Ketergantungan pada perokok juga melibatkan mekanisme lainnya yang memicu ketidakseimbangan fungsi otak.
Nikotin membuat seseorang ketergantungan dengan cara memicu peningkatan hormon dopamin pada otak.
Peningkatan dopamin berlebih pada perokok juga disertai dengan penurunan enzim monoamineoxidase, yang berperan dalam menurunkan kadar dopamin.
Tanpa enzim tersebut, kadar dopamin akan lebih sulit terkendali sehingga menyebabkan ketergantungan.
Sebagian besar perokok merasakan efek peningkatan dopamin berlebih sebagai rasa ketenangan, bahagia, atau kesenangan saat merokok.
Hal ini menyebabkan seseorang menjadi kesulitan menenangkan pikirannya sendiri jika tidak mengisap rokok.
Jika hal itu terjadi, maka perokok akan mencari dan menggunakan rokok tanpa henti.
Tanpa disadari, perokok juga menjadi lebih agresif dan mudah marah saat harus menahan keinginannya untuk merokok.
Hal ini tentu saja akan berpengaruh terhadap kehidupan sosial perokok yang justru membuat stress dan memicu perubahan perilaku yang lebih parah.
Terlepas dari segala dampak buruk sebuah rokok, perokok meyakini ada dampak baik yang dirasakan ketika mengisap rokok.
Mereka cenderung mencari rokok ketika merasa stres, cemas, atau menghadapi masalah yang terjadi.
Baca Juga: 8 Cara Menjaga Kesehatan Mental saat Menghadapi Deadline Pekerjaan yang Mendesak