GridHEALTH.id - Pekan lalu, ribuan perempuan di Jepang yang tergabung dalam gerakan #KuToo, mengampanyekan untuk menolak ketentuan bahwa perempuan harus mengenakan hak tinggi atau high hells di tempat kerja.
Kampanye #KuToo sendiri diambil dari kata Jepang untuk sepatu atau "kutsu" dan "kutsuu" yang artinya sakit.
Petisi online yang sudah ditandatangani hampir 20 ribu perempuan Jepang ini, menuntut pemerintah untuk melarang perusahaan-perusahaan mewajibkan pekerja perempuan untuk mengenakan hak tinggi.
Baca Juga: 5 Cara Cek Kesehatan Kaki, Sederhana, Cepat dan Murah
Salah satu penggerak #KuToo, Yumi Ishikawa, berharap petisi yang diserahkan ke Menteri Kesehatan pada Senin (3/6/2019) ini akan membawa perubahan di tempat kerja dan kesadaran mengenai diskriminasi gender.
“Setelah bekerja, para pekerja perempuan berganti dengan sepatu olahraga atau sepatu tanpa hak,” kata dia dalam petisi tersebut.
Ishikawa menambahkan, sepatu berhak tinggi sering kali mengakibatkan bunion atau benjolan pada jempol kaki, lecet-lecet dan sakit di punggung bagian belakang.
“Jadi susah bergerak. Anda tidak bisa lari dan kaki Anda sakit. Semua hanya demi sopan santu,” tulis Ishikawa sambil menyoroti bahwa laki-laki tidak menghadapi tuntutan yang sama.
Nyatanya, dampak pemakaian high heels terlalu sering memang akan memengaruhi kesehatan, mulai dari masalah jempol hingga tulang belakang pasti akan dialami.
Melansir metro.co.uk, pakar Osteopati teregistrasi, Tim Allerdyce mengatakan bahwa tipe sepatu high heels bisa berdampak serius pada kesehatan kaki sampai tulang.
"Masalah pertama adalah kemungkinan munculnya benjolan sakit pada bagian luar jempol kaki," menurut Tim Allerdyce.
Benjolan tersebut akan memberi tekanan pada bagian depan kaki dan tulangnya sehingga menyebabkan penyimpangan pada area jempol kaki.
Baca Juga: Penderita Diabetes Wajib Pantau Kakinya, Awas Risiko Diabetic Foot
Selain terlihat kurang bagus dipandang, kaki juga akan terasa sakit.
Masalah otot betis kencang juga bisa dialami jika bagian tumit kita sering terangkat. Kondisi ini bisa memperpendek masa otot betis.
"Tumit yang terangkat mungkin membuat penampilan bisa terlihat seperti rajin olahraga otot, tetapi ini bisa memperpendek otot sehingga memiliki dampak biomekanik pada kaki untuk jangka panjang," katanya.
Penggunan sepatu hak tinggi secara rutin juga bisa memberi tekanan pada tulang kering (tibia) dan berpotensi memunculkan masalah seperti tibia terbelah atau sakit pada bagian tibia seperti yang lazim dialami pelari yakni Osteoartritis.
Osteoartitis merupakan kondisi umum dimana sendi pada kaki terasa kaku dan sakit. Kapalan atau kulit menebal pada bagian depan dan bawah kaki juga menjadi risiko lainnya.
Baca Juga: Wow, Ini Obat Termahal Dunia, Harganya Tembus Rp30,5 Miliar!
The Society of Chiropodists and Podiatrists juga menyatakan bahwa mengenakan sepatu hak tinggi dapat menyebabkan masalah kaki dalam jangka panjang, seperti lecet, kapalan, sakit kaki, lutut dan punggung yang serius, hingga sendi yang rusak.
Tim Allerdyce menambahkan, memakai sepatu hak tinggi secara rutin memberi banyak tekanan pada sendi lutut dan juga dapat menyebabkan masalah pada tulang punggung.
Baca Juga: Tak Disangka, Manusia Menelan 2.000 Partikel Plastik Setiap Harinya!
"Menggunakan sepatu hak tinggi seharusnya hanya menjadi pilihan, bukan kondisi wajib sebuah pekerjaan. Kode berpakaian harus didasarkan pada akal sehat, bukan kebijakan seksis yang ketinggalan zaman," katanya.
Untuk menghindari masalah pinggul pada pengguna high heels, Tim menyarankan untuk mengistirahatkan kaki secara berkala.
"Batasi penggunaan sepatu hak tinggi, terutama pada waktu perjalanan pergi atau pulang. Apalagi jika kamu diwajibkan menggunakannya ketika bekerja," kata Tim.
Dalam perjalanan pergi atau pulang kerja usahakan menggunakan sepatu hak datar dan pakaian nyaman untuk membuat pinggul dan lutut tidak tegang.
Adapun beberapa terapi rumahan yang bisa dilakukan untuk mengatasi rasa sakit akibat penggunaan high heel, seperti melakukan peregangan betis.
Bisa juga berdiri di ujung pijakan dan membiarkan bagian tumit jatuh ke pijakan berikutnya, hal itu bisa membuat kaki teregang.
Baca Juga: Aksi Koboi Pengemudi BMW Yang Viral Ternyata Efek Dari Narkoba
Setelah itu, cobalah memijat bagian alas kaki, misalnya menggunakan bola golf atau rolling pin.
Pengobatan lainnya misalnya mandi air hangat dan bergerak, atau seperti menggambar lingkaran dan alfabet dengan kaki. (*)
#gridnetworkjuara #gridhealth
Source | : | VOA Indonesia,Metro.co.uk |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar