Find Us On Social Media :

Waspadai 4 Bahan Ini Di dalam Makanan Instan yang Berbahaya

Makanan kemasan instan mengandung garam melebihi kebutuhan harian, berisiko hipertensi.

GridHEALTH.id - Makanan instan kemasan amat disukai karena sifatnya yang praktis dan mudah dimasak.

Tapi disadari atau tidak, makanan instan kemasan bersifat aditif dan rendah nutrisi.  Dibandingkan dengan makanan alami dan segar, tentu saja tidak sehat.

Sebagian besar makanan instan kemasan sarat dengan pemanis, garam, perasa buatan, lemak buatan pabrik, pewarna, bahan kimia yang mengubah tekstur, dan pengawet.

Tapi masalahnya bukan hanya pada apa yang ditambahkan ke dalam makanan itu, tapi apa yang bisa dibawa pergi dari tubuh kita oleh makanan instan.

Proses pembuatan makanan instan kemasan, sering menghilangkan nutrisi alami yang dirancang oleh alam untuk melindungi jantung kita, seperti serat larut, antioksidan, dan lemak baik.

Sifat aditif makanan instan, bisa menjadi bencana kesehatan bila keseringan di konsumsi. Dikutip dari Kompas Health, berikut adalah empat jenis zat yang banyak terdapat di dalam makanan instan olahan, yang harus diwaspadai risikonya.

1. Lemak trans

Lemak trans umum terdapat dalam kue kemasan seperti muffin, microwave popcorn, kerupuk, margarin dan cracker, juga di makanan cepat saji seperti kentang goreng.

Penelitian menunjukkan, lemak trans dua kali lebih berbahaya bagi jantung dibanding lemak jenuh, dan menyebabkan sekitar 30.000 sampai 100.000 kematian dini akibat penyakit jantung setiap tahun.

Baca Juga: 4 Hal yang Perlu Diketahui Saat Membeli Makanan Kemasan Bayi

Baca Juga: Wanita Perlu Memahami Tubuhnya Punya Ritme Infradian, Apa Itu?

Lemak trans lebih buruk bagi jantung daripada lemak jenuh karena meningkatkan kadar kolesterol "jahat" LDL dan menurunkan kolesterol "baik" HDL.

Hal ini memicu masalah ganda untuk arteri Anda. Lemak trans juga meningkatkan kadar lipoprotein dan trigliserida yang dapat menyumbat pembuluh darah arteri.

Periksa daftar label apakah ada kata-kata ini: "partially hydrogenated," "difraksinasi atau fractionated" dan "terhidrogenasi atau hydrogenated" (lemak yang sepenuhnya terhidrogenasi bukanlah ancaman bagi jantung, tetapi beberapa lemak trans yang disalahartikan sebagai lemak terhidrogenasi).

Makanan yang mengandung kata-kata ini, berarti mengandung lemak trans.

2. Biji-bijian olahan

Makanan yang terbuat dari biji-bijian olahan seperti roti putih atau pasta putih (sekarang banyak terdapat kemasan instannya) dapat meningkatkan risiko serangan jantung hingga 30 %.

Masalahnya, awam sering tertipu oleh klaim seperti "dibuat dari tepung terigu" atau "tujuh jenis biji-bijian".

Jangan juga tergoda dengan produk yang hanya ditabur serpihan gandum di permukaannya, sehingga seolah-olah terbuat dari gandum utuh.

Setidaknya sudah ada tujuh studi yang menunjukkan, bahwa perempuan dan laki-laki yang makan gandum utuh memiliki risiko lebih rendah mengidap penyakit jantung sebesar 20 sampai 30%.

Baca Juga: Mampukah Vaksin Covid-19 Melindungi Orang dengan Sistem Kekebalan Lemah? Ini Kata Ahli

Baca Juga: Daun Mimba, Pengobatan Rumahan Untuk Kontrol Kadar Gula Darah

Sebaliknya, mereka yang memilih produk instan dari biji-bijian olahan, lebih berisiko terkena serangan jantung, resistensi insulin, dan tekanan darah tinggi.

3. Garam

Tigaperempat garam atau sodium yang kita konsumsi setiap hari, tidak berasal dari garam di meja atau dapur. Kita lebih banyak mengonsumsinya dari makanan instan atau makanan olahan. Seperti sup instan, saus, mie instan dan lain sebagainya.

Organisasi Kesehatan Dunia (World Health Organization, WHO) menganjurkan konsumsi garam maksimal 5 g sehari.

Sedangkan berdasarkan data Susenas pada 2002, 2007, dan 2009 (Hardinsyah, 2011), rata-rata konsumsi garam penduduk Indonesia masing-masing adalah 6,3; 5,6; dan 5,7 gram per hari. Artinya lebih tinggi dibandingkan anjuran dari WHO.

Bahkan diperkirakan data tersebut bersifat underestimate, karena belum termasuk visible salt yang dibubuhkan pada makanan jajanan dan instan, demikian kata BPOM RI.

Sebanyak 98% asupan sodium akan diserap di usus, dan kelebihannya akan disaring di ginjal, dan dikeluarkan melalui keringat dan urin.

Sayangnya, seiring dengan pertambahan usia, fungsi ginjal cenderung menurun. Akibatnya, kelebihan sodium menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Konsumsi garam yang berlebihan terkait erat dengan peningkatan risiko beberapa penyakit kronis, terutama tekanan darah tinggi (hipertensi), jantung.

Baca Juga: Infeksi Telinga Tengah Paling Umum Terjadi Pada Anak, Ini Gejalanya

Baca Juga: Melakukan Facial Wajah di Salon, Amankah Bagi Penyandang Diabetes?

Mengurangi konsumsi makanan instan dan olahan pabrik akan sangat membantu agar tubuh tidak kelebihan sodium.

4. High fructose corn syrup

Periksa makanan-makanan atau minuman instan dalam kemasan yang dijual di supermarket dan lihat labelnya.

Kita dengan mudah menemukan makanan atau minuman yang mengandung high fructose corn syrup atau sirup jagung fruktosa tinggi.

Fruktosa tidak bisa secara langsung digunakan oleh tubuh menjadi sumber energi sebelum diubah dahulu menjadi glukosa.

Jadi proses untuk memperoleh energi dari sukrosa harus melewati jalan yang lebih panjang dan memakai energi.

Dan ini hanya bisa terjadi di hati dan sel sperma. Mengonsumsi fruktosa secara berlebihan mengakibatkan terpicunya proses pembentukan lemak di hati yang selanjutnya akan dikeluarkan ke peredaran darah.

HFCS juga bertanggungjawab terhadap masalah kesehatan lain seperti kegemukan, kolesterol tinggi, masalah insulin, diabetes tipe-2, kerusakan hati, tekanan darah tinggi dan penyakit hati.

Untuk mengetahui apakah suatu makanan mengandung HFCS atau tidak, periksa apakah di kemasannya tertulis pemanis jagung, sirup jagung, atau sirup jagung tinggi fruktosa. (*)

Baca Juga: Berpikir Positif dan Optimis Bisa Cegah Terserang Pikun di Hari Tua

Baca Juga: Diabetes Gestasional, Ini Standar HbA1C yang Disyaratkan Dokter Selama Kehamilan

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul "Kenali 4 Bahan Berbahaya dalam Makanan Instan", Klik untuk baca: https://health.kompas.com/read/2016/03/22/082500623/Kenali.4.Bahan.Berbahaya.dalam.Makanan.Instan?page=all.