Pada virus influenza, mutasi genetik terakumulasi dan menyebabkan antigennya “melayang” - artinya permukaan virus yang bermutasi terlihat berbeda dari virus aslinya.
Ketika virus influenza cukup berpindah, vaksin untuk strain virus lama dan kekebalan dari infeksi virus influenza sebelumnya tidak lagi bekerja melawan strain baru yang melayang. Seseorang kemudian menjadi rentan terhadap virus flu mutasi yang lebih baru.
Antigenic drift adalah salah satu alasan utama mengapa vaksin flu harus ditinjau dan diperbarui setiap tahun, untuk mengikuti perkembangan virus influenza yang berubah.
Dalam kasus virus corona, mutasi terjadi saat mereka hendak memperbanyak diri (replikasi) di sel manusia.
Ketika virus corona masuk ke tubuh manusia, mereka bakal berupaya masuk ke sel kita dengan menempelkan spike proteinnya ke enzim ACE2 yang melekat di sel manusia. Setelah masuk, mereka bakal membajak sel kita untuk memperbanyak dirinya sendiri.
Namun, sering kali virus corona yang baru tidak sama persis dengan virus corona yang lama. Perubahan urutan genetik dapat terjadi sebagai akibat dari kesalahan saat replikasi, di mana penyalinan genom secara tidak sengaja menyebabkan perubahan. Mutasi corona pada dasarnya terjadi ketika mereka 'membuat kesalahan' saat replikasi.
Baca Juga: Faktor Genetik Menyumbang Munculnya Diabetes, Tapi Bisa Dicegah!
Baca Juga: FDA Peringatkan Potensi Ketidakakuratan Oksimeter Pengukur Oksigen
Seberapa sering mutasi terjadi tergantung pada jenis virus tersebut. Virus yang genomnya terdiri dari RNA seperti virus corona umumnya bermutasi lebih cepat daripada virus yang genomnya berbasis DNA.