Dinamika kekuatan ini dapat meningkatkan kerentanan anak perempuan terhadap pelecehan emosional, fisik, dan seksual.
Baca Juga: Meski Dimusuhi, Gula Mampu Deteksi Keberadaan Tumor Di dalam Tubuh
Selain itu, gadis-gadis muda cenderung tidak memiliki akses ke sumber daya keuangan dan mobilitas terbatas.
Oleh karena itu mereka cenderung tidak meninggalkan rumah untuk bersosialisasi dengan orang lain, membatasi kemampuan mereka untuk mendapatkan informasi tentang kesehatan reproduksi, kontrasepsi, HIV, dan infeksi menular seksual lainnya (IMS).
Perbedaan kekuatan ini juga dapat membatasi kemampuan anak perempuan untuk menegosiasikan penggunaan kontrasepsi atau kondom, sehingga menempatkan mereka pada risiko tinggi untuk tertular IMS dan HIV.
Baca Juga: Inovasi Baru, Alat Bantu Dengar Pintar Pertama di Dunia Mudahkan Penggunanya
Melahirkan anak usia dini menimbulkan risiko kesehatan yang serius bagi ibu dan anak.
Perkawinan sering kali menandai awal dari aktivitas seksual yang sering dan tidak terlindungi.
Banyak anak perempuan di bawah usia 18 tahun (dan khususnya anak perempuan di bawah usia 15 tahun) tidak matang secara fisik dan karenanya tidak siap untuk melakukan hubungan seksual atau melahirkan.
Baca Juga: 2 Tip Ini Bisa Cegah Kelelahan Seperti Yang Dialami Atta Halilintar
Hubungan seksual pada usia muda dikaitkan dengan nyeri fisik dan komplikasi terkait kehamilan, seperti fistula kebidanan.
Masalah kesehatan yang berhubungan dengan kehamilan dapat memiliki konsekuensi emosional dan sosial dan menimbulkan beban keuangan bagi rumah tangga.
Konsekuensi negatif dari pernikahan usia muda menurut iwhc.org (International Woman’s Health Coalision), 60 persen lebih mungkin meninggal pada tahun pertama kehidupan daripada mereka yang lahir dari ibu yang berusia lebih dari 19 tahun, dan keluarga lebih cenderung menjadi miskin dan tidak sehat.
Baca Juga: Penderita Diabetes Disarankan Makan Paprika Setiap Hari, Ini Alasannya
Source | : | Grid.id,iwhc.org,k4health.org |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar