GridHEALTH.id - Autis kini menjadi perhatian kembali banyak orangta. Hal itu dilatar belakangi pengakuan istri dari Young Lex, Rapper, yang mengatakan jika anak perempuannya didiagnosa autis.
Saat usianya menginjak satu tahun delapan bulan, Zizi, panggilan karib Zaenab Alexander, anak dari Young Lex didiagnosa autis.
Hal itu diutarakan langsung oleh istri dari Young Lex, Eriska Nakesya, yang tentu membuat orang tuanya sedih.
Ketahuilah, autisme adalah gejala menutup diri sendiri secara total, dan tidak mau berhubungan lagi dengan dunia luar, merupakan gangguan perkembangan yang komplek, mempengaruhi perilaku, dengan akibat kekurangan kemampuan komunikasi, hubungan sosial dan emosional dengan orang lain, dan gejalanya sudah tampak sebelum anak berusia 3 tahun.
Anak pria konon dengan autis jumlahnya lebih banyak dari anak wanita.
Autis Adalah Gangguan Perkembangan Otak
Jika dilihat secara sederhana, autisme adalah gangguan perkembangan otak yang memengaruhi penderita dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain.
Tak hany aitu, autisme juga menyebabkan gangguan perilaku dan membatasi minat penderitanya.
Penting dicatat dan dicamkan baik-baik bagi seluruh orangtua yang memiliki anak autis, memang benar membesarkan anak yang menderita autisme tidaklah mudah.
Diperlukan kesabaran lebih karena anak autis seringkali asyik dengan dunianya sendiri dan lamban merespons ketika berkomunikasi.
Tapi jika mau belajar dan berusaha, pasti bisa mendidik dan membesarkan anak autis dengan baik.
Berikut langkah-langkahnya, seperti dikutip dari laman cimahikota.go.id (26/11/2018):
Menerima kondisi autisme anak
Ini menjadi poin utama dan paling mendasar. Orang tua harus peka terhadap kondisi yang dihadapi oleh seorang anak.
Berkomunikasi dengan dokter adalah langkah yang benar. Ketika orang tua mendapatkan hasil pemeriksaan bahwa anak menderita autisme, maka langkah pertama adalah menerima kondisi anak.
Lebih bersabar
Semakin dewasa seorang anak autis, semakin dibutuhkan kesabaran dalam menghadapinya. Terkadang orang tua merasa lelah karena menghadapi anak yang sibuk dengan dunianya sendiri dan harus memberikan terapi.
Oleh karena itu, kesabaran adalah yang terpenting dalam menghadapi kondisi ini.
Saling berbagi
Saling berbagi informasi antara orang tua yang mempunyai anak autis sangat membantu dalam menghadapi dan membesarkan anak autis.
Baca Juga: Gejala Darah Rendah yang Umum Dirasakan, Jangan Disepelekan, Masalah Kesehatan Serius Ini Mengintai
Dukungan dari sesama memiliki anak autis akan menguatkan pada saat kita merasa putus asa dalam menghadapi anak tersebut.
Membuka diri pada orang lain juga sangat bermanfaat untuk mendapatkan informasi dalam membesarkan anak autis ini.
Jangan mudah putus asa
Keinginan setiap orang tua yang memiliki anak menderita autisme adalah melihat anaknya tumbuh normal dan melakukan hal-hal sesuai tahap perkembangan.
Namun, banyak orang tua putus asa saat melihat tak ada perubahan pada anak mereka. Perlu diingat bahwa setiap anak autis berbeda terhadap reaksi yang didapat dan tergantung juga pada terapi yang diberikan. Cobalah untuk tetap bersabar dan berdoa, serta yang terpenting adalah jangan pernah menyerah dalam menghadapi anak autis ini.
Hargai perilaku baik anak
Berikanlah pujian dan penghargaan pada anak autis jika ia berhasil melakukan sesuatu. Misalnya, saat ia berhasil menyelesaikan sesi dalam terapi yang sulit atau belajar sesuatu yang baru. Memberikan pujian sangat penting bagi anak autis.
