GridHEALTH.id - Munculnya penyakit monkeypox atau cacar monyet di Singapura membuat otoritas kesehatan di Indonesia menjadi siap siaga.
Berbagai tindakan antisipstif pun dilakukan untuk mencegah masuknya virus cacar monyet ini, seperti pemasangan perangkat thermal scanner (alat pemantau suhu panas tubuh) di setiap bandara Indonesia.
Baca Juga: Fakta: Monkeypox alias Cacar Monyet Jauh Lebih Ringan dari Cacar Air
Monkeypox merupakan penyakit zoonosis virus atau penyakit yang ditularkan dari hewan ke manusia. Meskipun dikatakan penyakit yang jauh lebih ringan, tapi monkeypox bisa saja berakibat fatal bila tidak ditangani dengan baik.
Menanggapi hal ini, pakar biokimia dan biologi molekuler dari Universitas Gadjah Mada (UGM) mengimbau masyarakat tidak perlu khawatir.
Dilansir dari kompas.com, Profesor Wayan Tunas Artama, koordinator One Health Collaborating Center (OHCC) UGM menyebut bahwa masyarakat Indonesia tidak perlu takut dengan penyebaran cacar monyet ini. Hal itu karena penyakit ini kurang lebih serupa dengan cacar pada manusia yang disebabkan oleh smallpox (penyakit cacar).
"Gejala yang muncul mirip seperti penderita cacar tapi lebih ringan. Hal itu seperti demam, sakit kepala, nyeri otot, dan berlanjut dengan benjolan kecil ke seluruh tubuh," ungkap Wayan.
Baca Juga: Kenali 2 Gejala Hipertensi, Penyakit Yang Sebabkan Istri Bupati Mimika Meninggal Dunia
Meski saat ini vaksin cacar monyet belum ditemukan, dia menyebut bahwa wabah ini dapat dikontrol karena sebenarnya masyarakat sudah divaksinasi dengan vaksin smallpox yang telah dilakukan sejak 1980 ketika wabah cacar menyebar.
Dilansir dari who.int, smallpox atau disebut juga variola merupakan penyakit yang menakutkan karena bisa menyebabkan kematian dan kecacatan seumur hidupnya.
Baca Juga: Selain Untuk Kesehatan, Diet Juga Bisa Menyembuhkan Penyakit
Selayaknya dunia berterima kasih kepada Edward Jenner. Ilmuwan asal Inggris adalah orang pertama yang melakukan penelitian vaksinasi pada manusia untuk pencegahan cacar bopeng (smallpox).
Berkat vaksinasi yang dilakukannya tahun 1798, kini penyakit itu telah dieradikasi atau menghilang sejak 1976. Melalui penelitian dan publikasinya itu, Jenner pun diangkat sebagai bapak vaksinasi.
Tahun 1798 Jenner menerbitkan publikasi berjudul "An Inquiry into the Causes and Effects of the Variolae Vaccinae". Kata vaccinae sendiri berarti of the cow, sedangkan asal kata vaccination adalah protection againts smallpox.
Di usia 13 tahun Jenner mengamati tangan para peternak dan pemerah susu yang tertular cacar sapi justru tidak terkena variola ketika terjadi wabah di desanya.
Baca Juga: Jangan Sampai Terlambat, Kenali 12 Tanda Dan Gejala Penyakit Jantung Berikut Ini
Tahun 1796, ketika Jenner menjadi dokter magang, ia mengambil cairan dari keropeng orang yang terkena cacar sapi, lalu menggoreskannya pada seorang anak berusia 8 tahun, Thomas Phipps.
Hasilnya, ketika terjadi wabah, Thomas hanya mengalami demam dan ruam ringan. Lima puluh tahun setelah Jenner menorehkan keropeng cacar pada keluarganya dan berhasil mencegah penyakit smallpox.
Baca Juga: Lakukan Senam Secara Rutin Sejak Muda, Kurangi Resiko Penyakit Jantung
Karena penemuannya itu kematian karena smallpox di Inggris menurun drastis, dari 23.000 pasien menjadi 5.000 pasien setahun.
Pada tahun 1800 sekitar 100.000 orang di seluruh dunia telah mendapat vaksin smallpox.
Pasca-Perang Dunia II, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sudah berhasil mengendalikan virus paling mematikan di dunia itu. Pada periode tersebut Amerika Utara, Eropa Selatan, dan beberapa wilayah lain bebas dari penyakit ini meski masih terjadi wabah di Afrika dan India.
Kemudian, secara intensif WHO melakukan vaksinasi ke semua negara sejak tahun 1967 sehingga cacar dapat dieradikasi (musnahkan) dari muka bumi.
Cara yang disebut vaksinasi atau imunisasi ini kini menjadi salah satu metode intervensi kesehatan masyarakat modern untuk mencegah kesakitan dan kematian, termasuk cacar monyet yang sedang heboh belakangan ini. (*)
Source | : | Kompas.com,who.int |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar