Find Us On Social Media :

Penyebab Angka Hipertensi di Indonesia Tinggi Karena Garam dan Minyak Goreng, Simak Faktanya

Gorengan dan garam, penyebab angka hipertensi tinggi di Indonesia, laporan BPJS

GridHEALTH.id - Berdasarkan data biaya jaminan pelayanan kesehatan pada tahun 2016 sampai 2020 dari biaya pelayanan kesehatan sekitar Rp374,86 triliun, 83,31% adalah biaya layanan rujukan di mana penyakit katastropik merupakan salah satu kelompok penyakit terbesar yang ditanggung Program JKN-KIS.

Penyakit katastropik merupakan penyakit yang membutuhkan perawatan medis yang lama dan berbiaya tinggi.

Penyakit yang termasuk dalam pengelompokan katastropik pada Program JKN, antara lain penyakit jantung, diabetes, tekanan darah tinggi, gagal ginjal, kanker, stroke, sirosis hati, thalasemia, leukimia dan hemofilia.

Risiko penyakit katastropik sesungguhnya disebabkan oleh faktor metabolik, lingkungan danperilaku sehingga pencegahan peningkatan kasus hendaknya dilakukan dari hulu, yaitu melalui upaya promotif dan preventif kepada masyarakat.

Contohnya, diketahui salah satu penyebab angka hipertensi di Indonesia tinggi adalah asupan garam dan minyak goreng yang berlebih.

Masyarakat Indonesia sulit mengurangi asupan garam dan penggunaan minyak goreng yang berulang. Padahal kedua bahan itu jika dikonsumsi terus-menerus bisa menyebabkan hipertensi.

Padahal, penyakit hipertensi atau tekanan darah tinggi, menurut Direktur BPJS Kesehatan Ghufron Mukti merupakan penyakit yang bisa dicegah.

Hanya saja, masyarakat Indonesia sulit meninggalkan pola makan tertentu, seperti asupan garam yang tinggi. Akibat kebiasaan tersebut, angka hipertensi di Indonesia mencapai 30 persen.“Kalau seperti penyakit hipertensi sebetulnya bisa dicegah. Sebetulnya hipertensi itu tergantung.

Tapi intinya, secara umum harus mengurangi garam. Kalau bisa, masyarakat dianjurkan jangan makan garam terlalu banyak. Masyarakat kita itu kalau garamnya tidak banyak, tidak puas, tidak lezat. Jadi garamnya harus banyak," bebernya dalam workshop BPJS Kesehatan 2022, Bali, Rabu (12/10/2022).

“Masalahnya lagi-lagi, menurut survei, angka hipertensi kita itu sekitar 30 persen. Bayangkan, artinya 3 dari 10 orang itu hipertensi. Sekarang kita hitung di sini ada berapa? 200 orang? Ini artinya 60-an orang hipertensi. Cuma tahu atau nggak, diperiksa atau nggak. Itu bisa dikendalikan dengan olahraga teratur, istirahat yang cukup," imbuh Ghufron, dikutip dari Detik, Kamis (13/10/2022).

Asal tahu saja, hipertensi yang diderita seseorang bisa merembet pada komplikasi kesehatan lainnya. Penyakit hipertensi bisa menimbulkan komplikasi seperti stroke atau gagal ginjal.

Baca Juga: Menjelang Tidur Malam Waktu Terbaik Minum Obat Hipertensi, Studi

Baca Juga: Waspada Ancaman Depresi di Usia Menopause, Hubungan Baik dengan Pasangan Dapat Mencegah Stres

Untuk itu, perlu kesadaran masyarakat untuk meminimalkan sebanyak mungkin penggunaan garam dan minyak goreng.

Hindari penggunaan garam berlebihan dalam masakan, jangan taruh garam di meja, serta hindari makanan kemasan yang berkadar garam tinggi untuk pengawetnya.

Juga kurangi menggoreng makanan. Lebih baik masakan direbus, dipanggang atau dikukus.Kebiasaan menggunakan minyak goreng yang sama berulang kali selain sebabkan hipertensi juga beresiko memicu penyakit lain, salah satunya kanker.“Bagaimana orang Indonesia, mohon maaf, sering jajan dan jajannya itu gorengan. Gorengan minyaknya bisa untuk goreng 30 kali," beber Ghufron lebih lanjut.“Kurang sehat. Karena itu karsinogenik. Minyak jelantah berulang kali tapi ya enak juga. Itu susunan kimiawinya sudah berubah. Itu karsinogenik, artinya kalau kebanyakan menimbulkan kanker. Bisa nggak dicegah? Ya bisa, jangan makan terlalu banyak," pungkasnya. (*)

Baca Juga: Waspadai Depresi di Usia Tua, Ini yang Dapat Kita Lakukan Untuk Lansia

Baca Juga: Alami Radang Tenggorokan? Coba 6 Jenis Teh Ini Untuk Meredakannya