GridHEALTH.id - Memiliki anak yang cerdas dan sehat, pastinya menjadi dambaan setiap orangtua.
Untuk mewujudkan hal tersebut ada banyak aspek yang mesti dipersiapkan oleh para orangtua, salah satunya adalah pemberian stimulasi motorik bagi anak.
Motorik anak adalah proses tumbuh dan berkembang kemampuan gerak pada anak.
Lantas bagaimana memberikan stimulasi motorik yang tepat agar anak sehat dan cerdas nantinya?
Baca Juga: Ini Dia 8 Daftar Makanan Yang Dapat Mencerdaskan Otak Anak
Secara umum, perkembangan motorik terbagi menjadi dua, yakni perkembangan motorik kasar dan motorik halus.
Motorik kasar merupakan perkembangan gerak yang meliputi keseimbangan dan koordinasi antar anggota tubuh, seperti merangkak, berjalan, melompat, hingga berlari.
Nah, ketika tubuh anak semakin lincah, stabil, dan kemampuan kognitif, emosional, dan sosialnya semakin berkembang, saat itulah orangtua perlu mengamati perkembangan motorik halusnya.
Perkembangan motorik halus ini merujuk pada perkembangan gerakan otot-otot kecil pada mata dan tangan anak untuk saling berkoordinasi, guna memungkinkan fungsi-fungsi seperti merobek kertas, menulis, menggambar, atau memegang sendok untuk makan.
Tahapan rata-rata perkembangan gerakan motorik normal
- 6-8 bulan: Duduk dan merangkak dengan dua dengkul kaki.
- 12-18 bulan : Berdiri tanpa bantuan, Berjalan dengan merambat ke perabotan di rumah, Berjalan 2 atau 3 langkah tanpa bantuan, Berjalan 10-20 menit tanpa bantuan.
- 18-24 bulan : Berjalan tanpa kesulitan, Menarik mainan sambil berjalan, Membawa mainan besar sambil berjalan, Naik/turun bangku tanpa bantuan, Menemukan cara sendiri untuk berjalan mundur, Bisa naik/turun tangga dengan bantuan.
- 24-36 bulan : Umumnya mampu memanjat dengan baik, berjalan naik/turun tangga dengan menggunakan satu kaki per anak tangga, berjalan jinjit.
Perlu diketahui, kita tak bisa langsung melihat anak secara mandiri melakukan sesuatu.
Kita harus mengetahui dulu tahapan perkembangan anak serta usianya kemudian baru menyesuaikan stimulasi yang akan diberikan.
Dorongan, dukungan dan meluangkan banyak waktu untuknya belajar akan memberikan banyak perkembangan pada Si Kecil.
Untuk anak berusia 0-3 bulan, Orangtua dapat menstimulasi motoriknya dengan mengekspresikan kasih sayang.
Seperti memeluk, menggendong, menatap matanya, tersenyum, dan jangan lupa ajak ia bicara.
Baca Juga: Tobat Karena Istri dan Anak, Indro Warkop Menyesal Seumur Hidup Geluti Hobinya Ini
Kita juga bisa memperdengarkan musik berirama lembut, memberikan mainan dengan bunyi-bunyian, atau mainan warna-warni yang bisa digantung di atas tempat tidur anak.
Saat usianya sudah mencapai 3-6 bulan, anak biasanya sudah dapat dirangsang untuk memiringkan tubuhnya bahkan tengkurap.
Kita bisa gunakan cermin sebagai alat bantu stimulasi sehingga ia akan terkesima melihat wajahnya sendiri.
Permainan sederhana seperti bermain 'cilukba’ juga sangat disarankan dan pasti akan senang sekali.
Menginjak usia 6-9 bulan, ajarkan anak posisi duduk lalu berdiri sambil berpegangan.
Kita juga dapat melatihnya untuk bersalaman dan tepuk tangan.
Biasakan juga untuk membacakan cerita pengantar tidur untuknya. Ini akan mengasah kecerdasan Si Kecil.
Para orangtua bisa mulai melatih anak untuk semakin mengenal namanya sendiri saat Si Kecil berusia 9-12 bulan.
