Find Us On Social Media :

Bagaimana Virus Bermutasi dan Apa Dampaknya Untuk Vaksin? Ini Penjelasannya

Mutasi virus corona dengan banyak varian, terbaru dari Inggris. Lebih menyebar dan mematikan.

GridHEALTH.id - Meskipun istilah "mutasi virus" mungkin terdengar mengkhawatirkan, penting untuk dipahami bahwa banyak dari mutasi ini kecil, dan tidak berdampak keseluruhan pada seberapa cepat virus menyebar atau berpotensi seberapa parah infeksi virus. Faktanya, beberapa mutasi dapat membuat virus jadi melemah.

“Banyak mutasi dalam genom virus yang diam. Mutasi tidak mengubah fungsi virus dengan cara apa pun, dan tidak mengakibatkan perubahan pada keparahan penyakit atau respons kekebalan,” tulis para peneliti University of Cape Town dan University of Pretoria di The Conversation.

“Dari mereka yang tidak diam, banyak yang merusak fungsi virus dan menghasilkan virus yang tidak dapat hidup, dan karena itu tidak bertahan menjadi virus generasi baru.”

Sebagian besar pengetahuan kita tentang bagaimana virus berubah untuk melepaskan diri dari kekebalan alami atau yang diperoleh dari vaksin berasal dari pengamatan virus influenza dan terus memperbarui vaksin influenza.

Perbandingan persamaan dan perbedaan antara virus corona dan virus flu dapat membantu kita memahami bagaimana persamaan dan perbedaan tersebut dapat memengaruhi potensi vaksin Covid-19.

Saat virus bereplikasi, gennya mengalami “kesalahan penyalinan” acak (mis. Mutasi genetik). Seiring waktu, kesalahan penyalinan genetik ini dapat, di antara perubahan lain pada virus, menyebabkan perubahan pada protein atau antigen permukaan virus.

Baca Juga: Mulai Sesuaikan Isi Vaksin Covid-19 dengan Varian Virus Corona yang Muncul, Moderna Rilis 'South African Variant'

Baca Juga: Pemprov DKI Antisipasi Varian Virus Corona dari Inggris, Angka Kesembuhan Terus Naik

Sistem kekebalan kita menggunakan antigen ini untuk mengenali dan melawan virus. Jadi, apa yang terjadi jika virus bermutasi untuk menghindari sistem kekebalan kita?

Pada virus influenza, mutasi genetik terakumulasi dan menyebabkan antigennya “melayang” - artinya permukaan virus yang bermutasi terlihat berbeda dari virus aslinya.

Ketika virus influenza cukup berpindah, vaksin untuk strain virus lama dan kekebalan dari infeksi virus influenza sebelumnya tidak lagi bekerja melawan strain baru yang melayang. Seseorang kemudian menjadi rentan terhadap virus flu mutasi yang lebih baru.

Antigenic drift adalah salah satu alasan utama mengapa vaksin flu harus ditinjau dan diperbarui setiap tahun, untuk mengikuti perkembangan virus influenza yang berubah.

Dalam kasus virus corona, mutasi terjadi saat mereka hendak memperbanyak diri (replikasi) di sel manusia.

Ketika virus corona masuk ke tubuh manusia, mereka bakal berupaya masuk ke sel kita dengan menempelkan spike proteinnya ke enzim ACE2 yang melekat di sel manusia. Setelah masuk, mereka bakal membajak sel kita untuk memperbanyak dirinya sendiri.

Namun, sering kali virus corona yang baru tidak sama persis dengan virus corona yang lama. Perubahan urutan genetik dapat terjadi sebagai akibat dari kesalahan saat replikasi, di mana penyalinan genom secara tidak sengaja menyebabkan perubahan. Mutasi corona pada dasarnya terjadi ketika mereka 'membuat kesalahan' saat replikasi.

Baca Juga: Faktor Genetik Menyumbang Munculnya Diabetes, Tapi Bisa Dicegah!

Baca Juga: FDA Peringatkan Potensi Ketidakakuratan Oksimeter Pengukur Oksigen

Seberapa sering mutasi terjadi tergantung pada jenis virus tersebut. Virus yang genomnya terdiri dari RNA seperti virus corona umumnya bermutasi lebih cepat daripada virus yang genomnya berbasis DNA.

Menurut laporan jurnal Nature, virus SARS-CoV-2 rata-rata memiliki tingkat mutasi hingga dua huruf per bulan dalam genomnya. Tingkat mutasi ini hanya sekitar setengah dari influenza dan seperempat dari HIV, yang juga sama-sama berbasis RNA.

Meskipun sebagian besar mutasi virus kecil sifatnya, namun, para peneliti mewanti-wanti kalau akumulasi mutasi yang secara signifikan dapat mengubah sifat-sifat garis keturunan virus dan menjadi varian baru dengan dampak yang merugikan manusia.

Salah satunya adalah mutasi virus corona B.1.1.7 yang jadi salah satu mutasi dengan perubahan terbesar di bagian spike protein yang dicatat para peneliti sejauh ini.

Varian baru itu terbukti lebih cepat menular 50%, dan terindikasi menyebabkan lebih banyak kematian hingga 30%.

Selain dampak pada tingkat penularan dan kematian, sebuah mutasi juga bisa berdampak pada efektivitas vaksin. Contohnya seperti pada varian B.1.351 yang mutasinya mirip B.1.1.7 dan dikenal dengan penularannya yang tinggi.

Respons imun dari vaksin Moderna, misalnya, terbukti kurang kuat ketika menghadapi virus corona B.1.351 yang pertama kali muncul di Afrika Selatan.

Baca Juga: WHO Sesalkan Ada Negara Prioritaskan Vaksin Covid-19 Pada Orang Dewasa Sehat

Baca Juga: 3 Jenis Sakit Kepala 'Harian' yang Sering Muncul dan Cara Mengatasinya

Sedangkan vaksin corona Pfizer tetap bekerja melawan varian itu lewat uji di lab, tetapi kurang efektif. Temuan ini menggarisbawahi kekhawatiran munculnya mutasi virus corona yang bisa berdampak signifikan terhadap perlindungan vaksin.

Mutasi virus corona juga dikhawatirkan dapat meningkatkan kasus reinfeksi. Contohnya adalah varian P.1 yang muncul di Brasil. Varian ini memiliki 17 mutasi unik, termasuk tiga di domain pengikat reseptor protein spike.

“Kemunculan varian baru-baru ini dengan beberapa mutasi bersama dalam lonjakan menimbulkan kekhawatiran tentang evolusi konvergen ke fenotipe baru, yang berpotensi terkait dengan peningkatan penularan atau kecenderungan infeksi ulang pada individu,” kata para peneliti Brasil dalam laporan mereka di forum Virological pada 12 Januari 2020, dikutip dari kumparan.com (02/03/2021).

Baca Juga: 1 dari 3 Anak Terkena Gangguan Mental Terkait Pandemi Covid-19, Studi

Baca Juga: Minum Teh Secara Rutin Menyehatkan Golongan Lanjut Usia, Studi

Para peneliti menemukan, varian P.1 teridentifikasi sebanyak 42% (13 dari 31) sampel di kota Manaus, Brasil, yang mereka kumpulkan pada Desember 2020. Sebelumnya, varian ini tidak teridentifikasi dalam data genom kota itu sejak Maret-November 2020. (*)

#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL