Find Us On Social Media :

Setelah Jokowi Mendukung, Siti Fadilah Supari Siap jadi Relawan Vaksin Nusantara: "Saya Trust Terhadap Terawan"

Mantan Menkes Siti Fadilah Supari siap jadi relawan vaksin nusantara.

GridHEALTH.idSiti Fadilah Supari mengaku siap dan akan menjadi relawan penelitian vaksin Nusantara di RSPAD Gatot Soebroto.

Mantan Menteri Kesehatan (Menkes) itu percaya bahwa Terawan Agus Putranto akan melakukan yang terbaik dalam mengembangkan vaksin Covid-19 tersebut.

Baca Juga: Vaksin Nusantara Menurut Siti Fadilah Supari, Jangan Dijegal, Akan Untungkan Indonesia

Apalagi, menurut Siti, Presiden Joko Widodo (Jokowi) sangat mendukung pengembangan vaksin Covid-19 di dalam negeri.

“Saya jadi relawan secara sukarela. Saya itu peneliti, jadi saya tahu persis apa itu uji klinis."

"Kemudian saya trust terhadap Terawan."

"Saya kenalnya sudah puluhan tahun. Saya tahu sifat-sifat dia seperti apa.”

“Terawan seorang peneliti. Juga karena saya menghagai pemikiran dia."

"Jadi saya mendukung dengan cara mengikuti penelitian ini, dan rela mejadi relawan untuk membuktikan hipotesisnya,” ujar Siti dikutip dari Warta Kota (17/4/2021).

Baca Juga: Ustaz Zacky Mirza Mengidap Pneumonia Bukan Covid-19, Ini Gejalanya

Siti juga berujar bahwa Presiden Jokowi sudah menyatakan dukungannya terhadap pengembangan vaksin buatan dalam negeri.

“Wong Presidennya sudah mendukung, kok menolak?” ucap Siti.

Di dalam ilmu pengetahuan, lanjut dia, logika pemikiran logis saja tidak cukup, tetapi harus dibuktikan dalam penelitian.

“Seorang peneliti itu memiliki hipotesis dan kemudian berproses untuk dibuktikan."

"Kalau hasilnya bagus dan sesuai, alhamdulilah akan membawa kebaikan bagi bangsa ini."

"Dan kalau tidak selesai, juga pasti ada yang ditemukan."

Baca Juga: Vaksin Nusantara Memanas, pengobatan 'cuci otak' dr Terawan Kembali Diungkit yang Membuatnya Dipecat

"Nah, itulah yang membuat saya rela ikut dalam uji klinis dari proyeknya dokter Terawan,” terangnya.

Lebih lanjut, Siti mengaku memiliki komorbid dan usia sudah 70 tahun, sehingga tidak bisa menerima vaksin Covid-19 yang sudah ada.

“Saya memang tidak bisa divaksin dengan vaksin yang ada. Karena saya punya komorbid. Begitu ada alternatif vaksin Nusantara itu, saya tertarik.”

"Selain juga saya mau tahu hasilnya bagaimana secara langsung. Jadi saya ikut jadi relawan," ucap Siti.

Diketahui, polemik terkait pengembangan vaksin Nusantara terjadi karena sampai saat ini BPOM belum memberikan rekomendasinya.

Kepala BPOM Penny Lukito membeberkan alasan pihaknya sampai saat ini belum juga merekomendasikan kelanjutan uji klinis vaksin Nusantara.

Menurut Penny ada beberapa hal terkait penelitian vaksin tersebut yang dinilai tak sesuai dengan kaidah medis.

Baca Juga: Vaksin Nusantara Gagasan dr Terawan Dibombardir Kritikan Negatif, Dua Profesor 'Pasang Badan'

Salah satunya, terdapat perbedaan lokasi penelitian dengan pihak sebelumnya yang mengajukan diri sebagai komite etik.

"Pemenuhan kaidah good clinical practice juga tidak dilaksanakan dalam penelitian ini. Komite etik dari RSPAD Gatot Subroto, tapi pelaksanaan penelitian ada di RS dr Kariadi," kata Penny seperti dilansir dari artikel yang dipublish GridHEALTH.id (23/3/2021).

Dikesempatan lain, Penny juga mengatakan penting dalam sebuah penelitian ilmiah harus melewati uji praklinik atau uji pada hewan, sebelum diberikan kepada manusia.

Hal itu untuk menghindari kesalahan fatal dan memberikan perlindungan kepada relawan.

Baca Juga: Vaksin Nusantara yang Digagasnya Dikritik Kanan Kiri, dr Terawan Berikan Keterangan Santai Tapi Menohok

"Kalau tidak dilakukan dan langsung loncat ke clinical trial, nanti kesalahan ada di sana."

"Yang namanya penelitian begitu."

"Kita belajar dari tahapan-tahapan yang ada. Harusnya bisa dapat dikoreksi, diperbaiki."

"Vaksin Nusantara kami tidak bisa jawab."

"Penilaian Badan POM pada fase pertama uji klinik vaksin dendritik belum bisa dilanjutkan ke fase II, dan ada temuan correction action."

"Koreksi-koreksi harus ada perbaikan kalau mau maju ke fase kedua," paparnya dalam konferensi pers virtual bersama BPOM secara virtual, Jumat (16/4/2021).(*)

Baca Juga: Akhirnya Pemerintah Dukung Pengembangan Vaksin Nusantara, Jika Penelitinya Bisa Pastikan 3 Hal dari BPOM Ini Dipenuhi

 #berantasstunting

#hadapicorona

#BijakGGL