Selain ketidaknyamanan akibat mulas, GERD dapat menyebabkan nyeri dada yang menjalar yang dapat memengaruhi leher, punggung, rahang, atau lengan dan berlangsung selama beberapa menit hingga berjam-jam.
Seperti dilansir dari sleepfoundation.org, gejala ini sering dikaitkan dengan terbangun di malam hari bagi penyintas GERD.
Posisi Tidur Saat Asam Lambung Kambuh
Bukti menunjukkan bahwa refluks asam biasanya terjadi pada dua atau tiga jam pertama tidur.
Biasanya terjadi ketika seseorang langsung berbaring setelah mengonsumsi makanan berat.
Studi menunjukkan bahwa mereka yang mengidap GERD lebih mungkin mengalami refluks asam ketika mereka mengonsumsi makanan berat pada larut malam (sekitar dua jam sebelum tidur).
Ada beberapa penjelasan mengapa GERD umumnya lebih buruk di malam hari setelah tidur.
1. Posisi tidur: Saat berbaring, gravitasi tidak lagi membantu menahan asam lambung, sehingga lebih mudah terjadi refluks.
2. Lebih sedikit menelan: Penurunan menelan saat tidur mengurangi kekuatan penting yang mendorong asam lambung ke bawah.
3. Mengurangi produksi air liur: Air liur dapat membantu menetralkan asam lambung, tetapi produksi air liur berkurang selama tahap tidur yang lebih dalam.
Tidak harus tidur sambil duduk tegak untuk memanfaatkan efek gravitasi dan anatomi terhadap terjadinya GERD.
Namun, mengatur pola tidur penyentas asam lambung agar tidak mengganggu istirahat.
Baca Juga: Sering Membingungkan, Bolehkah Penderita Asam Lambung Makan Roti?