Kondisi ini bisa menyebabkan gagal otot jantung jangka pendek yang parah, kondisi ini disebut sebagai kardiomiopati induksi stres, namun labih sering disebut sebagai “sindrom patah hati”
Kabar baiknya, sindrom patah hati termasuk kondisi medis yang sangat jarang, tapi mudah untuk diobati.
Baca Juga: Baby-Led Weaning Cara Moms Milenial Memberi Makan Bayi Zaman Now
Sebuah studi di jepang tahun 2014 memperkirakan hanya ada sebesar 2% kasus sindrom patah hati di dunia yang diikuti oleh masalah koroner akut.
Sebagai respons stres, sistem saraf simpatetik dalam otak akan diaktifkan akibat pelepasan sejumlah hormon secara tiba-tiba.
Sistem saraf akan menstimulasi kelenjar adrenalin yang memicu produksi catecholamine yang berguna menyiagakan tubuh untuk mengambil tindakan.
Akan tetapi, produksi hormon di saat tubuh tidak membutuhkannya akan membawa sejumlah masalah lain, seperti sesak napas dan badan linu (akibat produksi kortisol berlebih), jantung berdebar kencang (akibat produksi kortisol dan adrenalin), dan penumpukan lemak dalam tubuh.
Terlepas dari itu semua, dari kisah Yusuf kita bisa belajar pentingnya verifikasi atau melakukan pengecekan kembali segala sesuatu yang akan kita miliki ternyata bukan hanya bualan semata.(*)
Source | : | ncbi.nlm.nih.gov,TribunSolo |
Penulis | : | Anjar Saputra |
Editor | : | Gazali Solahuddin |
Komentar