GridHEALTH.id – Di tengah dag digugnya putusan MK untuk kasus Pilpres 2019, Masyarakat Indonesia dibuat kaget dengan munculnya berita KLB hepatitis A di Pacitan Jatim.
Melanir Surya Malayang.com (Senin, 24 Juni 2019 18:33), kabar buruk terkait gangguan kesehatan masyarakat itu diketahui setelah didapati data penderita Hepatitis A di Pacitan yang mencapai angka 429 orang.
Sebanyak 429 penderita hepatitis A di Pacitan itu tersebar di tiga kecamatan berbeda.
Kepala Dinas Kesehatan Jatim, Kohar Hari Santoso menyebut pemerintah telah melakukan langkah preventif dan juga penindakan kepada ratusan pasien tersebut.
Berdasarkan penjelasan Kohar, jumlah pasien terduga Hepatitis A di Pacitan mencapai 429 orang yang tersebar di tiga kecamatan di Pacitan. Yakni, Sudimoro, Ngadirojo, dan Tulakan.
Data itu terhitung hingga Sabtu (22/6/2019) malam.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Pacitan Eko Budiono mengatakan, melansir CNN Indonesia.com (Rabu, 26/06/2019 20:32 WIB), hingga Rabu (26/6) petang jumlah warga yang terjangkit hepatitis A mencapai 701 orang.
"Saat ini memang 701, dan rata-rata penambahan hariannya dari 39 sampai 50 kecenderungannya masih naik karena mobilitas penduduknya cukup tinggi," ujar Eko seperti dikutip dari siaran CNNIndonesia TV, Rabu (26/6).
Ratusan warga yang terjangkit hepatitis itu berada di 8 kecamatan dari 12 yang ada di Kabupaten Pacitan.
Eko mengatakan laporan, masih menurut CNN Indonesia.com, pertama kasus Hepatitis A itu terpantau terjadi pada 14 Juni lalu.
"Satu pasien tapi sudah langsung kuning, 15 Juni terus bertambah, 16 Juni bertambah, 17 Juni kita lakukan pelacakan," katanya.
Eko menerangkan dari hasil investigasi kurun waktu 14-17 Juni lalu pihaknya mencurigai kasus hepatitis A itu bermula dari pengolahan makanan atau makanan yang dikonsumsi warga sudah terkontaminasi virus Hepatitis A.
"Tapi pada perkembangan selanjutnya ternyata penularannya melalui dari person to person, dari orang ke orang," katanya.
Pemkab Pacitan menetapkan KLB Hepatitis A di wilayah itu pada 25 Juni lalu. Saat itu, berdasarkan laporan yang diterima Bupati Pacitan, Indarto, sudah 581 warga di tiga kecamatan yang terjangkit hepatitis A.
Mengenai hepatitis A, penyebab dan kecurigaan di pemerintah Pacitan, sesuai seperti apa yang dipaparkan WHO dalam website resminya.
Menurut WHO, salah satu fakta hepatitis A ini adalah kurangnya air bersih, dan sanitasi dan kebersihan yang buruk (seperti tangan kotor).
Karenanyalah pasokan air yang aman, keamanan makanan, sanitasi yang lebih baik, mencuci tangan dan vaksin hepatitis A adalah cara paling efektif untuk memerangi penyakit ini.
Baca Juga: 'Saya Lelah' Atau 'Saya Mengantuk', Begini Cara Membedakannya
Sebab penularan virus hepatitis A (HAV) ditularkan melalui konsumsi makanan dan air yang terkontaminasi atau melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi.
Untuk diketahui, hepatitis A adalah penyakit hati yang disebabkan oleh virus hepatitis A.
Virus ini terutama menyebar ketika orang yang tidak terinfeksi (dan tidak divaksinasi) menelan makanan atau air yang terkontaminasi dengan kotoran orang yang terinfeksi.
Penyakit ini terkait erat dengan air atau makanan yang tidak aman, sanitasi yang tidak memadai dan kebersihan pribadi yang buruk.
Baca Juga: 'Saya Lelah' Atau 'Saya Mengantuk', Begini Cara Membedakannya
Tidak seperti hepatitis B dan C, infeksi hepatitis A tidak menyebabkan penyakit hati kronis dan jarang fatal, tetapi dapat menyebabkan gejala yang melemahkan dan hepatitis fulminan (gagal hati akut), yang seringkali berakibat fatal.
Hepatitis A terjadi secara sporadis dan epidemi di seluruh dunia, dengan kecenderungan berulang berulang.
Virus hepatitis A adalah salah satu penyebab paling umum dari infeksi bawaan makanan.
Epidemi terkait makanan atau air yang terkontaminasi dapat meletus secara eksplosif, seperti epidemi di Shanghai pada tahun 1988 yang memengaruhi sekitar 300.000 orang.
Baca Juga: Jennifer Jill Supit Istri dari Ajun Perwira Keukeuh Ingin Hamil di Usia Hampir 50 Tahun, dan Bisa!
Penting diperhatikan, virus hepatitis A bertahan di lingkungan dan dapat menahan proses produksi makanan yang secara rutin digunakan untuk menonaktifkan dan / atau mengendalikan bakteri patogen.
Penyakit ini dapat menyebabkan konsekuensi ekonomi dan sosial yang signifikan di masyarakat.
Diperlukan waktu berminggu-minggu atau berbulan-bulan bagi orang yang baru sembuh dari penyakit untuk kembali bekerja, sekolah, atau kehidupan sehari-hari.
Dampak pada perusahaan makanan yang diidentifikasi dengan virus, dan produktivitas lokal secara umum, bisa sangat besar.(*)
#gridhealthid #inspiringbetterhealth #gridnetworkjuara
Source | : | tribunnews,WHO,cnn indonesia,Surya Malang |
Penulis | : | Gazali Solahuddin |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar