GridHEALTH.id - Sudah satu tahun lebih anak-anak menjalani belajar online via daring. Dengan tidak adanya interaksi sosial secara langsung karena pandemi Covid-9 berdampak besar pada psikologis anak-anak.
Dokter anak mengatakan bahwa pembatasan terkait Covid-19 pada kontak sosial telah berdampak serius pada anak-anak dan remaja di seluruh dunia, dengan efek merusak pada kesejahteraan psikologis mereka sehingga menimbulkan stres pada anak.
Sebuah penelitian yang dilakukan secara online di China dengan sekitar 8.000 siswa berusia 12-18 menemukan bahwa 43% anak sekolah menengah menunjukkan gejala depresi, 37% kecemasan, dan 31% kecemasan dan depresi.
Ditemukan juga korelasi negatif antara kehadiran gejala tersebut dan tingkat kesadaran akan Covid-19.
Demikian pula, peningkatan upaya bunuh diri dan ide bunuh diri diamati pada tahun 2020 di AS, di mana sebuah studi, yang mengambil data dari 12.827 remaja berusia 11-21, menemukan bahwa tingkat upaya bunuh diri yang lebih tinggi pada bulan Februari, Maret, April dan Juli 2020 dibandingkan dengan bulan yang sama di tahun 2019.
Sementara di Jerman, sejak dimulainya pandemi setahun lalu, hampir satu dari tiga anak menunjukkan masalah psikologis.
Baca Juga: Dapat 'Lampu Hijau' dari MUI, Vaksin Covid-19 AstraZeneca Siap Diedarkan di 6 Provinsi
Studi yang dilakukan oleh Pusat Medis Universitas Hamburg-Eppendorf menemukan bahwa mereka sebagian besar adalah kekhawatiran dan ketakutan, tetapi termasuk gejala depresi dan keluhan psikosomatis seperti sakit kepala dan sakit perut.
Berdasarkan temuan ini, orangtua memiliki alasan yang kuat untuk bertanya pada diri sendiri apa yang paling membuat anak mereka stres, dan apa yang dapat mereka lakukan untuk membantu.
Pertama-tama, mereka harus memastikan apakah anak-anak hanya melalui fase yang sulit atau sesuatu yang lebih serius sedang bekerja dengan memperhatikan dua hal berikut;
1. Gejala fisik
"Ada sejumlah gejala, seperti kegelisahan, sakit perut, kelelahan, dan kesulitan berkonsentrasi" yang dapat mengindikasikan seorang anak berada di bawah tekanan psikologis, kata Dr. Mirriam Priess, seorang spesialis dalam pengobatan psikosomatis, terapis dan penulis, kepada Deutsche Presse Agentur (DPA) pada Senin, 22/03/2021.
2. Perubahan perilaku
Tanda peringatan lebih lanjut adalah ketika anak-anak dan remaja mengimbangi kecemasan dan masalah mereka dengan perilaku pelarian.
Bergantung pada usia mereka, bisa jadi dengan meningkatnya penggunaan smartphone dan permainan komputer, atau konsumsi permen atau alkohol yang berlebihan
Para orangtua dari anak-anak yang bermasalah mungkin juga mengalami lebih banyak pertengkaran dengan mereka pada awalnya, sebelum kontak perlahan-lahan berkurang saat anak-anak menjadi semakin menyendiri.
Baca Juga: Pradiabetes Tak Ditangani Juga Berisiko, Pahami Tanda dan Gejalanya
Baca Juga: 8 Vitamin Penting Untuk Wanita Di Atas 40 Tahun dan Sumber Makanannya
"Untuk mengetahui perasaan anaknya, orangtuaharus menjaga dialog. Ini berarti lebih dari sekadar berbicara satu sama lain," kata Priess.
Percakapan harus berkisar pada pertanyaan seperti, "Apa kabar? Apa yang Anda butuhkan?" dia menasihati, menambahkan bahwa kedua belah pihak harus merasa didengarkan dan dipahami.
Sekarang, lebih dari sebelumnya, penting bagi orang tua untuk menyampaikan kepada anak-anak mereka bahwa mereka menghargai mereka apa adanya, bahkan jika mereka berpikir bahwa anak mereka mungkin tidak cukup berprestasi untuk sekolah sebagaimana mestinya.
"Orangtua harus melihat kembali ekspektasinya. Tidak realitis dan adil bila anak-anak tetap harus memenuhi semua harapan orangtua, sementara di luar sana pandemi Covid-19 terus mengancam."
Ingat, akibat penguncian atau kebijakan pembatasan selama Covid-19, anak-anak kehilangan hubungan, kontak sosial, hobi, lingkungan terstruktur yang disediakan oleh sekolah.
"Jadi jangan ditambah beban lagi. Justru kehilangan ini harus diganti oleh keluarga dengan memberikan empati," kata Priess sambil menekankan pentingnya atmosfer yang nyaman di rumah. (*)
#berantasstunting #hadapicorona #bijakGGL