"Oleh karena itu, YLKI mendesak pemerintah untuk fokus pembangunan kesehatan untuk menekan tumbuh kembangnya penyakit tidak menular," ujarnya.
Baca Juga: Annisa Pohan Mimpi Didatangi Bu Ani Sebelum Wafat, Ini Tanda-tanda Kematian Bakal Datang
Selain itu, lanjutnya, terbukti bahwa penyakit jenis ini menjadi benalu yang paling dominan bagi defisit keuangan BPJS Kesehatan.
"Jika kebijakan pemerintah tidak mendukung untuk menekan wabah penyakit tidak menular, prevalensi penyakit tidak menular seperti kanker, hanyalah bom waktu. Bom waktu bagi generasi emas yang digadang-gadang oleh pemerintah, dan kita semua," tegasnya.
Namun peningkatan prevalensi kanker tidak selalu berarti negatif. Ahli kanker dari Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, Dr dr Andhika Rachman, SpPD, KHOM memandangnya dari sisi lain.
Peningkatan prevalensi kanker bisa juga diartikan akses pengobatan yang makin baik, sehingga makin banyak kasus yang terdiagnosis.
Baca Juga: Ani Yudhoyono dan Besan Penyintas Kanker, Anak Cucunya Harus Waspada
"Pertama, makin tingginya kesadaran masyarakat untuk berobat membuat kita makin mudah mendapatkan datanya.
Kedua, dengan adanya BPJS, suka atau tidak suka, orang makin mudah untuk berobat sehingga makin mudah ketahuan," kata dr Andhika seperti dikutip dari detikHealth, Minggu (2/6/2019).
Source | : | Kompas.com,detik.com,YLKI,Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar