GridHEALTH.id - Prosedur bedah tertua, dikatakan, adalah sunat laki-laki, diyakini telah ada selama 15.000 tahun terakhir.
Sebuah praktik yang telah teruji waktu, sunat memegang banyak kepentingan dalam agama-agama Islam, Kristen dan Yudaisme di mana itu adalah ritual inisiasi untuk memasukkan laki-laki ke dalam iman.
Terlepas dari makna agama, sunat dipraktikkan untuk beberapa manfaat kesehatan yang terkait dengannya.
Sunat memungkinkan kebersihan yang lebih baik dan penurunan kemungkinan ISK, PMS dan risiko kanker penis.
Bukti juga menunjukkan bahwa sunat juga berperan dalam mengurangi risiko infeksi HIV pada laki-laki heteroseksual.
Lebih dari empat puluh penelitian telah dilakukan untuk melihat apakah ada kepercayaan terhadap hipotesis tersebut. Hasil penelitian semuanya sangat menggembirakan.
Baca Juga: Belum Ada Obat Untuk Penyakit Infeksi HIV, Namun Penyandangnya Bisa Umur Panjang Bila Patuhi Ini
Baca Juga: 6 Cara Mengatasi Masalah Seksual Pada Wanita Akibat Diabetes
Penelitian membuktikan bahwa laki-laki yang disunat dua sampai delapan kali lebih kecil kemungkinannya untuk terinfeksi HIV.
Bukti yang paling meyakinkan datang dari penelitian di Uganda, di mana wanita itu HIV positif tetapi suaminya tidak. Uji coba terkontrol lainnya juga menegaskan bahwa sunat mencegah risiko infeksi HIV pada pria heteroseksual hingga 60%.
Sekitar 70% pria terinfeksi HIV melalui hubungan seks vaginal dan anal insertif. Titik masuk utama HIV adalah penis.
Ini seolah-olah berarti bahwa pria yang disunat dan tidak disunat sama-sama berisiko terinfeksi virus.
Tetapi bukti menunjukkan sesuatu yang sama sekali berbeda. Pria yang disunat lebih terlindungi dari HIV daripada rekan mereka yang tidak disunat.
Penis yang tidak disunat terdiri dari batang, kepala penis, lubang uretra, frenulum dan permukaan dalam dan luar kulup.
Permukaan bagian dalam kulup dan frenulum memiliki banyak reseptor HIV, yang membuat pria yang tidak disunat lebih rentan terhadap infeksi HIV jika mereka melakukan hubungan seks tanpa kondom.
Baca Juga: 4 Obat Bebas Wajib Dihindari Selama Kehamilan, Di Antaranya Ibuprofen
Baca Juga: Penyintas Covid-19 Mendapatkan Kembali Indra Penciuman Lewat Parfum
Namun, pada pria yang disunat, kepala penis membentuk lapisan keratin (kulit lebih tebal), yang memberikan penghalang pelindung terhadap HIV.
Kulit yang sedikit lebih keras pada epitel permukaan kelenjar penis berfungsi seperti kondom alami, mencegah PMS seperti HIV, gonore dan sifilis.
Baca Juga: Serangan Stroke Bisa Diprediksi 30 Hari Sebelumnya, Gangguan Kesehatan Ini Jadi Pertanda
Baca Juga: Wimar Witoelar Meninggal Dunia Akibat Penyakit Infeksi Sepsis, Perhatikan Gejalanya!
Meskipun proses tersebut mencegah sebagian besar PMS, sunat saja tidak akan berfungsi sebagai metode kontrasepsi yang efektif.
Disunat atau tidak, pria harus menggunakan tindakan pencegahan seperti kondom untuk mencegah HIV dan infeksi menular seksual lainnya. (*)
Referensi:
- Szabo, R., & Short, R. V. (2000). How does male circumcision protect against HIV infection? BMJ : British Medical Journal, 320(7249), 1592 1594.- Sawires, S. R., Dworkin, S. L., Fiamma, A., Peacock, D., Szekeres, G., & Coates, T. J. (2007). Male circumcision and HIV/AIDS: challenges and opportunities. Lancet, 369(9562), 708 713. http://doi.org/10.1016/S0140-6736(07)60323-7- Tobian, A. A. R., & Gray, R. H. (2011). The Medical Benefits of Male Circumcision. JAMA : The Journal of the American Medical Association, 306(13), 1479 1480. http://doi.org/10.1001/jama.2011.1431- De Vincenzi, I., & Mertens, T. (1994). Male circumcision: a role in HIV prevention?. Aids, 8(2), 153.- Halperin, D. T., & Bailey, R. C. (1999). Male circumcision and HIV infection: 10 years and counting. The Lancet, 354(9192), 1813-1815.- Quinn, T. C., Wawer, M. J., Sewankambo, N., Serwadda, D., Li, C., Wabwire-Mangen, F., ... & Gray, R. H. (2000). Viral load and heterosexual transmission of human immunodeficiency virus type 1. New England journal of medicine, 342(13), 921-929.