dan stres pandemi di antara anak dan remaja di seluruh dunia dan meningkatkan prospek krisis kesehatan mental di masa depan.
Di Jerman saja, 13,7 juta anak telah terdampak oleh pandemi ini yang berarti 1 dari 3 anak di sana menderita gangguan mental akibat kehilangan masa bergaul dan masa belajar di sekolah.
"Kami belum memiliki studi jangka panjang, tetapi ada banyak bukti anekdotal tentang peningkatan rawat inap yang didorong oleh krisis dan praktik psikolog yang melimpah," kata Julia Asbrand, seorang profesor psikologi anak dan remaja di Universitas Humboldt Berlin, mengatakan The Associated Press.
Sebuah survei baru-baru ini oleh University Medical Center Hamburg-Eppendorf menemukan bahwa sekitar satu dari tiga anak menderita kecemasan atau depresi terkait pandemi atau menunjukkan gejala psikosomatis seperti sakit kepala atau sakit perut.
Anak-anak dari keluarga yang lebih miskin dan imigran terpengaruh secara tidak proporsional, menurut survei tersebut.
Baca Juga: Untuk Pertama Kalinya, Oxford Akan Menguji Vaksin Covid-19 Pada Anak
Baca Juga: Minum Teh Secara Rutin Menyehatkan Golongan Lanjut Usia, Studi
Penutupan besar kedua di Jerman dimulai sebelum Natal 2020. Siswa di kelas 1-3 diizinkan kembali ke kelas minggu ini dengan ukuran kelas yang diperkecil dan pelajaran yang terbatas.