GridHEALTH.id - Hanya dengan cara sederhana untuk menurunkan angka stunting, bisa dengan mengonsumsi telur.
Stunting merupakan sebuah kondisi di mana, seorang anak mengalami gangguan pertumbuhan yang menyebabkan panjang atau tinggi badannya tidak tumbuh sesuai potensial yang dia miliki.
Oleh karena itu, anak yang stunting memiliki tubuh yang lebih pendek dibandingkan dengan anak-anak seusianya.
Stunting tidak terjadi secara tiba-tiba.Secara umum, stunting disebabkan oleh ketidakcukupan pemenuhan nutrisi.
Kondisi ini dapat dimulai bahkan ketika janin masih berada di dalam kandungan hingga berlanjut setelah bayi lahir, terutama dalam 2 tahun pertama kehidupan.
Penyebabnya antara lain adalah kondisi sosioekonomi keluarga, cara pemberian makan yang salah (inappropriate feeding practice), dan apabila anak terkena menderita infeksi atau penyakit kronik.
Proses ini yang menyebabkan stunting berbeda dengan anak yang berperawakan pendek (stunted).
Cegah Stunting
Seringkali masalah-masalah non kesehatan menjadi akar dari masalah stunting, baik itu masalah ekonomi, politik, sosial, budaya, kemiskinan, kurangnya pemberdayaan perempuan, serta masalah degradasi lingkungan.
Maka dari itu, ditegaskan oleh Menkes jika kesehatan membutuhkan peran semua sektor dan tatanan masyarakat.
Inilah beberapa cara untuk cegah stunting yang masih jadi masalah kesehatan serius.
Baca Juga: Upaya Pencegahan Stunting Sejak Hamil, Ini yang Harus Dilakukan Bumil
1. Pola makan
Masalah stunting dipengaruhi oleh rendahnya akses terhadap makanan dari segi jumlah dan kualitas gizi, serta seringkali tidak beragam.
Istilah “Isi Piringku” dengan gizi seimbang perlu diperkenalkan dan dibiasakan dalam kehidupan sehari-hari.
Bagi anak-anak dalam masa pertumbuhan, memperbanyak sumber protein sangat dianjurkan, di samping tetap membiasakan mengonsumsi buah dan sayur.
2. Pola asuh
Stunting juga dipengaruhi aspek perilaku, terutama pada pola asuh yang kurang baik dalam praktek pemberian makan bagi bayi dan balita.
Dimulai dari edukasi tentang kesehatan reproduksi dan gizi bagi remaja sebagai cikal bakal keluarga, hingga para calon ibu.
3. Sanitasi dan akses air bersih
Akses sanitasi dan air bersih ini perlu dilakukan untuk mencegah risiko penyakit infeksi.
Perlu membiasakan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir, serta tidak buang air besar sembarangan.
Dengan melakukan berbagai cara mencegah stunting pada anak diatas, diharapkan mampu meminimalisir potensi stunting pada anak-anak di Indonesia.
Konsumsi Telur untuk Cegah Stunting
Dari berbagai kandungan gizi dalam telur, protein sendiri mempunyai peran untuk meningkatkan berat badan janin.
Sehingga, mengurangi risiko melahirkan bayi gizi kurang yang berdampak ke stunting.
Pada masa pertumbuhan anak, protein dalam telur berfungsi sebagai zat pembangun, sebagai pembentuk jaringan dalam tubuh.
Baca Juga: Bisakah Anak yang Mengalami Stunting Sembuh? Ini Jawaban Dokter
Jadi, ketika anak sudah memasuki usia 6 bulan ke atas, telur bisa dijadikan bahan dalam membuat makanan pendamping ASI (MP-ASI).
Selain protein, vitamin B9 atau asam folat dalam telur dapat membantu bayi agar mempunyai sel otak yang berkembang dengan baik.
Hal ini mampu mencegah cacat lahir pada otak janin dan syaraf bayi.
Berikut fakta nutrisi telur rebus dalam satu butir (50 gram), yang dikutip dari Healthline via Kompas:
- Kalori: 77
- Karbohidrat: 0,6 gram
- Total lemak: 5,3 gram
- Lemak jenuh: 1,6 gram
- Lemak tak jenuh tunggal: 2,0 gram
- Kolesterol: 212 mg
- Protein: 6,3 gram
Baca Juga: Jangan Dianggap Remeh, Ternyata Ini Tanda Umum Stunting pada Balita
- Vitamin A: 6 persen dari angka kecukupan gizi (AKG)
- Vitamin B2 (riboflavin): 15 persen dari AKG
- Vitamin B12 (cobalamin): 9 persen dari AKG
- Vitamin B5 (asam pantotenat): 7 persen dari AKG
- Fosfor: 86 mg atau 9 persen dari AKG
- Selenium: 15,4 mcg atau 22 persen dari AKG
Selain telur, bisa memberikan anak protein hewani lainnya, seperti susu, ikan, dan daging.
Baca Juga: Peluang Kecerdasan Anak Stunting, Pengaruhi Kemampuan Menyelesaikan Masalah