Saat ibu hamil dilakukan tes HIV dan dinyatakan positif maka akan menjalani prosedur sameday treatment, artinya akan segera diberikan pengobatan ARV.
"Begitu ibu hamilnya terinfeksi HIV harus mendapatkan obat ARV untuk menurunkan jumlah virusnya, sehingga menurunkan risiko penularan ke bayi," lanjut Dr Endah Citraresmi, SpA(K) menjawab pertanyaan dari tim GridHEALTH.id melalui Media Group Interview.
Tes HIV untuk ibu hamil sudah tersedia di berbagai layanan kesehatan, hingga di puskesmas dan obat ARV juga disediakan pemerintah untuk dikonsumsi secara gratis bagi penderita HIV.
Program Pencegahan Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA) jika dilakukan secara efektif dapat menekan jumlah HIV pada anak sekitar dua persen, sebaliknya jika tidak dijalankan maka akan meningkatkan kasus penularan HIV pada anak sebesar 30-40 persen.
2. Skrining saat orang dewasa di sekitar anak memiliki riwayat positif HIV
Banyak kasus di Indonesia saat orang dewasa, khususnya orangtua yang sudah dinyatakan positif HIV tidak ikut memeriksakan kondisi anak, hasilnya menunggu anak sudah bergejala baru HIV pada anak ketahuan.
Sehingga sangat disarankan, ketika orang dewasa yang dekat dengan anak dinyatakan positif HIV untuk ikut melakukan tes pada anak, dengan demikian deteksi dini pada anak bisa dilakukan.
Dengan melakukan pencegahan dini melalui skrining, masih ada bayi yang lahir positif HIV, sekitar 13% berdasarkan data tahun 2020, ditambah jika bayi lahir tanpa diketahui status HIV-nya.
Bayi yang baru lahir dengan riwayat keluarga HIV akan diberikan obat pencegahan yang kemudian akan dilakukan pemantauan berkelanjutan.
Penularan HIV secara umum, sangat mungkin terjadi saat jumlah virus di dalam tubuh sangat banyak, oleh karena itu perlu dilakukan pencegahan dengan menekan jumlah virus melalui obat.
Baca Juga: Tidak Ada Imunisasi Haram Untuk Anak HIV, Semua Wajib Diimunisasi