Find Us On Social Media :

Kisah Pendamping 600 Penyintas HIV/AIDS, Rutin Jadwalkan Pengambilan Obat dan Mengantarkannya ke Rumah Masing-masing

Kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang didampingi dalam mengambil obat

GridHEALTH.id - Beginilah kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang diberikan pendampingan untuk mengambil jadwal obat.

HIV (Human Immunodeficiency Virus) virus yang menyerang sistem kekebalan tubuh sehingga daya tahan tubuh semakin melemah dan rentan diserang berbagai penyakit.

HIV yang tidak cepat ditangani akan berkembang menjadi AIDS (Acquired Immune Deficiency Syndrome).

Artinya, kondisi ini merupakan stadium akhir dari infeksi HIV dan tubuh sudah tidak mampu untuk melawan infeksi yang ditimbulkan.

Pengidap yang telah terdiagnosis HIV harus segera mendapatkan pengobatan berupa antiretroviral (ARV) yang bekerja untuk mencegah virus HIV menggandakan diri dan menghancurkan sel CD4.

Pengobatan ini dapat digunakan untuk ibu hamil agar mencegah penularan HIV ke janin.

Namun, perlu diingat bahwa pengobatan ini harus dilakukan rutin dan diminum sesuai jadwal, di waktu yang sama setiap hari agar perkembangan virus dapat dikendalikan.

Nah, rutinata sinilah yang kerap kali menjadi kendala dalam pengobatan pasien HIV/AIDS. Karenanya dibutuhkan pendamping bagi para penyintas.

Berikut adalah kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang didampingi ini berada di RSUD dr. Iskak Tulungagung, Jawa Timur.

Manajemen RSUD dr. Iskak Tulungagung terus mengoptimalkan peran para tenaga pendamping ODHA.

Para pasien dilakukan pendampingan untuk mengambil obat ARV di Poli Seruni.

Baca Juga: Kisah Sosok Ayu Oktariani yang Berjuang untuk Menghadapi HIV/AIDS

"Para pendamping mulai disediakan saat pandemi Covid-19 merebak awal 2020 lalu. Kini seiring kebutuhan dan juga demi efektivitas, peran mereka lebih dioptimalkan lagi," terang Kepala ruangan Poli Seruni RSUD dr Iskak, Ina Imawati di Tulungagung, Senin (17/10/2022).

Para pendamping yang tersebar di beberapa kecamatan ini bertugas mengambil obat ARV di RSUD dr. Iskak Tulungagung, malah hingga diantarkan ke rumah masing-masing.

Layanan ini bertujuan untuk memberi kenyamanan ODHA serta meminimalkan risiko penularan.

“Kami berharap layanan kunjung rumah untuk pengiriman obat ARV ini memperluas minat ODHA lain untuk melakukan VCT di Poli Seruni dan melakukan pengobatan rutin,” tutur Ina, dikutip dari Antara.

Adapun 11 pendamping ODHA ini terdiri dari petugas RSUD dr. Iskak, penyintas HIV/AIDS yang diperbantukan Komisi Pemberantasan AIDS (KPA), serta dari kelompok relawan lain.

Kolaborasi berbagai sektor ini dilakukan untuk, mempermudah petugas menjangkau ODHA yang belum mendapatkan pengobatan ARV.

Di masa Covid-19, petugas pendamping sangat membantu ODHA mengurangi risiko terpapar virus corona yang diakibatkan mobilitas tinggi.

“Layanan ini sudah kami mulai sebelum ada pandemi, namun sekarang semakin gencar karena banyak ODHA yang memanfaatkan layanan tersebut,” imbuh Ina.

Saat ini, ada sekitar 600 ODHA yang rutin menjalani pengobatan ARV.

Adapun, pengambilan obat ARV dijadwalkan rutin setiap sebulan sekali.

Baca Juga: Anak Asuhnya Terinfeksi HIV, Semua Lepas Tangan, Berikut Kisah Miris PSK Wanita dan Pria yang Masih Muda asal Bandung

Obat ARV yang diberikan kepada ODHA merupakan jenis obat yang berfungsi memperlambat perkembangan virus HIV.

Cara kerjanya ialah menghilangkan unsur yang diperlukan oleh virus HIV untuk menggandakan diri dan mencegah virus HIV menghancurkan sel CD4.

Penghitungan sel CD4 dilakukan setiap 3-6 bulan.

Sedangkan pemeriksaan HIV RNA dilakukan sejak awal pengobatan, dilanjutkan setiap 3-4 bulan selama masa pengobatan.

Itulah kisah nyata penyintas HIV/AIDS yang dilakukan pendampingan dalam mengambil obat ARV.(*)

Baca Juga: Dianggap Orang Pertama Sebagai Penyintas HIV, Profesinya Pramugara