Find Us On Social Media :

Mengaku Punya Gangguan Kesehatan Mental, Pangeran Harry Masih Rutin Konsumsi Obat Halusinogen

Pangeran Harry mengonsumsi obat untuk mengobati gangguan kesehatan mental yang diidapnya

GridHEALTH.id - Belum lama ini, Pangeran Harry ungkap kondisi kesehatannya.

Terlebih, soal gangguan mental yang dialaminya.

Kabarnya, Pangeran Harry mengidap gangguan  mental yakni agorafobia.

Melalui buku terbaru Pangeran Harry yang belum lama ini diterbitkan, dirinya menceritakan banyak hal terkait kondisinya berjuang melawan hal tersebut.

Tentu saja, untuk mengobati gangguan mental tersebut dilakukan dengan berbagai cara.

Baca Juga: Hindari Konsumsi 5 Makanan Ini, Cegah Depresi Bertambah Parah

Bisa dengan olahraga atau hingga terapi khusus kesehatan mental.

Namun, tak jarang yang memilih mengonsumsi obat-obatan khusus untuk meredakan gangguan mental tersebut.

Hal ini juga yang dilakukan oleh Pangeran Harry dalam menghadapi trauma masa lalunya.

Dalam sebuah wawancara bersama ahli trauma Gabor Maté, Pangeran Harry mengungkap bahwa dirinya mendapat bantuan dari obat psikedelik untuk membantunya bisa menghadapi trauma-trauma yang ada di masa lampau."Itu mendatangkan rasa relaks, tenang, nyaman, dan keringanan yang mampu saya tahan dalam suatu periode waktu tertentu," ujarnya, dikutip dari Healthline.

"Saya bisa bilang bahwa ini adalah salah satu bagian fundamental dari hidup saya yang mengubah saya dan membantu saya menghadapi trauma dan rasa sakit dari masa lalu," lanjutnya.

Baca Juga: Kaitannya Asam Lambung dengan Depresi, Mona Ratuliu Cerita Saat Pertama Kali Mengetahui Kesehatan Mental Putrinya

Agar tidak salah kaprak, inilah obat psikedelik yang dikonsumsi oleh Pangeran Harry.

Apa itu obat Psikedelik?

Obat Psikedelik atau Psikofarmasi atau Obat Psikotropika umumnya disebut Psikedelik saja adalah suatu jenis dari beragam produk obat-obatan yang dikhususkan untuk suatu penggunaan.

Melansir dari verywellmind.com, psikedelik sering dihisap (dan dihirup), dimakan, atau diseduh menjadi teh.

Obat psikedelik merupakan kelompok obat yang dapat memicu munculnya halusinasi.

Karena efeknya tersebut, obat psikedelik termasuk dalam golongan halusinogen.

Obat ini tergolong sebagai narkotika berbahaya, karena berisiko tinggi untuk disalahgunakan dan menyebabkan ketergantungan.

Halusinogen digunakan dalam psikoterapi pada tahun 1960-an, tetapi hal ini dihentikan terutama karena alasan politik hingga baru-baru ini.

Penelitian psikologis sejak itu menghidupkan kembali penggunaan psikedelik dalam pengobatan psikologis eksperimental.Psikedelik perlahan muncul kembali dalam psikologi dan psikiatri sebagai cara yang layak untuk mengobati kecemasan, depresi, gangguan stres pasca-trauma (PTSD), dan banyak lagi.

Namun, perawatan yang diatur saat ini masih bersifat eksperimental dan tidak dapat diakses oleh banyak orang.

Baca Juga: Tidak hanya Sadar Kesehatan Mental, Generasi Z Memiliki Sejumlah Kebiasaan Unik

Jika ingin mengobati gejala kondisi kesehatan mental, pastikan untuk berbicara dengan dokter tentang pilihan pengobatan lain yang dapat membantu, seperti terapi, obat yang diresepkan, dan meditasi.

Efek obat Psikedelik

Efek obat psikedelik bervariasi tergantung pada orangnya.

Faktor-faktor seperti dosis, lingkungan, dan kepribadian berperan dalam bagaimana psikedelik memengaruhi orang.

1. Persepsi waktu yang berubah

2. Kesulitan berkomunikasi secara jelas dengan orang lain

3. Halusinasi seperti merasakan sensasi, mendengar suara, dan/atau melihat gambar yang tidak nyata

4. Kesadaran atau pemahaman yang meningkat

5. Peningkatan energi

6. Kurangnya kemampuan berpikir rasional

Baca Juga: Ron Jeremy Didakwa Lebih dari 30 Pelecehan Seksual Masih Bebas karena Punya Gangguan Mental, Apa Tolak Ukurnya?

7. Pengalaman sensorik campuran (misalnya, melihat suara)

8. Mual

9. Pengalaman rohani

10. Pengalaman sensorik yang hidup.

Psilocybin dapat menyebabkan perasaan rileks atau introspeksi, tetapi juga dapat menimbulkan kegugupan, paranoia, dan bahkan perasaan panik.Efek samping peyote termasuk gerakan yang tidak terkoordinasi, keringat berlebih, dan pembilasan.

Jadi salah satu obat yang tergolong narkotika, sebaiknya lakukan konsultasi lebih lanjut kepada dokter untuk para pejuang kesehatan mental.(*)

Baca Juga: Kesulitan Berjalan Saat Manggung, Ternyata Adele Sudah 20 Tahun Sakit Punggung, Apakah Penyakit Skiatika yang Sebenarnya?