Cara nonverbal berkomunikasi
Berkomunikasi dengan anak autis merupakan tantangan tersendiri. Ada banyak cara untuk berkomunikasi dengan anak ini.
Salah satunya adalah dengan cara menatapnya, memegang tangannya, perhatikan nada suara dan gerak tubuh saat bersamanya.
Baca Juga: Nyeri Sendi dan Tulang Belakang Jangan Dibiarkan, Ini Cara Mengatasinya
Ini menandakan ada komunikasi antara orang tua dan anak. Anak juga akan berkomunikasi dengan orang tua dengan cara yang sama. Cara tersebut adalah salah satu cara melakukan komunikasi dengan anak autis yang tidak pernah mengucapkan satu kata pun.
Merancang terapi
Anak autis juga memerlukan istirahat, melepas penat setelah melakukan terapi. Cari tahu cara membuatnya bisa tertawa, tersenyum, dan bersantai.
Banyak anak autis memiliki hipersensitivitas terhadap, cahaya, bau, suara, sentuhan, yang dapat mengakibatkan perilaku buruk pada anak.
Perhatikan juga apa yang membuat anak menjadi stres, tidak nyaman, bahagia, dan lain-lain. Jika sudah mengetahui apa saja yang dapat memengaruhi keadaan anak, orang tua akan mengetahui cara memecahkan masalah anak, mencegah situasi yang dapat memicu masalah, dan dapat menciptakan lingkungan rumah yang berjalan selaras dengan perkembangan anak.
Faktor-Faktor Bisa Menyebabkan Anak Menjadi Autis
Satu hal yang tidak boleh dilupakan, meski kita tidak bisa mencegah autisma pada anak, namun ada beberapa faktor yang harus kita perhatikan.
Berikut ini adalah beberapa faktor tersebut, dikutip dari laman ciputrahospital.com.
Baca Juga: Daun Ungu untuk Obat Ambeien, Apakah Benar Efektif Seperti Dikatakan Masyarakat?
1. Jenis kelamin
Penelitian membuktikan bahwa pengidap autis cenderung lebih banyak pada mereka yang berjenis kelamin laki-laki.
Salah satu yang mendasari penelitian tersebut adalah adanya perbedaan pada perkembangan otak antara laki-laki dan wanita. Namun ketika wanita mengalami autisme, gejalanya kemungkinan terlihat lebih berat.
2. Faktor keturunan
Autis akan cenderung terjadi pada mereka yang memiliki keluarga atau orang tuanya mengidap autis. Misalnya, salah satu orang tua mengidap autis, maka anaknya akan memiliki risiko mengidap autis.
Hal ini juga terjadi pada anak kembar. Apabila salah satu dari kembarannya mengidap autis, maka ada kemungkinan kembarannya juga akan mengidap autis.
3. Efek samping alkohol atau obat
Dokter menemukan bahwa Ibu hamil yang mengonsumsi alkohol berlebihan memiliki risiko menyebabkan anaknya mengalami autis.
4. Efek samping konsumsi obat
Terdapat beberapa obat yang diduga dapat menyebabkan seseorang mengidap autis. Apabila ibu yang sedang hamil mengonsumsi obat ini berlebihan, maka dapat meningkatkan risiko autis pada anaknya.
Untuk mengetahui lebih lanjut apa saja obatnya, bisa konsultasikan kepada dokter.
5. Mengidap penyakit tertentu
Autis juga bisa terjadi karena ada faktor penyakit lain yang mendampinginya. Penyakit tersebut antara lain mengidap down-syndrome, gangguan kronis pada otak seperti cerebral palsy serta distrofi otot.
6. Bayi lahir prematur
Meski belum banyak terjadi, dokter menyatakan kelahiran prematur atau kelahiran dini sangat rentan mengalami autis.
7. Usia orang tua ketika hamil
Wanita hamil dengan usia 35 tahun ke atas memiliki kondisi berbeda dengan wanita yang berusia sebelum 30 tahun. Oleh karena itu, semakin tua usia wanita yang hamil dapat meningkatkan risiko autis pada anaknya.(*)