Terlalu Sedih, Suami Korban Penembakan di Texas Meninggal Akibat Serangan Jantung

Suami guru yang tewas dalam penembakan masal di sekolah, meninggal dunia.

Suami guru yang tewas dalam penembakan masal di sekolah, meninggal dunia.

GridHEALTH.id - Penembakan masal di sekolah yang terjadi di Texas, Amerika Serikat pada Selasa (24/5/2022). Kejadian ini tentunya menimbulkan luka yang mendalam.

Joe Garcia, suami dari seorang guru bernama Irma Garcia yang sudah bekerja di Robb Elementary School, dilaporkan meninggal dunia.

Irma Garcia menjadi salah satu korban dari 21 orang yang tewas dalam penembakan tersebut.

Sang suami dikabarkan menghembuskan napas terakhir setelah mengalami serangan jantung akibat terlalu sedih.

Kabar duka ini disampaikan oleh keponakan mereka, John Martinez, di Twitter.

"SANGAT patah hati dan sedih untuk mengatakan bahwa suami dari tante saya, Joe Garcia meninggal dunia karena terlalu sedih. Saya kehilangan kata-kata untuk menggambarkan apa yang kami rasakan," tulisnya pada Jumat (27/5/2022).

"TOLONG DOAKAN KELUARGA KAMI, Tuhan kasihanilah kami, ini tidak mudah," sambungnya.

Dilansir dari BBC, Jumat (27/5/2022), Joe Garcia dan sang istri sudah menikah selama 24 tahun dan memiliki empat orang anak.

Diketahui Irma Garcia menjadi salah satu guru yang berusaha melindungi anak-anak muridnya dari penembak.

Baca Juga: Waspadai 7 Gejala Serangan Jantung, Bisa Terjadi Sebulan Sebelumnya

Jasadnya bahkan ditemukan dalam kondisi sedang memeluk salah seorang muridnya.

Informasi lengkap mengenai kematian Joe Garcia tidak tersedia hingga Kamis (26/5/2022). Penelitian telah menunjukkan bahwa kematian pasangan adalah salah satu yang paling membuat stres seseorang.

Kesedihan yang mendalam bahkan juga bisa membuat seseorang kehilangan nyawanya.

Sebuah studi yang di JAMA Internal Medicine menunjukkan, dalam waktu 30 hari setelah pasangan meninggal, orang-orang berusia 60 tahun dan di atasnya, mempunyai risiko dua kali lipat mengalami stroke atau serangan jantung.

Hasil studi tersebut mendukung penelitian yang diterbitkan di jurnal American Heart Association Circulation.

Studi tersebut dilakukan terhadap 2.000 orang yang selamat dari serangan jantung. Ditemukan bahwa serangan jantung lebih mungkin terjadi setelah kematian anggota keluarga atau teman dekat.

Risiko serangan jantung baru akan menurun, ketika rasa sedih yang dirasakan sudah mereda. Sekitar 14% dari partisipan telah kehilangan seseorang yang dekat dengan mereka dalam enam bulan sebelumnya.

Setelah menganalisis waktu relatif dari setiap serangan jantung dan kematian, para peneliti memperkirakan bahwa risiko terkena serangan jantung 21 kali lebih tinggi dalam 24 jam setelah kematian orang terkasih.

Dilansir dari CNN, hubungan antara terlalu sedih dengan serangan jantung risikonya sangat tinggi di antara orang-orang yang sudah mempunyai kondisi yang memicunya, seperti tekanan darah tinggi atau kadar kolesterol tidak sehat.

Baca Juga: 7 Obat Penyakit Jantung Umum Digunakan, Ini Manfaat dan Dosisnya

“Ini menunjukkan bahwa jika Anda menambahkan kesedihan pada faktor risiko tradisional untuk penyakit arteri koroner, apakah itu merokok, hipertensi, atau riwayat keluarga, kesedihan berpotensi membuat Anda melampaui batas,” kata Eugene Storozynsky, M.D., seorang ahli jantung di Universitas Rochester Medical Center, New York.

Depresi, kecemasan, dan emosi kuat lainnya yang dirasakan saat sedih juga menjadi pemicu terjadinya serangan jantung.

Selain itu, stres akibat kesedihan juga dapat meningkatkan tekanan darah dan detak jantung, sehingga kadar hormon kortisol meningkat.

Kondisi ini menyebabkan pembuluh darah menyempit dan menganggu plak berisi kolesterol yang melapisi arteri.

Salah satu dari perubahan itulah yang bisa menyebabkan munculnya risiko serangan jantung.

Baca Juga: Mendengar Kabar Baik Juga Dapat Menyebabkan Serangan Jantung, Studi