Find Us On Social Media :

Luka Infeksi Daerah Operasi, Periksakan ke Dokter JIka Mengalami Gejala Seperti Ini

Waspada infeksi daerah operasi (IDO).

GridHEALTH.id - Infeksi Daerah Operasi (IDO) merupakan kondisi yang harus diwaspadai semua pasien yang telah menjalani prosedur operasi.

Diketahui IDO sendiri dalam bahasa asing dikenal sebegai Surgical Site Infection (SSI).

Ini adalah infeksi yang terjadi di daerah operasi dalam suatu kurun waktu 30 hari pascabedah, atau hingga 1 tahun apabila tindakan bedah tersebut menggunakan implan.

Baca Juga: CDC: Indonesia Masuk Zona Hijau Covid-19 Dunia dan Aman Untuk Dikunjungi

Dan operasi yang dilakukan biasanya bukan terkait dengan penyakit infeksi.

Demikian yang dijelaskan Dr. dr. Warsinggih, Sp.B-KBD, Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Digestif & Tim penyusun CPG IDO, dalam webinar yang selenggarakan oleh Perhimpunan Dokter Spesialis Bedah Indonesia (IKABI) dan didukung oleh Essity Indonesia, Kamis (28/10/2021) yang diikuti GridHEALTH.id.

Pada acara Clinical Practice Guideline – Infeksi Daerah Operasi (IDO) untuk menyelaraskan persepsi dan keseragaman tata laksana bedah, sehingga dapat menurunkan insiden IDO di Indonesia, disebutkan juga IDO masih merupakan masalah serius dan menjadi tantangan bagi spesialis bedah di negara berkembang. 

Di negara berkembang IDO terjadi 8-30% dari semua pasien yang menjalani prosedur bedah dan menjadi penyebab signifikan morbiditas dan mortalitas setelah operasi.

Mendapat Perhatian Penting Swasta

Menurut dr. Warsinggih IDO termasuk kondisi serius karena memerlukan tindakan pembedahan kembali untuk mencegah perluasaan infeksi ke organ lain.

Baca Juga: Ketahui Tanda-Tanda Infeksi Luka Operasi Ini, Segera Periksakan Jika Mengalaminya

"Pada umumnya, bekas operasi yang mengalami infeksi beberapa tanda atau gejala salah satu yang paling umum menjadi merah, bengkak di sekitar luka jahitan, bisa disertai nanah yang keluar atau darah. Tidak jarang disertai rasa sakit luar biasa atau nyeri pada luka, rasa hangat disekitar area luka. Beberapa orang bisa sampai demam," jelas dr. Warsinggih.

Maka dari itulah, pada acara yang sama, Gustavo Vega, Commercial Director PT. Essity Hygiene and Health Indonesia, menyampaikan, Essity berdedikasi untuk meningkatkan kesejahteraan melalui solusi kebersihan dan kesehatan terbaik dan senantiasa bekerjasama erat dengan para stakeholder terkait untuk mencapai kesejahteraan masyarakat.

Baca Juga: Hingga Kini Belum Ada Vaksin Demam Berdarah yang Aman dan Efektif

"Kami percaya peluncuran guideline terbaru ini akan menjadi perhatian penting bagi seluruh dokter bedah di Indonesia. Guideline ini merupakan bukti nyata IKABI dalam memberikan pelayanan bedah paripurna yang sangat besar manfaatnya bagi pasien dan keluarganya," papar Gustavo.

IDO Sebabkan Kematian 3 Kalilipat Lebih Tinggi

Dengan keterlibatan Essity pada acara ini, sebuah bukti mendukung usaha usaha untuk mendobrak hambatan terkait dengan pencegahan dan penanganan IDO.

"Sebagai bagian dari komitmen global, kami melakukan langkah nyata memerangi resistensi antimikroba sebagai salah satu ancaman kesehatan masyarakat di dunia saat ini. Sejak 2017 kami bermitra dengan PBB dan di bulan Juli tahun ini kami memperluas kemitraan tersebut dengan bergabung dalam kelompok lintas industri di WHO yang menyatukan para pakar dan memberikan solusi dalam memerangi resistensi antimikroba di duni," jelas Gustavo lebih jauh.

Baca Juga: 2 Hal yang Tak Boleh Dilakukan Ibu Hamil, Agar Sehat Selama Kehamilan

Hal senda diungkapkan oleh Prof. Dr. dr. Andi Asadul Islam, Sp.BS(K), Dokter Spesialis Bedah Konsultan Bedah Syaraf yang juga Ketua PP IKABI,  “Insiden IDO di Indonesia bervariasi antara 2-18% di tahun 2011. Laporan dari RS Cipto Mangunkusumo tahun 2013 menyebutkan insiden IDO pada bedah abdomen sebesar 7,2% dan tahun 2020 dilaporkan 3,4%2. Data pelaporan insiden IDO di Indonesia masih perlu ditingkatkan."

Hal ini penting, lanjutnya, karena IDO menyebabkan kematian 3 kali lipat lebih tinggi dan beban biaya yang lebih tinggi karena durasi rawat inap yang signifikan lebih tinggi dan diperlukannya intervensi medis tambahan seperti misalahnya operasi ulang.

Untuk mencegah kerugian akibat IDO dan memperlambat laju resistensi antibiotik, tentunya diperlukan langkah-langkah strategis dari berbagai sektor kesehatan.

Gejala IDO

Baca Juga: Gula Bikin Kecanduan, Ini Akibatnya Jika Terlalu Suka Minuman ManisUntuk diketahui, gejala IDO yang dialami pasien bisa berbeda-beda, begitu juga dengan penanganan medisnya.

Hal itu tergantung dari tingkat keparahan IDO yang terjadi.

Kondisi infeksi IDO diklasifikasikan menjadi tiga, meliputi:

1. Superfisial

Ini berarti infeksi hanya terjadi di area permukaan kulit bagian luar dan jaringan subkutis.

Meski begitu, menurut dokter Warsinggih, infeksi superfisial juga tidak boleh dianggap enteng.

Karena bisa menyebabkan nyeri yang cukup mengganggu dan bisa saja keluar cairan dari bekas luka operasi.

Baca Juga: 6 Orang Ini Berisiko Terkena Penyakit Infeksi Luka Operasi, Hati-hati

2. Deep

Artinya infeksi terjadi di lapisan lebih dalam bahkan mengenai otot. Akan tetapi, tidak sampai mengenai organ dalam.

3. Organ/rongga

Dokter Warsinggih mengatakan, infeksi ini biasanya terjadi pada pasien yang menjalani operasi perut. Infeksi bisa mencapai organ atau berbentuk rongga di dalam perut.

Namun terlepas dari itu, jika pasien merasa mengalami gejala IDO baiknya segera melakukan pemeriksaan.(*)

Baca Juga: Pengobatan Kanker Kepala dan Leher, Dengan Radiasi Atau Lewat Operasi