GridHEALTH.id - Hepatitis akut kini tengah menjadi perhatian serius semua pihak di Indonesia.
Masyaraakt pun seolah tidak ingin ketinggalan update informasi prihal penyakit hepatitis akut yang disebut misterius oleh WHO dan ditetapkan sebagai Kejadian Luar Biasa.
Tapi ada pendapat berbeda di kalangan masyarakat profesional mengenai kasus hepatitis akut misterius ini.
Salah satu yang mempunyai pendapat berbeda adalah ahli epidemiologi klinis yang juga akademisi dan aktivis sosial dr Tifauzia Tyassuma atau biasa disapa Dokter Tifa.
Menurut dokter Tifa, penyakit hepatitis akut tersebut telah ditemukan sejak 2021. Karenanya menurut beliau hepatitis akut ini tidak misterius.
Masih menurut dr. Tifa, salah satu penyebab hepatitis akut adalah sebagai reaksi imunitas tubuh terhadap infeksi Covid-19 yang disebut sebagai Autoimmune Hepatitis."Hepatitis Misterius itu tidak misterius. Sebabnya sudah diketahui dari sejak 2021," kata Dokter Tifadi Twitter @DokterTifa (17 Mei 2022).
Disebutkan pula, selain dikarenakan faktor reaksi imunitas tubuh terhadap infeksi Covid-19, hepatitis akut bisa disebabkan karena peningkatan CD8 akibat Vaksin Covid-19.
Mengenai hal ini, Autoimmune Hepatitis, seperti tertuang dalam Majalah Kedokteran Andalas (eISSN: 2442-5230), hepatitis autoimun merupakan penyakit inflamasi hati yang berat dengan penyebab pasti yang tidak diketahui, yang mengakibatkan morbiditas dan mortalitas yang tinggi.
Baca Juga: Luar Biasa, Ditemukan Hampir 2000 Bahan Kimia Pada Vape dan Pod!
Semua usia dan jenis kelamin dapat terinfeksi, tapi insiden tertinggi pada anak perempuan usia prepubertas, meskipun dapat didiagnosis pada usia 6 bulan.
MayoClinic menjelaskan mengenai Hepatitis autoimun ini, peradangan hati yang terjadi ketika sistem kekebalan tubuh Anda melawan sel-sel hati. Penyebab pasti hepatitis autoimun tidak jelas, tetapi faktor genetik dan lingkungan tampaknya berinteraksi dari waktu ke waktu dalam memicu penyakit.
Hepatitis autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh, yang biasanya menyerang virus, bakteri, dan patogen lainnya, malah menargetkan hati.
Serangan pada hati Anda ini dapat menyebabkan peradangan kronis dan kerusakan serius pada sel-sel hati.
Tidak jelas mengapa tubuh berbalik melawan dirinya sendiri, tetapi para peneliti berpikir hepatitis autoimun dapat disebabkan oleh interaksi gen yang mengendalikan fungsi sistem kekebalan dan paparan virus atau obat-obatan tertentu.
Jenis Hepatitis Autoimune
Majalah Kedokteran Andalas menyebutkan, hepatitis autoimun dapat diklasifikasikan menjadi 2 bagian berdasarkan adanya antibodi spesifik: Smooth Muscle Antibody (SMA) dengan anti-actin specificity dan/atau Anti Nuclear Antibody (ANA) pada tipe 1 dan Liver-Kidney Microsome antibody (LKM1) dan/atau anti-liver cytosol pada tipe 2.
Gambaran histologisnya berupa “interface hepatitis”, dengan infiltrasi sel mononuklear pada saluran portal, berbagai tingkat nekrosis, dan fibrosis yang progresf.
Penyakit berjalan secara kronik tetapi keadaan yang berat biasanya menjadi sirosis dan gagal hati.
Baca Juga: Flu Singapura Rentan Terjadi Saat Peralihan Musim, Ini Cara Mengobatinya di Rumah
Dengan bahasalainnya, Hepatitis autoimun tipe 1. Ini adalah jenis penyakit yang paling umum. Itu bisa terjadi pada usia berapa pun. Sekitar setengah orang dengan hepatitis autoimun tipe 1 memiliki gangguan autoimun lainnya, seperti penyakit celiac, rheumatoid arthritis atau kolitis ulserativa.
Hepatitis autoimun tipe 2. Meskipun orang dewasa dapat mengembangkan hepatitis autoimun tipe 2, ini paling sering terjadi pada anak-anak dan remaja. Penyakit autoimun lain mungkin menyertai jenis hepatitis autoimun ini.
Tipe onset (serangan) yang paling sering sama dengan hepatitis virus akut dengan gagal hati akut pada beberapa pasien; sekitar sepertiga pasien dengan onset tersembunyi dengan kelemahan dan ikterik progresif ketika 10-15% asimptomatik, dan mendadak ditemukan hepatomegali dan/atau peningkatan kadar aminotransferase serum.
Adanya predominasi perempuan pada kedua tipe. Pasien LKM1 positif menunjukkan keadaan lebih akut, pada usia yang lebih muda, dan biasanya dengan defisiensi Immunoglobulin A (IgA), dengan durasi gejala sebelum diagnosis, tanda klinis, riwayat penyakit autoimun pada keluarga, adanya kaitan dengan gangguan autoimun, respon pengobatan dan prognosis jangka panjang sama pada kedua tipe.
Kortikosteroid yang digunakan secara tunggal atau kombinasi azathioprine merupakan terapi pilihan yang dapat menimbulkan remisi pada lebih dari 90% kasus.
Strategi terapi alternatif adalah cyclosporine. Penurunan imunosupresi dikaitkan dengan tingginya relap.
Transplantasi hati dianjurkan pada penyakit hati dekom-pensata yang tidak respon dengan pengobatan medis lainnya.Faktor Risiko Hepatitis AutoimunFaktor-faktor yang dapat meningkatkan risiko hepatitis autoimun meliputi:
Baca Juga: Anak yang Alami Hepatitis Akut Pernah Terkena Covid-19, Studi di India
* Menjadi perempuan. Meskipun pria dan wanita dapat mengembangkan hepatitis autoimun, penyakit ini lebih sering terjadi pada wanita.
* Riwayat infeksi tertentu. Hepatitis autoimun dapat berkembang setelah Anda terinfeksi campak, herpes simpleks atau virus Epstein-Barr. Penyakit ini juga terkait dengan infeksi hepatitis A, B atau C.
* Keturunan. Bukti menunjukkan bahwa kecenderungan untuk hepatitis autoimun dapat berjalan dalam keluarga.
* Memiliki penyakit autoimun. Orang yang sudah memiliki penyakit autoimun, seperti penyakit celiac, rheumatoid arthritis atau hipertiroidisme (penyakit Graves atau tiroiditis Hashimoto), mungkin lebih mungkin mengembangkan hepatitis autoimun.Gejala Hepatitis AutoimunTanda dan gejala hepatitis autoimun bervariasi dari orang ke orang dan mungkin datang tiba-tiba. Beberapa orang memiliki sedikit, jika ada, masalah yang dikenali pada tahap awal penyakit, sedangkan yang lain mengalami tanda dan gejala yang mungkin termasuk:
* Kelelahan
* Ketidaknyamanan perut
* Menguningnya kulit dan bagian putih mata (jaundice)
Baca Juga: 3 Manfaat Makan Mangga Saat Udara Panas, Bisa Mencegah Heat Stroke
* Hati yang membesar
* Pembuluh darah abnormal pada kulit (spider angioma)
* Ruam kulit
* Nyeri sendi
* Hilangnya periode menstruasi.(*)Baca Juga: Tak Mau Divaksin, Korea Utara Lawan Covid-19 dengan Antibiotik dan Obat Rumahan