"Data ini sangat mengkhawatirkan, jadi perlu ada komitmen kuat untuk mengurangi jumlah perokok muda," kata Sundari.
Indonesia adalah satu dari sedikit negara yang belum menandatangani Konvensi Kerangka Kerja Pengendalian Tembakau Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), yang mencakup kebijakan harga dan pajak untuk mengurangi permintaan tembakau. Akibatnya, rokok masih sangat murah dan iklan rokok tidak dilarang.
Sundari mengatakan bahwa anak-anak mulai merokok setelah sangat dipengaruhi oleh orang-orang di sekitar mereka, termasuk orang tua, guru dan saudara kandung.
Meski Indonesia memiliki salah satu populasi perokok terbesar di dunia, regulasi penjualan rokok sangat lemah.
Iklan telah dikutip sebagai penyebab utama di balik konsumsi rokok yang meningkat dan telah berhasil menggambarkan merokok sebagai hal yang keren dan populer.
Mudah juga bagi anak-anak untuk mendapatkan rokok dengan harga sangat murah.
Baca Juga: Banyak Minum Bisa Merusak Ginjal? Simak Faktanya dari Ahli Kesehatan
Sundari mengatakan tingginya angka perokok anak bisa mengancam masa depan Indonesia. “Negara akan merasakan dampak merokok (anak) dalam 10-15 tahun ke depan," katanya.
Source | : | suara.com,Kominfo.go.id,Kemenkes RI |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar