Find Us On Social Media :

10 Varian Corona Bermunculan Sejak 2020, Berikut Ragam Gejalanya

Virus covid-19 terus bermutasi memunculkan berbagai varian.

GridHEALTH.id - Virus corona (Covid-19) terus bermutasi dan memunculkan berbagai varian baru.

Tercatat sampai saat ini sudah ada 10 varian corona yang muncul sejak pertengahan 2020 lalu.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun mengelompokan berbagai varian corona tersebut, baik itu dalam variant of interest (VoI/varian minat) maupun variant of concern (VoC/varian perhatian).

Dijelaskan pada laman who.int, vahwa varian yang termasuk pada VoI merupakan varian corona yang memiliki kemampuan genetik yang dapat memengaruhi karakteristik virus, juga dapat memengaruhi tingkat keparahan penyakit, pelepasan kekebalan, penularan, hingga kemampuan menghindari diagnostik maupun pengobatan.

Selain itu, karakteristik VoI ini diidentifikasi sebagai penyebab penularan di antara komunitas yang paling signifikan atau menjadi penyebab munculnya klaster Covid-19.

Sementara itu untuk kelompok VoC, ini merupakan varian corona yang mampu menyebabkan peningkatan penularan, dan peningkatan kematian.

Bahkan, varian corona yang masuk dalam kategori VoC juga disebut memiliki kemampuan dalam memengaruhi efektivitas vaksin.

Dalm artian, kelompok varian VoC ini memiliki kemampuan peningkatan penularan yang merugikan dalam epidemiologi Covid-19.

Lantas dari 10 varian corona yang sudah bermunculan, ada apa sajakah?

Baca Juga: PPKM Jawa Bali Dilanjutkan Kembali, Segera Test Covid-19 Walau Hanya Flu dan Batuk

Dirangkum Kompas.com (30/11/2021),  berikut 10 aneka varian corona yang sudah muncul sejak 2020, lengkap beserta ragam gejalanya.

1. Varian Alpha

Varian Alpha memiliki kode varian B.1.1.7, di mana kasus pertama kalinya ditemukan di Inggris, September 2020.

Tingkat penularan varian Alpha ini mencapai 43090 % lebih mudah menular dari virus corona asli sebelumnya.

Infeksi varian Alpha dapat memicu gejala seperti demam, batuk, sakit tenggorokan, kehilangan indera perasa dan penciuman, sesak napas, sulit berpikir jernih, pusing, malaise, mual, kelelahan dan nyeri otot.

2. Varian Beta

Varian Beta memiliki kode varian yaitu B.1.351, dengan kasus pertama kali ditemukan di Afrika Selatan, pada Mei 2020.

Infeksi varian Beta dapat memicu gejala seperti demam, indra penciuman hilang, sakit kepala, batuk terus-menerus, sakit tenggorokan, dan sakit perut (gejala khusus).

3. Varian Gamma

Baca Juga: 5 Tips Mencegah Rambut Kusut, Keramas Menggunakan Air Dingin

Varian Gamma memiliki kode varian P.1, dengan kasus pertama kali ditemukan di Brazil, November 2020.

Tingkat keparahan infeksi varian ini diketahui cenderung kebal terhadap pengobatan Covid-19.

Infeksi varian Gamma dapat memicu gejala seperti demam, batuk kering, kelelahan ekstrem, dan hilangnya daya penciuman.

4. Varian Delta

Varian Delta memiliki kode varian B.1.617.2, dengan kasus pertama kali ditemukan di India, Oktober 2020.

Tingkat penularan varian Delta diketahui, 30-100 % lebih mudah menular dari varian Alfa, dan tingkat keparahan infeksi memiliki peningkatan risiko pasien mengalami rawat inap hampir dua kali lipat dari varian Alfa.

Dalam situs WebMD, penyedia informasi tentang kesehatan menyebut bahwa gejala varian Delta mirip dengan jenis virus corona asli maupun varian lainnya.

Misalnya seperti demam, sakit kepala, sakit tenggorokan, batuk terus menerus, flu parah, sakit perut, muntah, mual, nyeri sendi, gangguan pendengaran, kehilangan indra penciuman, dan hilang selera makan.

5. Varian Lambda

Varian Lambda memiliki kode varian C.37, dan kasus pertama kali ditemukan di Peru, Desember 2020.

Melansir Sciencefocus, gejala varian Lambda sebenarnya tidak jauh berbeda dengan gejala varian corona awal yakni demam, batuk terus menerus, kehilangan indra penciuman dan pengecapan.

