GridHEALTH.id - Layaknya pengantin baru, biasanya pasangan sehabis menikah akan meluangkan sangat banyak waktu untuk berintim-intim berdua.
Tentu saja hal ini adalah sesuatu positif. Dapat digunakan untuk lebih saling mengenal, pun salah satu tujuan pernikahan adalah untuk segera mendapatkan keturunan, bukan?
Baca Juga : Studi: Flu di Saat Hamil Munculkan Risiko Anak Menderita Skizofrenia
Nah, sekarang ada lagi satu manfaat mengapa kita dianjurkan banyak-banyak berhubungan intim sesudah menikah, yaitu menghindarkan calon bayi kelak menjadi pengidap skizofrenia.
Bukannya menakut-nakuti, namun sebuah penelitian baru telah menemukan hubungan antara aktivitas seksual orangtua dan perkembangan skizofrenia pada anak-anak.
Para peneliti mengatakan bahwa kontak seksual orangtua yang jarang dan singkat antara pasangan sebelum kehamilan membuat bayi berisiko terkena gangguan mental di masa depan.
Temuan ini, yang diterbitkan dalam Journal of Schizophrenia Research ini mendukung penelitian sebelumnya yang menyebutkan, komplikasi kehamilan yang disebut preeklamsia, berkontribusi pada pengembangan skizofrenia sang jabang bayi kelak.
Baca Juga : Mengapa Diabetes Sering Menyerang Kaki Lebih Dulu, Ini Penyebabnya
Ini juga mendukung penelitian lain yang menunjukkan periode lamanya paparan sperma sebelum kehamilan meningkatkan perlindungan wanita terhadap peeklamsia.
“Hasil kami menyimpulkan bahwa keturunan yang lahir dari pasangan yang menikah kurang dari tiga tahun, di semua usia ayah, memiliki risiko kecil alami skizofrenia, yang tidak tergantung pada gangguan kejiwaan orangtua dan usia ayah,” jelas Dolores Malaspina, penulis penelitian dan profesor psikiatri, genetika dan ilmu genomik dan ilmu saraf di Fakultas Kedokteran Icahn di Gunung Sinai, dalam sebuah pernyataan.
Baca Juga : Tergoda Perawatan Vampire Ala Kim Kardashian, Dua Wanita Malah Kena HIV
Untuk penelitian tersebut, Malaspina dan timnya menganalisis potensi skizofrenia pada lebih dari 90.000 bayi.
Mereka menemukan bahwa bayi memiliki risiko 50% lebih tinggi ketika lahir dari orangtua yang menikah kurang dari dua tahun dan pada jenis kelamin yang lebih sedikit.
Mereka yang lahir empat tahun setelah pernikahan orangtua mereka memiliki risiko skizofrenia 30 % lebih tinggi.
Tetapi bayi dengan orangtua yang menikah selama lima tahun menunjukkan risiko 14% lebih rendah terkena gangguan mental.
“Temuan ini tepat waktu mengingat penemuan baru-baru ini menyatakan bahwa beberapa gen yang terlibat dalam skizofrenia adalah gen plasenta dengan ekspresi diferensial dari kesulitan prenatal seperti preeklamsia dan hipertensi,” kata Malaspina, seperti dilansir dari medical daily.
"Data menunjukkan bahwa aktivasi kekebalan prenatal dari preeklamsia dapat menghasilkan kerentanan inflamasi yang bertahan lama untuk ibu dan janin, meningkatkan kerentanan untuk kondisi kejiwaan dan metabolisme."
Baca Juga : Penderita Diabetes, Pantau Gula Darah Selama Puasa Agar Tak Rendah
Skizofrenia adalah gangguan mental kronis dan parah yang menyebabkan halusinasi, delusi, pemikiran yang tidak teratur, suasana hati negatif, dan gangguan kognitif.
Namun demikian, beberapa penelitian menunjukkan bahwa banyak gen berkontribusi terhadap perkembangan seseorang menjadi penderita skizofrenia.
Faktor lingkungan, seperti paparan virus, kekurangan gizi dan masalah selama kelahiran, juga dicatat.
Baca Juga : Studi : Orang yang Mandi Lama Ternyata Cenderung Tak Bahagia
Para peneliti berharap untuk melakukan lebih banyak studi untuk lebih memahami hubungan langsung antara durasi pernikahan dan gangguan kejiwaan lainnya pada bayi. (*)
Artikel ini sudah tayang di Intisari-Online.com dengan judul: Menurut Penelitian, Kurangnya Hubungan Seks pada Orang Tua Tingkatkan Risiko Skizofrenia pada Anak
Source | : | Medical Daily,intisari-online.com |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar