Salah satu cerita yang hingga hari ini masih dipercaya sebagian masyarakat Indonesia adalah rasa tindihan saat tidur.
Baca Juga: Meninggal di Saat Tidur, Ini 5 Penyebab yang Perlu Diwaspadai
Banyak yang percaya, tindihan adalah gangguan tidur karena ulah mahluk halus yang menindih tubuh kita.
Hampir setiap orang pernah mengalami tindihan, setidaknya sekali atau dua kali dalam hidupnya. Tindihan saat tidur ini bisa terjadi pada laki-laki atau perempuan.
Mereka yang umumnya pertama kali mengalami gangguan tidur atau tindihan adalah usia 14-17 tahun.
Tindihan saat tidur bisa berlangsung dalam hitungan detik hingga menit. Menariknya, saat tindihan terjadi, seseorang sering mengalami halusinasi seperti melihat sosok atau bayangan hitam di sekitar tempat tidur, sehingga masyarakat sering mengaitkan penyebab tindihan oleh gangguan setan.
Tak heran, tindihan menurut dunia medis akan diabaikan dan tidak mengaitkan fenomena tindihan dengan hal mistis.
Baca Juga: Studi Ungkap 40% Wanita Alami Depresi Pasca Melahirkan, Ini Penyebab dan Solusinya
Mitos itu sebentar lagi pasti ditinggalkan, sebab ilmuwan telah menemukan senyawa di otak yang memicu tindihan.
Sementara menurut pandangan medis, tindihan adalah keadaan ketika orang akan tidur atau bangun tidur kemudian merasa sesak napas seperti dicekik, dada sesak, badan sulit bergerak dan sulit berteriak.
Tanda dan gejala tindihan yang dirasakan saat tidur adalah Ketidakmampuan untuk menggerakkan tubuh saat tertidur atau bangun, berlangsung selama beberapa detik atau beberapa menit.
Secara sadar terjaga, tetapi tidak dapat berbicara selama mengalami tindihan sehingga mengalami halusinasi dan sensasi yang menyebabkan rasa takut
Ada juga yang merasakan tekanan di dada serta mengalami kesulitan bernapas. Merasa seolah-olah kematian mendekat.
Sebuah penelitian di University of Toronto menemukan bahwa tindihan atau dalam bahasa ilmiah disebut sleep paralysis terjadi karena perubahan kimiawi di otak.
Perubahan tersebut menyebabkan saraf-saraf yang menggerakkan tubuh lumpuh untuk sementara.
Senyawa yang terlibat dalam kelumpuhan saraf-saraf tersebut ada 2, yakni glycine dan GABA (gamma-aminobutyric acid).
Baca Juga: Hebat, Mahasiswa UGM Olah Limbah Ceker Ayam Jadi Obat Patah Tulang!
Saat tidur memasuhi fase REM (Rapid Eye Movement), keduanya bergantian menduduki neurotransmitter dan membuat komunikasi saraf terhenti, seperti dilansir Live Science.
Mekanismenya secara pasti memang belum diketahui, namun yang pasti keberadaan kedua senyawa ini sudah terbukti menyebabkan kelumpuhan saat tiba-tiba bangun tengah malam.
Baca Juga: Sudah Mengantuk Tapi Susah Banget Tidur? Trik 4-7-8 Bisa Membantu Mata Segera Terpejam!
Jadi bukan karena ditindih hantu, sebab kelumpuhan itu terjadi di otak bukan di alat gerak tubuh.
Fase REM umunya terjadi ketika tidur malam memasuki menut ke 90, lalu berlangsung hampir sepanjang malam.
Pada fase tersebut, otak sangat aktif sehingga bisa memunculkan mimpi, menyebabkan orang bisa bicara saat tidur, atau bahkan berjalan dan berhubungan seks tanpa disadari.
Ketika terjadi sleep paralysis, aktivitas otak selama fase REM sebenarnya tetap tinggi. Namun otot-otot tubuh yang harus digerakkan secara sadar tidak bisa merespons perintah dari otak karena jalur komunikasi melalui saraf dilumpuhkan sementara selama diduduki senyawa-senyawa pemicu tindihan.
Para ilmuwan berharap, temuan ini bisa membantu cara mengatasi berbagai gangguan tidur yang terjadi selama fase REM atau disebut sebagai REM Behavior Disorder.
Baca Juga: Penelitian Terbaru di Jepang, Ternyata Nasi Bukan Penyebab Kegemukan
Gangguan ini antara lain mencakup susah tidur, ngelindur atau bicara dalam tidur serta berjalan saat tidur.
Jika sering mengalami gangguan tidur ini, sebaiknya lakukan beberapa cara mengatasi tindihan berikut ini:
Baca Juga: Studi: Di Indonesia Hanya 13,2% Lansia yang Tergolong Sehat & Bugar
1. Buat catatan pola tidur
Catatlah pola tidur selama beberapa minggu. Cara ini akan membantu mengetahui penyebab tindihan saat tidur. Setelah mengetahui penyebab tidur tindihan kita bisa menghindari pemicunya.
2. Cukup istirahat
Bila penyebab tidur tindihan saat tidur karena kelelahan, cobalah untuk lebih banyak beristirahat. Kurang tidur pun tidak boleh dianggap remeh.
Jika sudah menimbulkan sleep paralysis atau tindihan, kondisinya berarti sudah berat.
3. Cukup tidur
Segera evaluasi diri dan cukupi kebutuhan tidur. Usahakan tidur 8-10 jam pada waktu yang sama setiap malam.
Jika kita sering mengalami tindihan, sebaiknya buat catatan mengenai pola tidur selama beberapa minggu.
Baca Juga: Sutopo Purwo Nugroho BNPB Mangkat di Guangzhou, Ini Gejala Kanker Paru-paru yang Kerap Tak Disadari
Memperbaiki pola tidur, menghindari stres, menjaga pola hidup sehat dengan olahraga rutin dan menghindari alkohol, maka tubuh dapat beritirahat dengan optimal guna mencegah tindihan saat tidur.
4. Ubah posisi tidur
Penyebab tindihan saat tidur lainnya juga bisa terjadi pada orang yang tidur dalam posisi telentang (wajah menghadap ke atas dan hampir nyenyak atau dalam keadaan hampir terjaga dari tidur).
Itu sebabnya, kita perlu sering mengubah posisi tidur untuk mengurangi risiko terserang gangguan tidur ini.
Baca Juga: Keracunan Buah Leci, 31 Anak di India yang Awalnya Sehat Langsung Meninggal Karena Radang Otak
5. Konsultasikan ke dokter ahli tidur
Jika tindihan saat tidur disertai gejala lain, cara mengatasi tindihan sebaiknya segera ke dokter ahli tidur atau laboratorium tidur untuk diperiksa lebih lanjut.
Biasanya dokter akan menanyakan kapan tindihan dimulai dan sudah berlangsung berapa lama. Catatan yang telah dibuat akan membantu ketika memeriksakan diri ke dokter. (*)
Source | : | WebMD,Hello Sehat,Live Science,Medical News Today |
Penulis | : | Soesanti Harini Hartono |
Editor | : | Soesanti Harini Hartono |
Komentar