Baca Juga: Inilah Aneka Sayuran yang Tak Boleh Dihangatkan Setelah Dimasak, Bukan Hanya Bayam
Ajarkan juga istilah lain untuk memanggil anggota keluarga misalnya mama, papa, kakak, dan lainnya.
Di usia ini juga anak dapat dilatih berdiri dan berjalan sambil berpegangan. Selain itu, Si Kecil sudah mulai bisa diajarkan untuk minum dari gelas, memasukkan mainan kembali ke tempatnya, dan menggelindingkan bola.
Saat Si Kecil berusia 12-18 bulan kita bisa memperkenalkan permainan puzzle sederhana atau menyusun balok.
Baca Juga: Inilah Aneka Sayuran yang Tak Boleh Dihangatkan Setelah Dimasak, Bukan Hanya Bayam
Biasanyanya juga ia udah mulai bisa memegang sendok garpu, pensil untuk mencoret-coret kertas, memasukkan dan mengeluarkan benda ke wadahnya, juga bermain boneka.
Pada tahap usia ini ini, rata-rata anak sudah dapat berjalan tanpa berpegangan lagi.
Ajari anak untuk menaiki tangga, mengerti dan melakukan perintah sederhana, serta menyebutkan dan menunjuk benda-benda.
Memasuki usia 18-24 bulan, Anak bisa diajarkan nama-nama bagian tubuh seperti mata, hidung, mulut, dan telinga.
Dengan bertambahnya kosa katanya, ia sudah dapat menghafal beberapa nama binatang dan benda-benda sederhana.
Latih Si Kecil untuk melakukan kegiatan sehari-hari secara mandiri seperti makan, minum, mencuci tangan, dan lain-lain.
Perkembangan usia 2-3 tahun akan semakin rumit. Setidaknya Si Kecil sudah memiliki perbendaharaan 50 kata serta bisa membuat kalimat sendiri yang terdiri dari tiga kata.
Ia bisa menemukan barang yang disembunyikan, berlari, dan naik-turun tangga sendiri.
Latih Si Kecil untuk mengenali dan menghapal nama-nama warna, menggambar bentuk, dan buang air di toilet.
Nah, saat usianya 3 tahun, pastikan orangtua membina kemandirian dan sikap berbagi dengan teman.
Stimulasi untuk menambah kemampuan diri di bidang menulis dengan mengajarkannya cara memegang pensil dengan benar, mengenal huruf dan angka serta melakukan perintah sederhana.
Semua hal ini akan berguna dalam memersiapkan diri Si Kecil untuk masuk masa sekolah.
Selain membuat anak aktif, kegiatan stimulasi motorik tersebut juga dapat mengembangkan seluruh aspek kecerdasannya.
Stimulasi ini sangat bermanfaat terutama dalam menumbuh kembangkan potensi kecerdasan anak.
Kecerdasan ini bergantung pada koneksi otak yang tersusun dari triliunan sel-sel yang dinamakan neuron.
Saat bayi baru lahir, neuron belum terkoneksi satu sama lain menjadi sebuah rangkaian sirkuit/sinaps.
Sinaps merupakan rangkaian koneksi antara terminal akson dari neuron dengan neuron lainnya pada otak.
Semakin banyak sinaps yang terhubung maka jumlah myelin akan banyak terbentuk.
Sementara myelin adalah sejenis lemak atau suatu senyawa yang disebut fosfolipid yang mengelilingi akson membentuk lapisan isolasi elektrik.
Myelin berperan penting untuk mendukung berfungsinya sel saraf.
Baca Juga: Inilah 3 Perbedaan Antara Gigi Susu dan Gigi Tetap, dan 2 Penyebab Utama Gigi Menjadi Rusak
Tanpa kehadiran myelin, sel saraf akan bekerja lebih lambat, hal ini sangat berpengaruh pada kecerdasan otak.
Semakin sering anak mendapat stimulasi motorik, maka sinaps dan myelin yang terbentuk makin kaya, makin kuat, dan akan menjadi koneksi yang permanen di masa depan.(*)
#gridnetworkjuara #gridhealthid #inspiringbetterhealth
Source | : | betterhealth.vic.gov.au,pbrc.hawaii.edu |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar