Find Us On Social Media :

52 Anak di Tulungagung Terpapar HIV/AIDS, UNAIDS Sebut Perawatan Terhadap Anak Sering Dikesampingkan

Anak dengan HIV/AIDS sering terpinggirkan dalam perawatan, menurut USAID

GridHEALTH.id - Mengutip laporan GridHEALTH.id pada 02 Agustus 2022, 52 anak Indonesia di Tulungagung, Jawa Timur, terpapar HIV/AIDS.

"Mayoritas anak berstatus ODHA (orang dengan HIV/AIDS) ini tertular dari ibunya sejak masih dalam kandungan," kata Sekretaris KPA Tulungagung Ifada Nur Rohmania di Tulungagung, Senin.

Sebenarnya sejak 2015, KPA Tulungagung sudah mengadopsi program Prevention Mother to Child Transmission of HIV atau PMTCT.

Program ini menyasar kepada ODHA dari kelompok ibu rumah tangga atau berjenis kelamin perempuan, sebagai upaya meminimalkan risiko penularan HIV/AIDS pada janin saat penderita menjalani program kehamilan.

Tapi, "Program PMTCT di Tulungagung baru ada 2015. Sedangkan kebanyakan anak dan remaja yang terjangkit HIV/AIDS lahir sebelum 2015. Artinya, belum ada program tersebut," lanjutnya, dilansir dari Antara.com (1/08/2022).

Kini melansir Surya.co.id (01/08/2022), 52 anak tersebut dipantau dan mereka taat mengonsumsi Antiretroviral (ARV) untuk menekan jumlah virus dalam tubuh.

Meski demikian UNAIDS mengingat, hanya setengah dari anak-anak yang hidup dengan HIV mendapatkan perawatan yang menyelamatkan jiwa.

Untuk diketahui UNAIDS, UNICEF, WHO dan mitra telah meluncurkan aliansi global baru untuk mengakhiri AIDS pada anak-anak pada tahun 2030.

Badan-badan kesehatan internasional terkemuka telah menyuarakan keprihatinan bahwa sejumlah besar anak yang hidup dengan HIV tidak memiliki akses ke pengobatan yang menyelamatkan jiwa.

Menurut UNAIDS Global AIDS Update 2022, hanya 52% anak-anak yang hidup dengan HIV di seluruh dunia yang menjalani pengobatan yang menyelamatkan jiwa, jauh lebih kecil kemungkinannya daripada orang dewasa.

Baca Juga: Buah Merah Dari Papua Memperkuat Sistem Imunitas Penyandang HIV/AIDS

Baca Juga: Pakar Ingatkan, Perlombaan Menciptakan Vaksin Cacar Monyet Bisa Mengulangi Kesalahan Bencana Covid-19

Sebagai perbandingan, 76% dari semua orang dewasa yang hidup dengan HIV menerima antiretroviral, data menunjukkan. Ini adalah salah satu perbedaan mencolok dalam respon AIDS, kata badan-badan PBB.Untuk mengatasi kesenjangan yang semakin lebar ini, UNAIDS, UNICEF, WHO dan mitra telah membentuk aliansi global baru, yang bertujuan untuk memastikan bahwa semua anak yang hidup dengan HIV memiliki akses ke pengobatan serta mencegah infeksi HIV bayi baru.

Aliansi Global yang baru untuk Mengakhiri AIDS pada Anak pada tahun 2030 diluncurkan pada Konferensi AIDS Internasional di Montreal, Kanada.

Aliansi global baru ini juga mencakup gerakan masyarakat sipil, seperti Jaringan Global Orang yang hidup dengan HIV, beberapa negara yang paling terkena dampak, dan mitra internasional, termasuk PEPFAR dan Global Fund.Sampai saat ini, 12 negara telah bergabung dalam aliansi pada tahap pertama, yaitu Angola, Kamerun, Pantai Gading, Republik Demokratik Kongo (DRC), Kenya, Mozambik, Nigeria, Afrika Selatan, Uganda, Amerika Serikat. Republik Tanzania, Zambia, dan Zimbabwe.Aliansi global baru mengidentifikasi empat pilar untuk aksi kolektifUntuk mengakhiri AIDS pada anak-anak pada tahun 2030, aliansi global yang baru akan berfokus pada empat bidang ini:

- Menutup kesenjangan pengobatan untuk remaja putri hamil dan menyusui serta wanita yang hidup dengan HIV

- Mencegah dan mendeteksi infeksi HIV baru pada remaja putri dan wanita hamil dan menyusui

- Meningkatkan pengujian, mengoptimalkan pengobatan, dan perawatan komprehensif untuk bayi, anak-anak, dan remaja yang terpajan dan hidup dengan HIV; dan

Baca Juga: Aprikot, Buah Berwarna Oranye, Membuat Kulit Mulus dan Jantung Jadi Sehat

Baca Juga: Healthy Move, Manfaat Tak Terduga Jalan Kaki 5 Menit Setiap Satu Jam

Baca Juga: 11 Langkah Merawat Organ Penis Pria Agar Tetap Sehat dan Perkasa

- Mengatasi hak, kesetaraan gender, dan hambatan sosial dan struktural yang menghalangi akses ke layanan.Dr Tedros Adhanom Ghebreyesus, Direktur Jenderal WHO, berkomentar, "Tidak ada anak yang dilahirkan dengan atau tumbuh dengan HIV, dan tidak ada anak dengan HIV yang boleh pergi tanpa pengobatan." (*)