Find Us On Social Media :

Suka dan Sering Hadiri Pesta? Anda Manusia Berisiko Tingi Cacar Monyet

Lokasi pesta menjadi tempat penularan cacar monyet alias monkeypox paling subur. Kaum LGBT paling menyukainya.

GridHEALTH.id - Pesta adalah sebuah acara yang banyak disukai masyarakat.

Bagaimana tidak di pestra tidak ahanya yang namanya masalah, kesulitan hidup, bahkan beban hidup.

selama di pesta yang ada hanya satu, happy alias bahagia, juga senang-senang.

Jadi tidak heran banyak orang yang menjadi party lovers.

Salahkah kita menghadiri pesta dna menyukai pesta.

Sejauh pesta itu baik, benar, dan tidak dijadikan ajang yang negatif, semisal narkoba, seks bebas, mabuk, bagi sebagian orang tentu tidak masalah.

Tapi saat ini baiknya kita harus hati-hati dan alangkah baiknya rem dengan kuat keinginan menyelenggarakan pesta ataupun menghadiri pesta.

Ingat, saat ini pandemi Covid-19 belum berkahir.

Juga jangan gegabah dengan infeksi monkeypox alias cacar monyet.

Baca Juga: Banyak Anak Terinfeksi Omicron, Lebih Banyak yang Akan Mengembangkan Penyakit Parah

Asal tahu saja, menghadiri sebuah pesta yang dimana banyak orang di dalamnya, sangat berisiko terinfeksi cacar monyet.

Dan tahukah kenapa kaum LGBT termasuk homoseks di dalamnya paling rentan terinfeksi cacar monyet.

Jawabannya karena mereka penggila pesta!

Peneliti Pusat Riset Kedokteran dan Praklinis Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Zulvikar Syambani Ulhaq mengatakan, penyakit cacar air dapat menginfeksi semua orang tidak hanya laki-laki yang berhubungan seks dengan laki-laki (LSL).

"Monkeypox memang secara epidemiologis saat ini banyak sekali ditemukan pada pria dengan riwayat MSM atau laki-laki seks dengan laki-laki"

"Akan tetapi sebenarnya bisa terkena pada semua orang jadi tidak hanya pada LSL," tuturnya.

Ia menduga kasus cacar monyet banyak ditemukan pada LSL karena memang mereka suka berpesta atau menari di mana mereka berada di tengah kerumunan, sehingga penularan bisa berlangsung sangat cepat,

"Saya mau menekankan tidak selalu melalui hubungan seksual. Hubungan seksual itu adalah salah satu penularannya karena memang kontak kulit ke kulit tetapi bisa juga melalui berkerumun, melihat konser dan sebagainya," terangnya lebih jauh dalam webinar Talk to Scientists (TTS) berjudul “Cacar Monyet, Darurat Kesehatan Global, dan Apa yang Perlu Kita Ketahui? yang diikuti secara virtual di Jakarta (01/08/2022).

Karenanya kita harus memahami, bahwasannya kontak utama penularan cacar monyet dari orang ke orang bukan melalui pernapasan melainkan kontak kulit ke kulit.

Baca Juga: Syarat Masyarakat Indonesia Bisa Mendapatkan Vaksin Booster Covid-19 ke 2

Jadi ingat penularan caar monyet:

* Bisa terjadi melalui sekresi pernapasan,

* kontak kulit ke kulit dengan cairan tubuh yang terinfeksi, dan

* melalui benda mati seperti pakaian, handuk bersama dan tempat tidur yang terkontaminasi virus cacar monyet.

"Dari data-data penelitian itu, pernapasan itu sangat kecil sekali untuk terjadinya penularan dari monkeypox (cacar monyet), paling besar adalah skin to skin contact (kontak kulit ke kulit) atau kontak langsung," ujarnya.

Waspada Pemilik Imunitas Rendah

Mereka yang terinfeksi cacar monyet, menurut Zulvikar, pasien cacar monyet yang mempunyai penyakit sekunder dan rendah imunitas berpotensi mengalami keparahan atau perburukan kondisi akibat cacar monyet.

"Yang berisiko terkena komplikasi itu, memang pada pasien-pasien yang imunosupresi, pasien-pasien dengan usia tua, atau pasien-pasien dengan penyakit sekunder," jelas Zulvikar.

Masih menurut Zulvikar, pada kasus-kasus cacar monyet tertentu yang memiliki tingkat keparahan yang tinggi, kemungkinan besar pasiennya mempunyai riwayat penyakit sekunder lain dan memiliki kekebalan tubuh yang rendah.

Baca Juga: Kaum LGBT Lebih Berisiko Terinfeksi Cacar Monyet Bukan Karena Hubungan Seksual

"Setiap orang yang terkena cacar monyet memiliki kekebalan tubuh yang berbeda-beda," tuturnya.

Beberapa gejala cacar monyet yang timbul terindikasi mirip seperti flu, sakit kepala, kelelahan, kedinginan, yang kemudian berkembang menjadi ruam yang menyakitkan.(*)

Baca Juga: Syarat Masyarakat Indonesia Bisa Mendapatkan Vaksin Booster Covid-19 ke 2