Sementara itu, Direktur Penyakit Tidak Menular Kementerian Kesehatan RI, dr Cut Putri Arinie, menyebut ada dua jenis faktor risiko kanker:
Baca Juga: Senang Makan Camilan Tapi Takut Gemuk? Coba 6 Camilan Sehat Ini
1. Faktor risiko yang tidak bisa dimodifikasi/diintervensi seperti usia, genetik, jenis kelamin, dan etnis.
2. Faktor risiko yang bisa dimodifikasi/diintervensi seperti merokok, pola makan tidak sehat (tinggi garam, gula, lemak), kurang olahraga, obesitas, serta paparan zat kimia berbahaya dan korosif.
"Untuk kasus Bu Ani dan Ustad Arifin, kita tidak bisa menebak-nebak penyebab pastinya, tentu dokter yang merawat yang paham," kata dr Cut, Senin (3/6/2019), seperti dikutip dari Detik.com.
Beberapa faktor, diakui memang meningkatkan risiko penyakit tidak menular, termasuk kanker, di Indonesia.
Di antaranya transisi demografi yang ditandai makin tingginya usia harapan hidup sehingga potensi sakit makin besar, juga transisi teknologi yang membuat banyak orang makin malas bergerak.
Baca Juga: Studi di AS: Dampak Minuman Berenergi, Organ Jantung Jadi Taruhan
Menurut dr Cut, ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penyakit tidak menular.
Antara lain dengan menerapkan perilaku hidup bersih dan sehat sejak kecil, serta menghindari paparan rokok.
Deteksi dini juga sangat dianjurkan ketika menemukan tanda-tanda ketidaknormalan dalam tubuh. (*)
Source | : | Kompas.com,detik.com,YLKI,Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar