GridHEALTH.id - Stunting terjadi saat anak berusia balita dan efeknya bisa bertahan hingga tumbuh dewasa.
Memahami proses stunting dapat membantu orangtua mengenali kondisi ini sejak awal, sehingga bisa segera mengambil tindakan.
Penyebab Stunting Pada Anak
WHO mengkategorikan anak-anak yang stunting mengalami hambatan dalam pertumbuhannya, sehingga tinggi badannya lebih rendah dari rata-rata usia mereka.
Setidaknya dua standar deviasi di bawah Median Standar Pertumbuhan Anak yang ditetapkan oleh WHO.
Melansir Concern Worldwide, ada banyak faktor yang menyebabkan anak mengalami stunting. Beberapa yang umum di antaranya:
* Pemenuhan nutrisi yang buruk dan kurangnya akses terhadap variasi makanan
* Sanitasi kurang baik dan tidak ada akses air bersih
* Kurangnya layanan kesehatan yang tepat untuk anak-anak dan ibu
* Stimulasi psikososial atau ikatan orangtua-bayi yang tidak memadai
Proses Stunting yang Dialami Anak
Perlu diketahui, sebelum anak terindikasi stunting, ada beberapa proses yang dilalui terlebih dahulu.
Prof. dr. Damayanti R. Sjarif, Ph.D,Sp.A(K), mengatakan bahwa kebanyakan anak yang mengalami stunting saat lahir kondisinya normal.
Baca Juga: Wajib Tahu 4 Pelayanan Stunting dari Pemerintah Bagi Remaja Hingga Balita
Lebih lanjut, ia menjelaskan proses stunting diawali dengan tidak terpenuhinya kebutuhan gizi anak dalam jangka waktu panjang.
"Awalnya, anak normal kekurangan gizi. Kemudian, berat badannya tidak cukup, meski masih naik," ujarnya dikutip dari Kompas (6/4/2023).
Pada usia 0 hingga 6 bulan, kekurangan gizi kronik bisa terjadi karena pemberian ASI yang tidak adekuat.
Begitu juga saat pemberian makanan pendamping ASI (MPASI) pada usia 6 bulan ke atas yang tidak adekuat, menyebabkan anak kekurangan gizi.
Kemudian, anak tersebut akan mengalami penurunan berat badan sehingga tidak ideal. Ini dikenal juga sebagai fase weight faltering.
Bila ini dibiarkan berlanjut, weight faltering dapat berubah menjadi underweight. Sehingga imunitas anak menurun dan membuatnya rentan sakit.
"Kalau sudah terkena penyakit, anak akan enggan makan. Sehingga, memperburuk keseluruhan kondisinya," ungkapnya.
Hormon yang diproduksi oleh tubuh anak, khusunya yang mendukung pertumbuhan, akan menurun secara signifikan.
"Kalau tidak segera diatasi, terjadilah perawakan pendek yang kita sebut stunting," jelasnya.
Namun ia menegaskan, anak yang berperawakan pendek bisa dikategorikan stunting jika mengalami kekurangan gizi kronik.
Pasalnya, ada juga faktor genetik yang membuat tinggi badan anak tidak terlalu tinggi.
Oleh karena itu, orangtua diharapkan dapat selalu memenuhi kebutuhan nutrisi anak dengan memberikan ASI eksklusif selama 6 bulan dan MPASI yang bergizi seimbang. (*)
Baca Juga: Waspada! Kekurangan Asupan Ini Bisa Jadi Pemicu Utama Stunting