6. Varian Kappa

Vairan Kappa memiliki kode varian 1.617.2, ditemukan kasus pertamanya di India, Oktober 2020.

Dalam DNAIndia mengatakan, varian Kappa memiliki gejala yang mirip dengan varian Covid-19 lainnya.

Mulai dari flu, demam tinggi, sakit kepala, pegal-pegal, batuk berkepanjangan, mulut kering, kehilang indra penciuman, ruam, pilek, mata merah dan berair.

Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman mengatakan, seumlah orang yang terinfeksi varian Kappa pada awalnya juga mengalami gejala seperti campak.

"Untuk varian Kappa ini gejalanya sama dengan gejala awal campak, tapi dalam satu sampai dua hari pertama. Bedanya, varian Kappa tidak menunjukkan kelainan kulit seperti campak," ujar Dicky.

Baca Juga: Hendak Tindik Telinga Bayi? Sudah Tahu 5 Risikonya, Infeksi Hingga Pendarahan

7. Varian Eta

Varian Eta memiliki kode varian B.1.525, dengan kasus pertama ditemukan pada Desember 2020 di Inggris Raya atau Nigeria, Afrika Barat.

WHO menggolongkan Eta sebagai variants of interset atau VoI.

Di mana gejala-gejala yang diketahui merupakan ciri infeksi virus corona varian Eta yakni sebagai berikut.

Suhu tinggi Batuk terus menerus Kehilangan atau perubahan pada indera pengecapan dan penciuman.

8. Varian Iota

Varian Iota memiliki kode varian B.1.526, dengan kasus pertamanya ditemukan di New York pada November 2020.

Para peneliti dalam studi ini berasal dari New York City Department of Health and Mental Hygiene dan Mailman School of Public Health, Columbia University, Amerika Serikat.

Dalam temuan mereka, varian Iota memiliki kemampuan menular yang jauh lebih tinggi dibandingkan varian SARS-CoV-2 yang beredar sebelumnya.

Menurut Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Langsung Kementerian Kesehatan yang juga Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Indonesia, Siti Nadia Tarmizi, gejala varian Iota juga sama dengan varian Covid-19 lainnya, tidak ada yang spesifik.

9. Varian Mu

Varian Mu memiliki kode varian B.1.621 atau VUI-21JUL-1, ditemukan kasus pertamanya di Kolombia, Januari 2021.

Dalam situs resmi National Health Service (NHS), program layanan kesehatan masyarakat di Inggris Raya menyebut bahwa varian Mu tampaknya memiliki gejala yang sama dengan semua jenis virus corona lainnya yaitu seperti demam, batuk yang terjadi secara terus menerus, kehilangan atau perubahan pada indera pengecapan atau penciuman.

10. Varian Omicron

Varian baru Omicron memiliki kode kode B.1.1.529, di mana kasus pertamanya ditemukan di Afrika Selatan pada November 2021 ini.

Salah satu dokter Afrika Selatan penemu varian Omicron bernama Angelique Coetzee mengatakan, tujuh pasien Covid-19 varian Omicron di kliniknya memiliki gejala yang berbeda dengan varian Delta.

Ketua Asosiasi Medis Afrika Selatan tersebut menambahkan, pasien Covid-19 varian Omicron mengalami gejala ringan sebagaimana dilansir The Independent, Senin (29/11/2021).

"Sebagian besar dari mereka mengalami gejala yang sangat, sangat ringan dan sejauh ini tidak ada yang menerima pasien darurat. Kami bisa merawat pasien ini secara konservatif di rumah," katanya.

Coetzee, yang juga menjabat di Komite Penasihat Menteri untuk Vaksin, mengatakan bahwa pasiennya tidak ada yang melaporkan anosmia atau kehilangan indra penciuman atau perasa dan tidak ada yang mengalami penurunan kadar oksigen atau sesak napas.

Para peneliti masih terus melakukan penelitian lebih lanjut terhadap varian baru Omicron yang dinilai lebih cepat dalam penularan dibandingkan berbagai varian lainnya.

Akan tetapi, penularan infeksi varian baru Omicron ini disebut lebih cepat 500 % atau 5 kali lipat dibandingkan dengan virus aslinya, dan 4 kali lipat dibandingkan dengan varian Delta.(*)

Baca Juga: 1420 Orang Ikuti Uji Coba Vaksin Khusus Varian Omicron dari Pfizer