Find Us On Social Media :

Tragedi Minamata, Sejarah Kelam Manusia Terkena Pencemaran Merkuri, Dampak Penyakitnya Tidak Dapat Disembuhkan

Teluk Minamata, pernah menyimpan sejarah kelam tragedi keracunan merkuri.

Karena tragedi itu sangat menyedihkan dan memberi banyak pelajaran bagi kehidupan manusia, minamata kemudian dinamakan menjadi penyakit yang berkaitan dengan keracunan merkuri.Penyakit minamata tidak eksklusif untuk negara Jepang saja. Buktinya, hal yang serupa terjadi lagi di Irak pada tahun 1970.

Baca Juga: Buah Merah, Mirip Nangka Tumbuh di Papua Bermanfaat Kaya Antioksidan

Baca Juga: Ameena Nur Atta Usia 3 Bulan Sudah Berenang dengan Pelampung Leher, Mengapa FDA Sebut Benda Ini Justru Berisiko Untuk Bayi dan Anak?

Kali ini keracunan merkuri berasal dari gandum yang diberi obat anti jamur berbahan dasar merkuri. Sebanyak 35 orang meninggal dan 321 lainnya menderita cacat seumur hidup. Negara lain yang tercatat pernah mengalami kasus penyakit minamata diantaranya adalah Pakistan dan Guatemala.Di Indonesia, beberapa ancaman pencemaran merkuri datang dari emisi PLTU batubara, sampah elektronik, dan  maraknya penambangan emas ilegal yang masih menggunakan merkuri sebagai bahan bakunya.

Endcoal.org mencatat bahwa sejak tahun 2006 sampai 2020, telah ada 171 PLTU batubara yang beroperasi di Indonesia.

Angka ini akan terus meningkat seiring berjalannya ekspansi unit PLTU baru di berbagai wilayah di Indonesia, mengingat batubara masih dinilai sebagai sumber energi yang paling terjangkau.

Dari hasil pemodelan oleh Lauri Myllivirta, ahli polusi udara dari Greenpeace tahun 2018, terungkap bahwa PLTU Celukan Bawang II di Bali bisa menghasilkan 15 kilogram merkuri per tahun yang akan mengendap di lahan hutan dan pertanian sekitar. Ini adalah pertanda buruk bagi penduduk yang bergantung pada hasil bumi dan sumber air di sekitarnya.Dampak dari pencemaran merkuri juga mulai terlihat di beberapa lokasi sekitar Pertambangan Emas Skala Kecil (PESK). Sejak tahun 2017, KLHK mencatat sebanyak 850 titik penambangan emas skala kecil yang tersebar di 197 Kabupaten/Kota di Indonesia.

Lebih lanjut, hasil pemeriksaan darah yang dilakukan oleh Tim Kesehatan Kodam Pattimura pada penduduk Desa Debowae, Maluku mencatat kandungan merkuri pada air seni berkisar antara 10,5 sampai 127 mikrogram/liter.

Nilai ini sangat mengkhawatirkan bila dibandingkan dengan batas normalnya, yang hanya sebesar 9 mikrogram/liter. Kelalaian manusia dalam menangani limbah merkuri telah menghancurkan kehidupan ribuan orang, termasuk bayi-bayi yang tak berdosa ini. Kondisi ini sudah terjadi di kawasan tambang emas Cisitu, Banten.

Baca Juga: Kondom Jadi Alat Kontrasepsi Paling Disuka Pria dan Wanita di Indonesia, Begini Cara Memakainya Agar Tidak Bocor

Baca Juga: Healthy Move, Siapa Sangka Permainan Lompat Kodok Untuk Anak Bisa Menurunkan Berat Badan!

 Sayangnya, penyakit minamata tidak bisa langsung terdeteksi setelah tubuh terpapar merkuri. Butuh 6 sampai 10 tahun untuk penyakit ini mulai menampakkan keganasannya.